Fracture

1.1K 93 17
                                    

bonus pict diakhir ya, lop u:)

***


Alna berjalan keluar dari apartemen tersebut, ia mau menemui Dzai pagi ini kekantornya. Ia harus bicara serius dengan pria itu, tapi kedua kakinya berhenti disaat ada seseorang yang memanggil Alna dari belakang. Alhasil Alna pun langsung membalikan badanya dan melihat Baram. Sebenarnya Alna sangat buru-buru, namun Baram malah menghampiri dirinya. Alna tersenyum pada Baram lalu ia menanyakan kenapa Baram memanggilnya. Pria tinggi yang juga memakai jas rapih berwarna hitam mulai menatap Alna dari atas sampai bawah, dia menilai bahwa pagi ini Alna sangat cantik. Pikiran Baram buyar ketika Alna memanggilnya pelan. Baram bicara jika Alna mau pergi kemana dan terlihat buru-buru sekali, kemudian Alna hanya menjawab bahwa dia harus menemui Dzai untuk menyelesaikan masalah kemarin.

Kebetulan sekali disaat Baram dan Alna bicara, sebuah mobil berhenti didepan mereka lalu seorang pria yang Alna sudah kenal sebagai ajudan suaminya itu pun hanya memberikan tatapan dingin. Mingyu turun dari mobil dengan memegang amplop berwarna putih. Mingyu juga memberikan sapaan pada Baram karena dia rekan kerja.

"kau mau kemana?" tanya Mingyu pada Alna yang masih berdiri diantara dua pria tersebut.

"o-ooh aku mau menemui Dzai, kebetulan juga kau kemari. Bisa antarkan aku?" ujarnya.

"tapi aku kemari juga atas perintah dia. Ini, surat perceraian mu dengan Dzai" ucap Mingyu sambil memberikan amplop putihnya.

"kau yakin mau berpisah dengan Dzai? kau memangnya tidak bisa berbaikan denganya? dia kan suka keras kepala" sambung Mingyu.

"eumm, Mingyu lebih baik kita pergi. Aku ada urusan dengan Dzai, ayo" ucap Alna cepat.

"baiklah. Tuan, aku permisi dulu" ucap Mingyu dan Baram hanya memberi senyum.

Alna sudah duluan masuk kedalam mobil. Sementara Baram menatap kendaraan Mingyu yang sudah menjauh dari apartemen. Pria tersebut bersmirk, ia yakin jika mereka tidak akan bisa mempertahankan hubungan pernikahannya selama ini. Baram melihat arloginya, dia harus pergi kekantor dan niatnya tadi kemari hanya untuk mengajak Alna sarapan pagi bersama, tapi yasudahlah kapan-kapan ia akan mengajaknya Alna lagi.

Diperjalanan kekantor, Mingyu mencoba bicara dengan Alna tentang keseriusan mereka yang ingin bercerai. Pria itu memberikan usul supaya Alna bisa mencairkan masalah dan Alna mengerti niat baik Mingyu pada dirinya. Alna masih membaca surat perpisahan yang Dzai berikan, hatinya sangat sesak lalu tidak terasa air mata itu jatuh dari pipi Alna. Mingyu mengusap-usap pundak kanan temannya agar lebih tenang atau mungkin bersabar atas semua ini.

Sesampainya dikantor, Alna langsung masuk kedalam. Ia menaiki lift dan Mingyu hanya menunggu dibawah saja. Saat Alna keluar dari lift, ia malah bertemu dengan Shara. Wanita tersebut melihat Alna sinis seperti menyudutkan bahwa dia biang masalahnya.

Shara menubruk bahu Alna saat hendak masuk kedalam lift dan Alna tidak mempermasalahkan hal tersebut, ia lebih berniat melanjutkan jalanya untuk bertemu Dzai. Alna mengetuk pintu ruangan suaminya cepat, kemudian ia langsung memasukinya.

Pria yang sedang duduk dan menatap layar ponselnya pun mulai mengangkat wajahnya. Suara benturan ponsel pada meja kerjanya itu sangat membuat Alna jadi semakin takut karena Dzai melemparnya pelan. Alna menarik napasnya kemudian berniat bicara.

"aku mau minta maaf" Alna.

"aku sudah tanda tangan suratnya dan itu sudah masuk ke pengadilan tadi pagi" Dzai.

"ap-apa? jadi kau sudah tanda tangan?, lalu nanti bagaimana ak.." ucapnya terpotong.

"kau mau hal ini kan? yasudah, aku sudah melakukanya untukmu jadi tolong keluar dari ruanganku sekarang juga" balas Dzai dingin.

MR, DZAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang