Jaehyun memasuki kelas dan melihat Taeyong duduk sembari menopang dagu memandang keluar jendela. Niatnya ingin meluruskan apa yang terjadi kemarin, tetapi baru saja Jaehyun membuka mulut, Taeyong tiba-tiba mengangkat tangan.
"Lo nggak perlu minta maaf karena gue juga nggak mau minta maaf ke lo, anggep aja imbas," ujarnya tanpa menoleh pada Jaehyun.
"Tetep aja, gue bener-bener ngerasa bersalah, seharusnya gue sadar seberapa berharganya Nana buat lo. Gue bener-bener minta maaf."
Taeyong menghela napas. Perseteruan ini tidak boleh terus berlanjut sebab mereka satu tim basket yang sebentar lagi akan turun lomba, kerja sama sangat dibutuhkan.
"Gue maafin, tapi sorry, gue nggak mau comblangin lo sama Nana lagi dan gue juga nggak akan biarin lo ngedeketin dia."
"It's fine," jawab Jaehyun santai seraya duduk di bangkunya. "Gue sadar diri. Gue nggak worth it."
Jaehyun penuh arti sebelum kembali bersuara, "Tapi jujur, gue takjub sama kasih sayang lo sama Nana. Baru kali ini gue liat kakak sayang sama adeknya sebesar itu, tapi... sayang lo masih dalam kategori wajar kan?"
Pertanyaan Jaehyun membuat Taeyong menoleh dengan sebelah alis menukik. "Maksud lo?"
"Maksudnya ya... mungkin lo nggak mau adek lo dimiliki siapapun selain lo? Because you see her more than just a little sister?"
Jaehyun melihat jakun Taeyong yang bergerak naik turun, temannya itu baru saja meneguk ludah, ditambah dengan manik mata bergerak abstrak. Sebuah pertanda jelas kalau Taeyong tengah gugup.
"Ngaco lo." Hanya itu yang bisa Taeyong katakan sebelum kembali memandang keluar jendela.
Jaehyun terkekeh. "Sorry, iseng doang. Jangan sampe dah, amit-amit banget kalo lo sampe beneran suka sama adek lo sendiri. Kelainan lo!"
Tentu saja Taeyong tertohok dengan sindiran tersebut, tapi dia tidak bisa marah.
Dia mungkin tidak bisa mendeskripsikan perasaannya terhadap Nana, tetapi Taeyong sepenuhnya sadar jika semua tindakannya sangatlah menyimpang dari yang seharusnya.
Haruskah dia mencoba menjaga jarak? Tapi lihatlah kemarin! Keputusannya justru hampir mencelakakan Nana.
Taeyong menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Keputusannya sudah bulat. Tak peduli apa kata orang, Taeyong akan tetap menjalani hubungan seperti ini sampai Nana sendiri lah yang memintanya berhenti.
🦋
"Jeno, mau nanya."
"Lo nggak liat gue lagi apa?" decak Jeno tanpa mengalihkan pandangannya dari buku. Boa memberikan batas waktu pada Jeno sampai bel istirahat, jika melewati batas, maka tugasnya tidak akan diterima. Sungguh, rasanya kepala Jeno ingin pecah!
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother [✔️]
Fiksi Sejarah🔞 || 3rd pov || semi-baku Ketika kakak dan adik saling memiliki perasaan, apa yang akan terjadi selanjutnya? Berpisah atau terus perjuangkan hingga bertemu dengan titik terang? - 3rd pov, semi baku © Daeguddf 230921 // 250122