D U A

2.3K 104 7
                                    

Rutinitas Taeyong setelah memastikan rumah terkunci rapat adalah memastikan sang adik sudah tidur, dia takut Nana nekat bergadang semalaman demi tugas sekolah seperti waktu SMP

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rutinitas Taeyong setelah memastikan rumah terkunci rapat adalah memastikan sang adik sudah tidur, dia takut Nana nekat bergadang semalaman demi tugas sekolah seperti waktu SMP.

"Kenapa kaki kamu?" tanya Taeyong sembari berjalan masuk. Dia memang sudah terbiasa tidak mengetuk sebelum membuka pintu dan Nana juga tidak marah akan hal itu.

"Kaki Nana ngilu banget," rengeknya.

Taeyong ikut duduk di sebelah Nana yang berselonjor di karpet, lalu mengangkat kaki kanan Nana ke atas pangkuannya. "Gegara lari tadi kayaknya."

"Mungkin..."

Sembari memijat kaki Nana, Taeyong teringat sesuatu. Dia berusaha menahan untuk tidak membahas itu tapi rasa penasarannya lebih besar. "Tadi kenapa pake hoodie Jeno? Kamu kan bawa hoodie sendiri."

"Jeno yang pakein, katanya biar lebih aman pas Nana berlari."

Taeyong yang paham kata aman yang dimaksud Jeno pun melirikkan matanya pada tubuh Nana. Awalnya dia berterima kasih karena Jeno melindungi tubuh atas Nana yang memang cukup molek walau belum terjamah siapapun, tapi detik kemudian dia sadar. Jika Jeno sampai melindunginya seperti itu, berarti dia sering memperhatikannya?!

"Dasar cabul."

"Huh?" Nana mengerjap bingung.

"Nggak." Taeyong menurunkan kaki Nana, dia berjalan ke lemari untuk mengambil minyak urut mint lalu kembali lagi ke sebelah Nana.

Melihat Nana yang diam sembari menggigit bibir bawahnya bagian dalam, Taeyong yakin jika ada sesuatu yang adiknya itu katakan. "Mau ngomong apa?"

Nana melirik Taeyong sekilas dan kembali pada kakinya. "Sebenernya... Nana masih kesel karena kakak sangkutin di pohon tadi, Nana mau bales dendam tapi takut kakak marah lagi."

Taeyong menghentikan gerakan tangannya dan mengernyit. "Kapan kakak marah sama kamu?"

"Pas kakak bujuk Nana turun."

"Oh, itu nggak marah sama kamu." Taeyong menunduk, kembali memijat kaki Nana. "Tapi kesel sama Jeno. Kakak paling nggak suka diganggu saat lagi bareng kamu."

"Jadi marahnya bukan sama Nana?" Taeyong menggeleng. "Berarti boleh nih Nana bales dendam?"

"Silakan. Lakuin apapun yang bikin kamu nggak kesㅡ"

Kalimat Taeyong terhenti karena Nana dengan cepat naik ke atas pangkuannya, memeluk leher Taeyong, lalu menempelkan bibirnya pada bibir atas Taeyong.

Gadis itu pun memundurkan wajahnya setelah tak mampu menahan napas lagi, kemudian tersenyum manis. "Udah. Kesel Nana udah hilang."

Taeyong tak bergeming, matanya lekat menatap manik hazel Nana, membuat Nana cemas. "K-Kakak nggak suka, ya?"

Tiba-tiba Taeyong tersenyum. Kedua tangannya menahan tubuh Nana saat hendak beranjak, Nana yang takut jatuh juga melingkarkan kakinya di pinggang Taeyong persis seperti koala.

Brother [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang