Gaun merah sutra lembut memperindah bentuk tubuhnya, kulit mulus tanpa noda dan rambut hitam sepekat malam membuat penampilannya mempesona. Banyak mata yang tertuju kepadanya, terlebih ketika wanita itu berjalan—aroma parfum seolah memikat indra penciuman para pria hidung belang.
"Nona, apa anda mau berdansa dengan saya?" ucap seorang pria sambil menundukkan tubuhnya dan mengulurkan tangannya.
"Aku tidak akan menolaknya, tapi sepertinya tidak akan bisa—" ucapannya terhenti membuat pria didepannya mendongak. "—pasanganmu menunggu dibelakang." lanjutnya berseringai, tidak perduli meskipun pria itu mengeram dengan wajah memerah karena malu.
Pesta amal sering diadakan untuk kalangan menengah keatas. Alih-alih membicarakan tentang amal sendiri, para tamu undangan justru berlomba memamerkan harta kekayaannya. Tidak terkecuali dengan Min Yuri—siapa yang tidak mengenalnya? Putri dari seorang pengusaha terpandang ini sering menjadi perbincangan. Selain tentu karena latar belakangnya, wanita yang sering dijuluki sebagai serene ini juga terkenal karena pembawaan yang tenang dan menggoda dalam waktu bersamaan, hingga membuat banyak pria ingin memilikinya.
Maniknya bewarna cokelat muda itu melihat seorang pria yang sedang berbincang dengan salah satu temannya. "Yuri~ terima kasih sudah datang." Teman yang dimaksud adalah Kim Namjoon, seorang pecinta seni yang sering mengadakan amal.
"Jamuanmu selalu membuatku kagum." katanya tulus.
"Jangan membuatku besar kepada." tutur Namjoon sambil tersenyum malu. "Oh iya, kenalkan—dia adalah temanku."
Pria disamping Namjoon mengulurkan tangannya. "Jeon Jungkook." ucapnya dengan suara sedikit berat.
Ada yang menggelitik hati Yuri, yaitu tatapan yang diberikan oleh Jungkook sangat berbeda dari pria pada umumnya. "Min Yuri, kalau begitu aku permisi dulu."
Selepas meninggalkan pria-pria tampan itu, pun Yuri berdiri disudut ruang dansa dengan champagne yang disajikan oleh pelayan. Melihat beberapa wanita yang bersikap anggun padahal tumitnya tidak cocok dengan sepatu yang dipakai, pria yang memuka istrinya padahal bermain dengan wanita lain. "Membosankan." gunamnya.
Komitmen adalah hal yang jauh dari bayangan Yuri. Dia tidak percaya bahwa seorang pria akan setia dengan pasangannya, begitupula sebaliknya. Tentu bukan karena pemikirannya yang sempit, tapi karena Yuri dibesarkan dalam lingkungan yang seperti itu. Oleh sebab itulah, Yuri sering bermain dengan pria hanya sekedar untuk memuaskan kebutuhannya.
Champagne sudah habis tidak bersisa, menandakan bahwa Yuri akan segera meninggalkan pesta. Dia keluar setelah berpamitan kepada penyelenggara yaitu Namjoon.
Ketika berjalan melewati lorong, kepalanya tiba-tiba terasa sangat pusing dan matanya berkunang-kunang. Padahal, toleransi Yuri terhadap alkohol cukup tinggi terlebih selama dipesta dia hanya meminum dua gelas champagne. Dia berusaha mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi pengawal yang sedang menunggu dibawah.
"Butuh bantuan, Yuri-ssi?" Seorang pria berdiri didepannya dengan satu tangan didalam saku celana.
Kepala Yuri mendongak. "Tidak, terima kasih." jawabnya.
Bukan pergi, pria itu justru semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Yuri yang sedang bersandar didinding. "Sepertinya anda sudah mabuk, apa champagne yang anda minum terlalu kuat?" bisiknya disamping kuping, membuat Yuri merinding dan mual.
Dalam keadaan yang terpojok, Yuri sadar akan satu hal. "Kau tidak mungkin menuangkan sesuatu kedalam minumanku kan?"
Pria bernama Kang Tae Oh ini adalah pria yang mengajak Yuri berdansa tadi. "Benar, bagaimana? Apa tubuhmu sudah menginginkan sesuatu?" katanya sambil berseringai dan meremas pipi Yuri dengan keras.
"Bajingan!"
Tanpa dikatakan, Yuri sudah tau obat apa yang sudah dicampurkan kedalam minumannya—obat perangsang. Bukan satu kali dia mengalami hal ini, karena itu dia menyewa seorang pengawal. Tapi sayangnya, kesialan menimpanya hari ini.
Dengan suara musik yang cukup keras, lorong yang sepi tanpa adanya orang berlalu-lalang membuat Tae Oh mudah melaksanakan rencananya. "Itulah sebabnya jangan membuatku malu didepan umum. Padahal biasanya kau tidur dengan pria yang mempunyai paras tampan dan tubuh kekar. Tapi bisa-bisanya kau menolakku."
Tidak puas hanya dengan meremas pipi Yuri dan menciumnya paksa, Tae Oh menyikap gaun sutra bewarna merah itu dan meraba paha Yuri dengan tangannya. "Lepaskan aku berengsek!!"
Meskipun kakinya terasa sangat lemas dan tubuhnya panas, Yuri mencoba untuk meronta dan mendorong tubuh Tae Oh dengan sisa tenanganya. "Terima saja, jangan menahannya lagi. Aku bisa memuaskanmu." katanya sambil menggesekkan penis yang masih terbungkus kain kearah tubuh perut Yuri.
"Pantas saja kau bertindak memalukan, penismu yang sudah berdiri saja tidak terasa sama sekali. Bagaimana kau bisa memuaskanku?" kata Yuri sambil tertawa meledek.
Merasa direndahkan, Tae Oh menarik rambut Yuri hingga kepalanya mendongak. Kemudian diciumnya pksa Yuri yang semakin kehabiskan tenaga sambil sekali menampar pipinya. "Coba kau katakan lagi!"
Dari samar-samar penglihatannya, seorang pria tidak terduga datang dan langsung menarik kerah Tae Oh. Pria itu juga melayangkan tinjunya hingga tubuh Tae Oh terjelembab dilantai. "Kau baik-baik saja?"
"Jeon Jungkook?" gunam Yuri lirih.
Tae Oh mencoba kabur saat mendapatkan kesempatan. Sedangkan Jungkook melepaskan jasnya untuk dipakaikan kepada Yuri yang terlihat berantakan.
"Apa kau datang dengan sopir?" tanya Jungkook yang berjalan sambil menggendong Yuri.
"Pengawal... hh... ada pengawalku dibawah." jawab Yuri sambil menahan tubuhnya yang semakin panas.
"Tahanlah sebentar lagi." kata Jungkook mempercepat langkahnya agar segera masuk kedalam lift. Tapi—dia berhenti dan terkejut saat Yuri melingkarkan tangannya dileher Jungkook dan menciumnya sangat dalam.
Jungkook mendengar langka yang mendekat kearahnya. Karena beberapa alasan, Jungkook masuk kedalam ruangan serba guna yang untung saja tidak terkunci. "Bajingan itu memberikanku obat perangsang."
Mata Jungkook menyipit. "Apa maksudmu?"
Sambil meremas kerah kemeja Jungkook, Yuri memcoba mengatur nafasnya. "Tolong aku! Aku tidak mau pulang dengan kondisi seperti ini."
Wajah yang berantakan, gaun yang sobek, ujung bibir masih tersisa bekas darah—tentu saja akan timbul banyak pertanyaan. Terlebih tidak ada bukti yang bisa memberatkan kejahatan Tae Oh. "Bagaimana aku bisa menolongmu?"
"Apa kau benar-benar bertanya karena tidak tau?" tanya Yuri putus asa, mencoba untuk turun dari gendongan Jungkook.
Ditahannya tubuh Yuri kedalam dekapan. "Tidak. Hanya ingin memastikan apakah pikiranku sama dengan yang kau mau." jelas Jungkook.
[ bersambung... ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes on You (mature)
FanfictionPLEASE KALIAN HARUS WAJIB BACA CERITA INI. ADULT WARNING!! 🔞 PLOT-TWIST BERTEBARAN. Komitmen adalah hal yang jauh dari bayangan Yuri. Dia tidak percaya bahwa seorang pria akan setia dengan pasangannya, begitupula sebaliknya. Tentu bukan karena pem...