25

862 53 1
                                    

Mobil terus melaju, seoanjang perjalanan Yuri tidak mengalihkan pandangannya dari Jungkook. Dia takut jika tiba-tiba semua ini benar hanya hayalannya.

Sampai akhirnya mereka tiba disebuah rumah traditional khas Jepang. Sejak memasuki pagat, sudah ada beberapa penjagaan yang sangat ketat.

"Jangan biarkan siapapun masuk kedalam sini, bahkan ayah sekalipun. Atau kepala kalian sebagai hukumannya."

Meskipun tidak mengerti karena Jungkook sedang menggunakan bahasa Jepang, tapi perkataan itu terdengar seperti ancaman di kupingnya. Yuri membiarkan dirinya ditarik masuk dan duduk diruang tamu.

"Kenapa kau ada disana? Bukankah seharusnya kau makan bersama pria itu?" kata Jungkook sedikit menahan emosinya.

"Pria? Apa maksudmu? Tunggu—jelaskan kepadaku apa yang terjadi, bukankah kau tertembak?"

Jungkook melihat wajah Yuri yang masih terkejut. Dia berlutut didepannya sambil menghembuskan nafas panjang.

"Dengar, kurang dari satu jam ayahku akan sampai kesini. Aku hanya akan menjelaskannya dengan singkat." Yuri mengangguk.

"Benar bahwa malam itu aku tertembak. Saat membuka mata aku sudah berada di Jepang, dirumah orangtuaku. Mereka tidak membiarkan aku kembali ke Korea karena perjanjian yang sudah aku buat. Mereka juga memblokir semua hal yang berkaitan denganku agar tidak bisa ditemukan olehmu."

"Aku masih tidak mengerti. Perjanjian apa?" tanya Yuri.

Kepala Jungkook menunduk, tatapannya kembali seperti saat mereka bersama. "Keluarga ayahku adalah Yakuza. Mereka ingin aku mengambil alih organisasi tersebut. Karena saat itu aku belum bertemu denganmu, aku menyetujui hal itu dengan syarat tinggal di Korea selama lima tahun. Namun, aku melakukan satu kesalahan yang membuat Yakuza berurusan dengan mafia di Korea. Kesalahan yang tidak aku sesali."

"Apa kesalahan itu berhubungan denganku?" tanya Yuri.

Jungkook mengangguk. "Apa kau ingat pria yang memberikanmu obat perangsang? Aku sudah membunuhnya."

Seketika bulu kuduk Yuri berdiri. "Kau pasti takut denganku." kata Jungkook.

Namun seketika itu juga Yuri menggeleng dan memegang tangan Jungkook. "Lalu, apa yang terjadi?"

"Kang Tae Oh adalah anggota dari Blackmoon, dan dia mempunyai darah yang sama dengan pimpinan disana. Blackmoon mampu melacak keluargaku, dan memberikan ancaman bahwa mereka akan membunuhku. Karena itulah, ayah menghabisi orang-orang dari Blackmoon tanpa tersisa."

"Aku minta maaf sudah melibatkanmu." ucapnya lagi.

Bagi Yuri memang semua terasa asing, cerita yang dia dengarkan juga tidak bisa dimengerti. "Tapi kau selamat, apa keluargamu menganggap semua ini karena aku?"

"Setelah mengenalmu, aku menolak tawaran untuk menjadi pimpinan Yakuza. Dan tentu saja keputusan itu membuat ayahku murka. Dia memberikan satu persyarayan denganku." Jungkook coba mengatur perasaannya.

"Aku tetap bisa melihatmu walaupun dari jauh, tapi kau tidak akan mengetaui keberadaanku. Atau dia akan—membunuhmu." lanjutnya.

Mendengar perkataan Jungkook memang membuatnya sangat terkejut. Tapi melihat kekasihnya didepan mata, Yuri justru memeluknya erat. "Kau pasti sangat kesulitan selama ini."

Pertahanan Jungkook runtuh. Dia membalas pelukan Yuri dan mencium bibirnya dengan dalam, melepaskan sedikit rasa rindu kepadanya.

"Apa masih ada yang perlu aku ketaui?" tanya Yuri.

"Kau ingat dengan ibuku?" Yuri mengangguk. "Mereka tidak benar-benar bercerai. Ada beberapa hal yang membuat mereka mengatakan rumor tersebut. Keberadaan ibu di Korea selain untuk keamanannya, juga untuk mengawasiku."

"Ibu melawan ayah saat aku mencoba untuk bunuh diri. Sampai akhirnya ada perjanjian baru yang bisa kita berdua sepakati." katanya mengelus pipi Yuri.

"Apa?"

"Lima tahun yang seharusnya aku habiskan diKorea hanya bisa bertahan selama satu tahun. Ayah ingin aku memimpin organisasinya selama empat tahun. Setelah itu, aku bisa kembali denganmu—itu juga jika kau masih menerimaku dan belum menikah dengan orang lain." jelas Jungkook.

"Jadi selama ini kau terus mengawasiku? Apa kau tau aku ke Jepang satu tahun yang lalu?"

Jungkook menggeleng. "Tidak karena saat itu ayah masih mengurungku dan aku masih dalam masa penyembuhan. Tapi, aku tidak menyangka bahwa kau akan datang lagi kesini."

Tiba-tiba saja Yuri teringat akan perkataan salah satu orang yang berpapasan dengannya tadi. "Kau ada disana bukan?"

"Benar. Aku minta maaf sudah membiarkanmu terluka." ucapnya melihat lutut Yuri yang masih tertutup plester.

"Aku mengira bahwa diriku sudah gila karena terus merasakan keberadaanmu selama tinggal disini." jawab Yuri.

Banyak sekali yang ingin disampaikan oleh Jungkook, namun justru nama Seokjinlah yang dia sebut. "Berbahagialah dengannya."

Suara mobil terdengar, beberapa perkelahian juga tidak bisa dihindari. Yuri berdiri dibelakang punggung Jungkook saat seorang pria masuk kedalam ruangan bersama penjaga yang wajahnya sudah hancur.

"Putraku, apa kau sudah lupa dengan janjimu? Kenapa kau membawanya kesini?"

"Kemanapun aku pergi, ayah pasti akan menemukanku. Bukan begitu?" jawab Jungkook.

Suasanya begitu tegang, membuat perut Yuri terasa mual. "Wanita itu, aku bisa menghabisinya sekarang kan?"

"Jika ayah melakukan itu, maka ayah juga akan kehilanganku." perseteruan itu tidak ada ujungnya.

Dimata sang ayah, sebenarnya Jungkook terlihat masih kecil. Dia hanya ingin putranya terus dalam pengawasan. Dua kali hampir kehilangan tentu semakin membuat ayahnya bertindak berlebihan.

"Baiklah. Bagaimana kalau kita bertanding. Siapa yang mengeluarkan darah terlebih dahulu, maka dia akan menuruti semua permintaan si pemenang."

Perkelahian yang dimaksud adalah kendo. Mereka harus mengayunkan samurainya ke arah lawan. "Jangan!!" pinta Yuri.

"Aku tetap akan melakukannya walaupun kau menikah dengan Seokjin." kata Jungkook.

"Benar. Wanita itu sudah menemukan pria lain!! Sedangkan kau masih terus memikirkannya setiap hari."

Ucapan sang ayah sama sekali tidak dihiraukan, Jungkook justru meminta agar Yuri berdiri lebih jauh dari tempatnya sekarang. "Pejamkan saja matamu."

Baru saja sama-sama mengambil samurai yang tergantung di dinding. Terdengar suara yang sangat menggelegar. "HENTIKAN KALIAN BERDUA!"

Seorang wanita masuk bersama kakek tua. "Kemarilah nak." katanya kepada Yuri.

Yuri yang merasa lebih aman karena mendengar suara wanita menggunakan bahasa sehari-harinya menurut untuk mendekat. "Suamiku, kau sudah berjanji tidak akan mengganggu Kichiro, dan kau—bukankah ibu sudah memberikanmu kelonggaran?"

Selama istrinya berbicara, pria yang membuat Yuri ketakutan itu hanya menunduk. Sangat bertolak belakang dengan tubuhnya yang tinggi besar. "Nak, aku akan bertanya kepadamu. Apakah kau masih mencintai Kichiro—tidak maksudku Jungkook? Atau kau sudah mencintai pria lain?"

Sebelum menjawab, Yuri lebih dulu menatap mata Jungkook. "Aku minta maaf." ucapnya.




[ bersambung... ]

Eyes on You (mature)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang