19

994 58 1
                                    

Satu minggu lewat begitu saja. Yuri menghindar setiap kali Jungkook mendatangi dibutik dan rumahnya. Hingga membuat Yoongi merasa ada yang terjadi diantara mereka.

"Kau sedang bertengkar?"

"Tidak." jawabnya.

Hampir setiap hari, Jungkook mendatangi rumah mereka, namun belum sampai didepan pintu—Taehyung sudah mengusirnya. Dan pada saat Yoongi bertanya kepada pengawal adiknya, dia hanya menunduk tanpa menjelaskan apa yang terjadi.

"Sebaiknya kau temui dia dan bertanya langsung. Jika memang pada akhirnya kau tidak juga bisa memaafkannya, maka pergi adalah jalan yang terbaik. Atau kau bisa sedikit memberinya pelajaran." kata Yoongi yang bersandar dipinggiran pintu.

"Kau tidak merindukannya?" tanya Yoongi lagi.

"Tidak."

Sejujurnya, Yoongi memang belum percaya sepenuhnya kepada Jungkook. Masih terlalu banyak hal yang tidak bisa diketaui darinya. Tapi, kembalinya hubungan antar saudara, secara tidak langsung membuat Yoongi berhutang. "Kau bahkan tidak menggambar dikertas."

Tangannya berhenti, Yuri melihat beberapa kertas masih bersih tanpa ada coretan apapun. Justru, sprei bewarna putih itu sudah kotor terkena tinta.

Yuri turun dari ranjang dan mengambil tasnya. "Tunggu, kau tidak berencana memakai baju ini kan?"

Dress mini berbahan kaos memperlihatkan bentuk tubuhnya, memang biasanya Yuri juga mengenakan pakaian yang sexy tapi masalahnya, saat ini sedang musim dingin dan semalam salju turun. "Setidaknya pakailah ini." lanjutnya mengambil jaket rajut tebal yang tergantung di lemari Yuri.

"Aku akan segera pulang." Yoongi hanya mengangguk dan mengusap kepala adiknya.

*

Jungkook yang baru tertidur selama beberapa jam dibuat terkejut dengan kedatangan seseorang. "Masuklah."

Tatapan matanya sangat dingin sekaligus menggoda, terlebih pakaian yang sedang dia kenakan saat ini membuat Jungkook terdiam. "Kau pasti kedinginan, aku akan—"

Yuri mendorong tubuh Jungkook hingga dia terduduk kembali. "Tidak usah."

Saliva Jungkook tertahan ketika Yuri melepaskan jaketnya dan berlutut dibawah kakinya, meraba pahanya dan meremasnya. "Aku cuma sebantar."

"Tunggu, Min Yuri! Lebih baik kita bicarakan—ahh!!" Jungkook meringis karena penisnya diremas sedikit kasar oleh Yuri.

"Katakan saja. Aku akan mendengarnya." jawab Yuri, mencoba untuk melepaskan celana yang sedang dipakai Jungkook.

Tangannya terus berusaha meskipun ditahan sang pemilik. Namun karena tatapan Yuri yang terlihat marah, pun Jungkook harus merelakannya. "Lebih baik kau dud—hhg!" kali ini Jungkook merasa seluruh badannya tersengat listrik.

Untuk kali pertama, Yuri menyentuh penis Jungkook dengan lidahnya—memainkannya diujung pangkal. "Kenapa berhenti? Cepat katakan!!"

Bagaimana bisa Jungkook menjelaskan kesalah pahaman ini jika Yuri menatapnya dengan penis yang memenuhi mulutnya. Wajah yang sudah memerah dan mengeluarkan sedikit air mata tidak berhenti sampai bagian tumpul menyentuh tenggorokannya.

"Eunghh—berhentilah!!" pinta Jungkook meremas rambutnya kasar.

Memang benar bahwa jilatan Yuri membuat Jungkook kehilangan kata-kata, tapi dia juga tidak ingin melihat wanita itu memaksa dirinya melakukan hal yang tidak dia sukai.

"Kau masih belum mau menjelaskannya? Padahal aku sudab berlutut didepanmu, menjilat penismu. Bukankah kau menyukai wanita seperti itu? Atau ada yang kura— apa yang kau lakukan!!!!?"

Tubuh Yuri terbaring di sofa secepat kilat. Jungkook sudah mengambil alih posisinya hingga berada diatasnya. "Apa kau benar-benar ingin mendengar penjelasanku dengan cara seperti ini? Min Yuri, jangan membuatku kehilangan akal!"

Mata Jungkook menatapnya penuh rasa putus asa. Tapi justru itulah yang sengaja Yuri cari. "Kenapa? Kau kesal? Atau sudah terangsang? Dasar bajingan!! Seharusnya aku tidak mempercayai pria sepertimu!!"

Jungkook melonggarkan tekanannya ditangan Yuri, dia justru memeluk wanita yang airmatanya sudah hampir menetes. "Benar. Lebih baik kau marah dan memukulku. Aku salah." ucapnya.

"Lepaskan!!" pinta Yuri mendorong tubuh besar dari dirinya.

Sayangnya, Jungkook sama sekali tidak bergerak. Justru dia semakin mempererat pelukannya dan membiarkan Yuri mengamuk serta memukulnya berkali-kali. Setelah tenaganya habis, barulah Jungkook menatap Yuri dengan lembut. "Aku akan menjelasakannya."

Kehidupan Jungkook lebih bebas daripasa Yuri, dia bahkan sering menganggap wanita itu hanyalah sebuah mainan yang jika sudah tidak terpakai maka dia akan membuangnya.

Tiga tahun yang lalu, Jungkook memang pernah bertemu dengan Yuri. Dia cukup lama tertegun melihat wanita yang memegang kendali diatas pasangannya saat itu. Tentu saja hal itu membuatnya penasaran.

Dan, kepulangannya ini. Dia meminta bantuan kepada Jimin agar menjadi lebih dekat dengan Yuri secara natural.

Kebetulan sekali sang ibu mendorong Jungkook untuk mempunyai kekasih, dan Jimin mengatakan agar dia harus menjadi pendamping Aeri—jika ingin mendekati Yuri.

Tatapannya masih sama ketika Jungkook bertemu kembali dengannya. Bahkan dia semakin tertarik untuk membuat wanita itu menjadi mainannya. Sampai dia melihat tubuh Yuri yang terkulai dengan lemas serta wajah yang sayu.

Tanpa mengetauipun, Jungkook mengerti situasi apa yang sedang dia hadapi sekarang.

Semakin memperhatikan Yuri dan mendengar bagaimana dia tumbuh menjadi seperti ini sungguh membuat Jungkook melupakan bahwa sebelumnya Yuri tidak lebih dari sekedar mainan.

"Aku tidak butuh dikasihani!" gunam Yuri menatap tajam dengan mata yang merah, susa dari kemarahannya.

Kepala Jungkook menggeleng. "Tidak, tapi aku menyayangimu." jawabnya beranjak dan memakai celananya lagi.

Tali gaun Yuri yang setipis spaghetti merosot sampai lengan. Rok mininya juga tersingkap hingga sedikit memperlihatkan bagian celana dalam. Posisi tengkurap di atas tubuh Yuri tentu sangat tidak menguntungkan bagi Jungkook.

"Pembohong!!" kata Yuri getir.

Jungkook pergi kedalam kamar dan kembali sambil membawa sweater tebal. "Tidak." jawabnya memakaikan sweater ke tubuh Yuri. Dan mengambil selimut yang tersampir disandaran sofa untuk menutup kaki Yuri.

"Aku akan menjadi pria yang sangat bodoh jika menyia-nyiakan wanita sepertimu." katanya sambil tersenyum—senyum yang mampu membuat Yuri jatuh cinta.

"Dan aku adalah wanita bodoh karena percaya dengan ucapan seperti itu!" kata Yuri menundukkan kepalanya.

Yuri benar-benar sudah terpikat dengan Jungkook. Bahkan dia juga tidam perduli apakah perkataan itu tulus atau hanya sekadar bualan semata. Dia hanya perlu memberikan kesempatan, alih-alih kehilangan Jungkook.

"Sudah tidak marah?" tanya Jungkook mengusap pipi Yuri.

"Belum. Aku bahkan belum mengijinkanmu menyentuhku!!" katanya.

Tapi larangan itu tidak terdengar oleh Jungkook, justru dia memeluk Yuri segera setelah melihat sorot mata yang sudah kembali lembut. "Baiklah aku tidak menyentuhmu." jawabnya.

"Kalau begitu lepaskan!!"

"Memang apa yang aku lakukan?"










[ bersambung... ]

Eyes on You (mature)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang