Entah sebuah kesialan atau mmang kesengajaan, setelah satu bukan Yuri menjalani kehidupan yang membosankan—dia membuat janji bertemu dengan Aeri, tapj temannya itu justru datang bersama Jungkook.
Memang benar bahwa Jungkook tidak lagi menemuinya. Tapi yang membuatnya sedikit terganggu saat ini adalah—Jungkook yang sedang duduk didepannya dan bersikap seolah tidak mengenalnya.
"Aku dengar butikmu mendapatkan kerja sama dengan agency KY Entertainment?" tanta Aeri sambil menikmati hidangannya.
Yuri mengangguk. "Hanya satu tahun untuk girlgroup yang akan debut."
"Kenapa kau menerimanya? Padahal mereka tidak akan menampilkan nam butikmu." gerutu Aeri.
Sambil menjawab berbincang, sesekali Yuri melirik kearab Jungkook yang sibuk dengan makanannya. "Tidak masalah. Aku juga tidak mencari uang dari sana."
Tiba-tiba saja Aeri menggebrak meja, membuat beberapa orang disana menoleh secara bersamaan. Setelah membuat orang terkejut dia justru terkekek. "Maaf. Aku melupakan sesuatu!!" ucapnya.
"Apa?"
"Presdirnya masih muda, tanpan dan lajang." jelas Aeri mengebu-gebu.
Mendengar bagaimana temannya mengetaui banyak hal membuatnya bertepuk tangan. "Tidak diragukan lagi informan nona Park Aeri disegala penjuru. Bahkan aku tidak terkejut kau mengetaui tentang kontrakku yang baru dua hari berjalan."
Dengan wajah bangga Aeri tersenyum. "Ya! Min Yuri, kau harus tidur dengan—aw!"
"Maaf, aku tidak sengaja. Kau baik-baik saja?" Tangan Jungkook menyenggol air minum hingga membasahi gaun Aeri.
"Untunglah hanya air mineral, aku bisa mengeringkannya direstroom. Kalian tunggu sebentar." kata Aeri.
Dengan mata telanjang, Yuri tau bahwa tadi bukan ketidak sengajaan. "Kenapa kau melakukan itu?"
"Apa maksudmu?" tanya Jungkook dengan wajah polos.
"Kau sengaja menyenggol gelas dengan sikumu bukan?"
Bukannya terkejut, Jungkook tersenyum. "Rupanya kau memperhatikan hal yang tidak penting. Memang benar aku sengaja."
"Tapi kenapa?"
Jungkook mengangkat bahunya. "Berisik."
Jika apa yang sedang dipikirkan oleh Yuri benar, Jungkook sengaja melakukan hal itu untuk menutup pembicaraan yang menjurus ke hal tidak senonoh. Memang benar bahwa dirinya sering tidur dengan beberapa pria, tapi membicarakan hal itu direstoran—tentu saja membuat Yuri canggung. "Terima kasih." gunamnya.
Karena lengan kemeja yang dipakai oleh Jungkook juga basah, dia menggulung lengan kemejanya hingga siku. Yuri melihat pembuluh dara yang terukir seperti akar tanpa berkedip. Tidak berhenti hanya disitu, Jungkook juga mencolek saos tar-tar dengan dua jarinya dan memasukkannya langsung kedalam mulut.
Mata mereka tidak sengaja bertemu, Yuri mengalihkan pandangannya dengan cepat dan mengibaskan tangannya sebagai kios karena tiba-tiba udara menjadi panas.
"Haii aku sudah kembali." sapa Aeri riang. "Tapi, kenapa wajahmu merah?"
"Siapa? Aku?" Aeri mengangguk. "Karena cuacanya panas."
Sontak Aeri menoleh kebelakang, ada kaca yang sangat besar. Disana dia bisa melihat suasanya diluar. "Padahal sedang mendung. Oh ya, aku harus pergi." ucapnya.
"Aku bisa pulang naik taxi." kata Yuri mengangguk.
"Tumben si tampan tidak bersamamu?" Yang dimaksud Aeri adalah Taehyung.
"Dia sedang libur."
Aeri menatap Jungkook. "Kau bisa mengantar temanku?"
"Ya! Aku bisa pulang sendiri. Lagipula kau kan datang bersamanya." tolak Yuri.
"Bisa." Jungkook langsung menjawab sebelum Aeri berubah pikiran.
"Sebentar lagi ada yang menjemputku. Maaf Jungkook, tapi kau harus mengantarnya sampai didepan pintu. Kalau tidak, kakaknya akan membunuhku." katanya sambil terkekeh kemudian pergi setelah melambaikan tangannya.
"Mau pulang sekarang sebelum hujan?" tanya Jungkook mengambil jasnya dan meletakkannya dilengan.
Langit semakin gelap dan berkabut. Mobil Mercedes-Benz E43 warna hitam melaju dengan kecepatan sedang. Selama perjalanan, Yuri hanya menatap kearah luar jendela. Sedangkan Jungkook bersenandung lirih mengikuti lagu yang sedang diputar.
"Kau tidak nyaman bersamaku?" tanya Jungkook tiba-tiba memecah keheningan.
Yuri juga tidak tau kenapa dia bersikap seperti ini, rasanya terganggu jika melihat Jungkook bersama dengan Aeri. Tapi dia juga bingung jika berada dalam kondisi seperti sekarang. "Tidak."
"Kalau begitu santailah. Lehermu akan sakit jika terus melihat kekanan." kata Jungkook yang serius menatap kejalanan.
Sambil merutuk kebodohannya ini, Yuri akhirnya melihat kearah depan. Namun baru beberapa detik berjalan, matanya tertuju ke atah tangan Jungkook yang sedang memegang kemudi. Pandangannya tidak teralihkan sama sekali, tanpa dia sadari Jungkook memperhatikannya.
"Kau pasti rajin berolahraga." ucapnya lirih.
"Benar." jawab Jungkook.
"Huh? Apa?" Yuri bingung dengan jawaban Jungkook.
Mobil berhenti dilampu merah. "Kau tadi bertanya apakah aku rajin olahraga?" kata Jungkook mengulangi pertanyaan Yuri.
Mata Yuri terbelalak. "Kau mendengarnya? Tapi sepertinya aku hanya berkata dalam hati."
Jawaban Yuri tentu terdengar konyol, dan membuat Jungkook tertawa puas. Dia juga melihat Yuri yang memukul kepala karena kebodohannya. "Hentikan, nanti kau terluka."
"Kalau begitu tutup tanganmu dengan baik!!" ucapnya sebal.
"Apa yang salah dengan tanganku? Padahal kau sudah melihat tubuhku seutuhnya." tutur Jungkook.
"YAHHH!!!" Yuri membungkam mulut Jungkook dengan tangannya. "Hentikan, aku malu!"
Untuk kali ini Yuri tersadar telah menyentuh Jungkook lebih dulu. Dengan cepat dia melepaskannya dan duduk seperti semula, menatap kearah jendela. Dilain sisi, Jungkook mengusap bibirnya san tersenyum.
Setelah sekitar 40menit dijalanan, dan hujan sudah turun cukup deras—mereka sampai di Alora Boutique. Yuri sengaja tidak ingin Jungkook mengantarnya kerumah demi menghindari pertanyaan-pertanyaan dari Yoongi.
"Tunggu sebentar." kata Jungkook.
Yuri melihat Jungkook keluar dan mengambil payung dibagasinya. Kemudian pria itu membuka pintu Yuri dan mengantarnya sampai di depan pintu. "Kau jadi basah kuyup."
"Tidak masalah. Kalau begitu aku pulang dulu." ucap Jungkook berlari mobilnya.
Yuri meremas ganggang payung dengan kuat. "Jeon Jungkook!!" Langkahnya berhenti seketika mendengar namanya dipanggil. "Kau bisa mengeringkan pakaianmu didalam."
Bergegas Yuri membuka pintu butik dan masuk kedalamnya. "Sajangnim, saya kira anda langsung pulang." sapa seorang pegawai disana.
"Selamat datang~"
"Dia tamuku, tolong bawakan teh kelantai dua ya." pinta Yuri sambil tersenyum.
"Baik."
Jungkook mengikuti Yuri dari belakang. Dilantai dua ada ruang kerja dan kursi tamu, sedangkan lantai tiga berfungsi sebagai tempat istirahat. Ada sofa beukuran kecil dan ranjang yang kecil. Disana juga ada boneka kelinci berukuran lebih besar dari pasa Yuri.
"Aku tidak punya pakaian pria, tapi kau bisa memakai handuk ini selagi pakaianmu dikeringkan." kata Yuri.
"Kau akan tetap disini?" tanya Jungkook sambil melepas kancing kemejanya satu persatu.
"Apa? T... tidak. Lempar saja kebawah, aku menunggu disana." jawab Yuri berlari menuruni anak tangga.
Puas menggoda Yuri, Jungkook lagi-lagi tersenyum.
[ bersambung... ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes on You (mature)
FanfictionPLEASE KALIAN HARUS WAJIB BACA CERITA INI. ADULT WARNING!! 🔞 PLOT-TWIST BERTEBARAN. Komitmen adalah hal yang jauh dari bayangan Yuri. Dia tidak percaya bahwa seorang pria akan setia dengan pasangannya, begitupula sebaliknya. Tentu bukan karena pem...