Hujan sudah mulai reda, meninggalkan genangan disetiap sudut jalan.
"Kalian pulanglah, sudah malam." kata Yuri kepada para pegawainya.
Lampu dilantai satu sudah mulai padam, Yuri menguncinya dari dalam dan kembali keatas bergabung bersama Jungkook. Minuman hangat sudah tidak lagi dibutuhkan, pakaian mereka kembali kering seperti semula.
Jungkook berjalan meja kerja Yuri yang sedikit berantakan dengan kertas sketsa. "Kau memang susah ditebak." katanya.
"Sebenarnya apa yang kau pikirkan tentangku sampai membuatmu terkejut setelah melihat gambar itu." Yuri duduk dipinggir jendela, melihat jalanan yang sangat sepi.
Tidak banyak orang melewati butiknya, selain karena malam menguasai langit—cuaca sisa hujan lebih cocok untuk bergumul dengan selimut tebal dan segelas cokelat panas.
"Hanya tidak menyangka bahwa kau mempunyai banyak kejutan." jelas Jungkook duduk disamping Yuri dan ikut melihat kearah jalanan.
Hanya ada beberapa orang yang mengakui tentang pencapaiannya ini, namun ada beberapa orang pula yang beranggapan bahwa butik ini dibuat dengan latar belakang Yuri.
"Terdengar seperti pujian." katanya.
Jungkook menatap Yuri yang sedang memainkan rambutnya, salah satu tanda bahwa wanita itu sedang malu. "Memang."
Sejak menunggu pakaiannya mering, Jungkook sama sekali tidak turun kebawah. Di lantai yang terlihat seperti ruang pribadi Yuri itu terdapat foto keleuarga saat dirinya masih kecil. Selain itu yang membuat Jungkook tertarik adalah ada coretan namanya dikertas kecil yang sudah dibuang ketempat sampah.
"Apakah aman menginap disini sendirian?" tanya Jungkook memeriksa pinggiran jendela dan pintu.
Yuri tertawa. "Sedang apa? Aku sering menginap disini, dan tidak pernah terjadi apapun. Taehyung juga sering menemaniku disini."
"Taehyung?" tanya Jungkook tiba-tiba menatap Yuri, membuat rasa dingin mengalir ditubuhnya.
"Pengawalku. Kau sudah pernah bertemu dengannya." jawab Yuri menjelaskan.
Kepala Jungkook mengangguk, ingat tentang hari itu. "Dia hampir saja membunuhku ketika melihatmu dalam keadaan tidak sadarkan diri."
"Berarti dia memang pengawal yang bisa diandalkan." kata Yuri bangga sambik tersenyum.
Bayangan Jungkook menutupi tubuhnya, tiba-tiba saja pria itu menyentuh pinggiran bibir Yuri. "Ada sisa cookies." katanya sambil tersenyum
Setelah beberapa waktu bertemu, Yuri sudah bisa membedakan ekspresi Jungkook. Senyuman yang sama dengan arti yang berbeda, dan sekarang senyumannya terasa dingin seolah terganggu dengan sesuatu.
"Bagaimana kau mengenal Aeri?" tanya Yuri yang memang sedikit penasaran.
"Dikenalkan oleh ibuku." jawabnya.
"Bisakah kau duduk saja? Kepalaku lelah mendongak keatas." gerutu Yuri sambil memijat leher belakangnya.
Sedangkan Jungkook, dia tidak duduk disamping Yuri melainkan jongkok dengan satu kakinya menempel lantai. "Kau tergangu karena temanmu dekat dengaku? Atau kau terganggu karena aku dekat dengan temanmu?"
"Apa bedanya?" tanya Yuri tertawa hingga membuat kerutan diujung matanya.
"Padahal kau terlihat sangat cantik saat tertawa lepas, kenapa selalu memasang wajah sedih?" ucap Jungkook.
"Ya! Kapan aku seperti itu? Dan berhentilah membual, kau membuatku merinding." jawab Yuri.
Kalau selama berada dimobil suasanya sangat canggung, saat ini Yuri merasa sangat leluasa—seperti ikatan yang satu persatu terlepas dari tubuhnya. "Sering kali." jawab Jungkook.
"Aku sering tertawa lepas, kau hanya tidak pernah melihatnya saja. Dan—aku tidak terganggu dengan kedekatan kalian." kata Yuri.
Sekalipun Jungkook tidak melepaskan pandangannya dari Yuri, dia memperhatikan bagaimana wanita itu berbicara, tertawa, bahkan sesekali tersipu malu. "Lalu? Kau cemburu?"
Tebakan Jungkook membuat Yuri terdiam. Tidak mungkin, pikirnya. Karena selama ini dia hampir tidak pernah mempunyai rasa cemburu kepada pasangannya meskipun mereka bersama wanita lain. "Hanya sedikit sesak—" gunamnya lirik.
"Benarkah?" tanya Jungkook memastikan.
Senyuman Jungkook kali ini jelas untuk menggoda Yuri, terlihat berhasil—karena wajahnya bersemu merah ketika Jungkook menyentuh pipinya. "Sebaiknya kau pulang."
"Benar, istirahatlah." kata Jungkook berdiri dan mengacak rambutnya menjadi semakin berantakan.
"Jeon Jungkook." panggil Yuri saat dua anak tangga terlewati.
Merasa namanya dipanggil, Jungkook berbalik badan. Disana Yuri sedang mengapitkan kedua tangannya dan menatapnya lembut. "Terima kasih."
"Bagaimana kau bisa memasang wajah seperti itu?" kata Jungkook melangkahi dua anak tangga sekaligus dan menarik tubuh Yuri kemudian menciumnya.
Merasa tidak disambut, Jungkook yakin bahwa Yuri pasti sangat membenci tindakannya yang tiba-tiba. Namun setelah beberapa detik terdiam, Jungkook terkejut ketika Yuri berjinjit dan menarik kerah bajunya. "Kenapa berhenti?"
Raut wajahnya seketika berubah, Jungkook juga langsung meraih pinggang Yuri, melumat bibirnya dengan sangat dalam. Seolah dikejar okeh waktu, baik Jungkook pun Yuri melepaskan pakaiannya cepat.
Tangan Jungkook menarik rambut Yuri hingga membuat kepalanya mendongak, ditatap wajah wanita didepannya yang sudah sayu—terangsang hanya dengan cumbuan. "Jangan memasang ekspresi seperti ini didepan pria lain."
Tidak hanya bibir, Jungkook juga mencium setiap inci tubuh Yuri dengan lembut. Saat sampai di pucuk payudaranya, sesekali Jungkook menyesapnya dan bermain dengan lidahnya.
Tubuhnya seolah melayang, Yuri tidak lagi menahan desahannya. Dia justru meremas rambut Jungkook ketika kepala pria itu berhenti dibawah pinggangnya. Membuka kedua kakinya dan menenggelamkan wajahnya disana.
"Ahh..."
Cairan yang terasa asin tidak membuat Jungkook berhenti menjilat. Dia juga memasukkan tiga jari sekaligus dan mengaduk vagina Yuri—hingga mencapai pelepasan pertama. Tubuh depan Yuri menempel kedinding dengan posisi menungging. Jungkook memainkan lidahnya didalam pipi dan menampar bokong Yuri yang kenyal hingga menyisakan semburat kemerahan. Tentu saja Yuri mengerang kesakitan, tapi juga menikmatinya.
"Sakit?" Meskipun terasa lebih penuh ketika menghadap belakang, tapi Yuri tetap menggelengkan kepalanya.
Hentakan demi hentakan membuat tubuh Yuri terdorong, Jungkook meletakkan tangannya agar kepala Yuri tidak membentur dinding. Sambil terus memompa, satu tangannya meremas dan menampar bokong Yuri.
Pergumulan itu berlansung cukup lama, beberapa kali Yuri sudah merasakan pelepasan dengan berbagai posisi—tapi Jungkook masih belum juga mengeluarkan cairannya. Entah karena staminanya atau memang dia menahan agar pergumulan ini tidak cepat selesai.
Jika tadi tubuh mereka basah karena air hujan, sekarang keringatlah yang membasahi tubuh mereka. Setelah lebih dari satu jam, akhirnya Jungkook dan Yuri berbaring diranjang lantai tiga.
"Monster." gunam Yuri yang bersandar didada Jungkook.
Selain karena memang ukuran ranjang yang kecil, Jungkook tidak membiarkan Yuri lepas dari pelukannya. Sedangkan Yuri—dia menikmati suara detak jantung Jungkook yang masih sedikit berderu.
"Kalau begitu kau harus berhati-hati." jawab Jungkook sambil mengelus rambut Yuri.
[ bersambung... ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes on You (mature)
FanfictionPLEASE KALIAN HARUS WAJIB BACA CERITA INI. ADULT WARNING!! 🔞 PLOT-TWIST BERTEBARAN. Komitmen adalah hal yang jauh dari bayangan Yuri. Dia tidak percaya bahwa seorang pria akan setia dengan pasangannya, begitupula sebaliknya. Tentu bukan karena pem...