D U A E M P A T

493 35 5
                                    

Ada yang nungguin nggak? 🙃

Happy reading! 💚
Ramein hayuu~

.

.
.





"Kita bisa ke rumah sakit dulu untuk check up, lagian Mark punya sodara yang rumahnya deket bandara, dia bisa nunggu di sana."

Taeyong menggeleng. "Gue bisa urus sendiri masalah check up. Yang terpenting sekarang, gue harus ngomong sama Mark."

Yeri mengikuti keinginan Taeyong tanpa menawar untuk kedua kalinya, dia sendiri pun sudah tidak bisa menahan rasa rindu pada kekasihnya itu.

Setelah menempuh perjalanan lebih setengah jam, mereka sampai di bandara, bertepatan dengan tibanya pesawat yang ditumpangi Mark.

Yeri berlari ke area tempat Mark akan muncul, menunggu dengan jantung berdegup kencang. Hingga akhirnya, kedua matanya menangkap entitas tersebut keluar dari sebuah pintu kaca.

"Markie..." gumamnya dengan air mata terbendung.

Mark tersenyum, melepaskan semua bawaannya lalu merentangkan kedua tangan. Yeri lantas berlari dan memeluk erat tubuh Mark.

"God, finally could feel this warmth..." Mark menangkup pipi kiri Yeri. "I miss you a lot, baby."

"I miss you more..." lirih Yeri, air matanya telah membasahi pipi.

Mark mengecup lama kening Yeri, lalu menawan bibir gadisnya beberapa saat sebelum kembali mendekapnya erat.

Taeyong yang melihat dari kejauhan pun tersenyum. Dia dapat merasakan cinta keduanya dan dalam diam dia berjanji akan menjaga kebahagiaan tersebut, dengan membatalkan perjodohan yang dibuat oleh Sena dan Irene.

"Sudah lama banget gak ketemu." Mark menyalami Taeyong. "How'd you doing, Bro?"

"As you can see, cacat."

"Udah cacat, sad boy lagi," tambah Yeri. Taeyong langsung menghadiahinya tatapan sinis, tapi Yeri justru tertawa tanpa dosa.

"Bisa kita makan dulu? I'm starving." Mark mencebikkan bibir sembari menggosok perutnya.

"Sure. Ada restoran burger deket sini. Ayo."

Yeri membawakan koper Mark, sementara Mark mendukung tasnya kembali dan mendorong kursi roda Taeyong. Mereka menuju restoran yang dimaksudkan Yeri.

"Aku pesen makanannya dulu," ujar Yeri lalu meninggalkan meja mereka.

"Gue kangen anak 127, gimana kabar mereka? Masih suka kumpul kan?"

"Semuanya baik, cuma Winwin balik ke China. Sama kayak lo, dia balik buat ngikutin keinginan Ayahnya yang pengen dia jadi master Kungfu."

Mark mengangguk-angguk. "It's hard to accept something you don't wanna be. I know the feeling."

"Jadi lo sebenarnya nggak mau jadi pastor?" tanya Taeyong yang entah kenapa berpikiran ke sana.

Mark mengangkat kedua bahunya. "Kalo ini satu-satunya cara untuk ngebuktiin kebaktian lo sebagai seorang anak, then you have no option."

"Tapi deep inside, lo tau kalo pekerjaan lo itu bakal susah untuk diterima orang tua Yeri, kan?"

Mark menghela napas panjang. "Gue sama sekali nggak pernah ngebayangin akan berada di situasi ini. Dia yang udah berjuang ngehidupin gue atau dia yang akan menjadi teman hidup gue, I can't choose one of them and leave the other."

Brother [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang