Kedamaian memang sudah kembali dalam hubungan mereka, tapi Jungkook masih menjalani hukumannya untuk tidak menyentuh Yuri sampai tenggang waktu yang tidak ditentukan.
Mereka berkencan layaknya pasangan pada umumnya, terkadang Yoongi ikut makan bersama mereka untuk mengetaui apakah Yuri benar sudah baik-baik saja bersama Jungkook.
Bukan hanya Jungkook, Aeri juga sudah mendatangi Yuri dan meminta maaf. Mereka kembali menjad teman dekat tanpa ada lagi kesalah pahaman pun rahasia.
"Aku akan menemui ibuku, kau bisa ikut keatas." kata Jungkook.
Saat ini mereka sedang berada di The Hills Hotel. Meskipun hubungan mereka memang sudah dekat, tapi untuk bertemu salah satu orangtua Jungkook—Yuri masih belum yakin.
"Tidak. Aku menunggu di cafe sini saja." jawabnya.
Jungkook mengangguk mengerti. "Baiklah, aku tidak akan lama." katanya.
Lobby hotel yang didominasi warna abu tua, cokelat tua dan ornamen keemasan terlihat cukup unik dibandingkan dengan hotel pada umumnya. Interior ini seolah mengingatkannya kepada apartment Jungkook.
Sambil menghabiskan waktunya dengan menggambar dan menikmati segelas americano dingin, Yuri sesekali melirik kearah jam di pergelangan tangannya.
Sudah hampir satu jam, tapi Jungkook tidak kuncung kembali menemuinya. Dia juga tidak mau menghubungi Jungkook karena sedang bertemu ibunya.
Lima belas menit setelahnya, minuman Yuri sudah habis dan akhirnya dia melihat Jungkook. Tapi kekasihnya itu tidak sendirian, melainkan berdua dengan wanita asing. Cara jalannya yang anggun, rambut pendek yang membuat lehernya terlihat jenjang, pakaiannya yang sederhana serta wajah asia namun terlihat berbeda dengannya. Pemandangan tersebut membuat dadanya sesak seketika.
Sebelum wanita itu pergi dan memakai mantel bulunya, Jungkook membungkukkan badannya hampir 90 derajat dan kemudian mencium kedua pipi kanan dan kirinya.
"Maaf sudah membuatmu menunggu terlalu lama." ucap Jungkook yang berlari kecil menghampirinya.
Yuri tersenyum. Membereskan kertas-kertasnya dan memasukkan kedalam tas. "Tidak masalah." jawabnya.
"Bagaimana kalau kita makan dulu sebelum pulang?" ajak Jungkook yang perutnya sudah berbunyi.
"Kita pesan makanan saja, aku ingin merebahkan tubuhku." kata Yuri memijat punggungnya.
Bibir Jungkook membuat pout, ingin rasanya dia juga meminat pinggang Yuri—tapi bagaimana pun dia harus menepati janjinya untuk tidak melakukan hal itu sebelum Yuri sendiri yang menginginkannya.
"Ya sudah. Ayo pulang."
Layanan antar datang tidak lama setelah mereka tiba di apartment. Jungkook sengaja memesan saat mereka sedang berada dalam perjalanan dengan tujuan akan langsung makan setibanya mereka di apartment.
Tapi sejak berada didalam lift, tangan Yuri melingkar dilengannya. "Mungkin dia sedang kelelahan." pikirnya.
Setelah masuk kedalam, Jungkook menyiapkan makanannya sedangkan Yuri berganti pakaian. Bukan pakaian yang lebih hangat, justru Yuri hanya memakai kaos oversize tipis tanpa menggunakan bra. Pucuk payudaranya terlihat karena kaosnya yang bewarna putih.
"Kau tidak kedinginan?" tanya Jungkook yang terkejut saat Yuri duduk didepannya.
"Tidak." jawab Yuri mengikat rambutnya keatas.
Semangguk jjajangmyeong tentu terlihat menggiurkan, tapi wanita didepannya ini jelas lebih menarik perhatiannya. "Katanya lapar, kenapa tidak makan?" tanya Yuri.
Jungkook hanya bisa menghela nafasnya. Selama makanpun, Yuri seolah terus menggodanya dengan suara yang sedikit mendesah—membuatnya berulang kali tersedak.
"Min Yuri, aku hanya bertanya karena tidak ingin salah paham. Tapi—kau tidak sedang menggodaku kan?" tanya Jungkook meletakkan sumpitnya.
Manik Yuri meneliti wajah Jungkook. "Kenapa? Makanan ini hanya sedikit pedas untukku."
"Kalau begitu kita pesan yang lain. Jangan memakannya lagi!" ucap Jungkook mengangkat mangkok didepan Yuri.
"Kalau begitu—" Yuri menahan tangan Jungkook dan merabanya sampai lengan bagian dalam. "—apa aku bisa meminta yang lain?"
Lagi-lagi Jungkook hanya bisa menghela nafasnya. "Kalau kau menyentuhku begini, aku tidak bisa diam begitu saja."
"Hm. Aku masih belum boleh mengijinkanmu." katanya meletakkan kembali mangkok ditangan Jungkook kemeja.
"Apa aku membuat kesalahan lagi? Kenapa sepertinya kau terlihat marah?" tanya Jungkook pastah ketika Yuri duduk dipangkuannya dan mendekatkan wajahnya.
"Tidak. Aku hanya ingin bermain-main sebentar."
Kesabarannya benar-benar sedang diuji saat pinggang Yuri bergerak maju mundur, dan dia memasukkan tangannya untuk meraba perut Jungkook. "Jangan seperti ini, bukankah kita sudah sepakat untuk mengatakan apa yang sedang kita rasakan?"
Seketika Yuri berhenti, dia diam dan memandang Jungkook. "Benarkah? Kapan aku mengatakan hal itu?" katanya sambil tertawa.
Tidak perduli dengan Jungkook yang sudah menggigit bibir bawahnya dengan wajah yang amat terangsang, Yuri justru semakin mempercepat gerakannya ketika merasa gundukan didalam celana semakin membesar. "Ah! Sepertinya ada yang sudah tidak tahan, apakah aku harus membuatkannya masuk—atau tidak usah?"
Jungkook mengingat kembali apa saja yang dia lakukan seharian ini. "Apa kau matah karena menungguku terlalu lama?" Yuri tidak menghiraukan dan semakin menikmati gerakannya.
"Kalau bukan itu—jangan bilang kau cemburu melihatku dengan ibu?" tanya Jungkook yang seketika membuat Yuri terdiam.
"Ibu? Aku tidak pernah melihat ibumu." kata Yuri.
Seperti menemukan titik terang, Jungkook justru tersenyum dan membalik keadaan. "Wanita berambut pendek yang sedang jalan bersamaku. Kau melihatnya bukan?" Yuri mengangguk.
Suara gelak tawa tiba-tiba menggema, membuat Yuri beranjak dari pangkuan Jungkook—namun secepat itu juga Jungkook menahannya agar tidak beranjak dari sana. "Dia ibuku, wanita yang kau liat itu ibuku."
"Jangan bohong, bagaimana bisa wanita muda itu menjadi ibumu?" ucap Yuri tidak percaya.
"Umurnya sudah lebih dari 50 tahun, aku akui dia memang cantik, tapi aku tidak menyangka bisa sampai membuat kekasihku cemburu." jelasnya sambil masih menahan tawa.
Yuri langsung menutup wajahnya karena malu. Sedangkan Jungkook terus menggodanya sambil membuka tangan Yuri yang menutupi wajah. "Lihat aku."
Mau tidak mau Yuri menatap Jungkook yang sudah berhenti tertawa, pria itu menatapnya dengan lembut. "Sekarang dan seterusnya hanya akan ada kau dihatiku."
Bibir Yuri terkatup rapat. Dia benar-benar sudah mencintai Jungkook sebagaimana pria itu berlaku kepadanya. "Kau tidak sedang merayu agar bisa menyentuhku kan?"
Jemari Jungkook mengusap pipi Yuri dan eroindah kebibir. "Entahlah, anggap saja begitu. Kau tidak mau?"
"Kau belum menghabiskan makananmu." kata Yuri mengalihkan pembicaraan.
Kesalah pahaman itu membuat Yuri kalah. Dia membiarkan Jungkook menyentuhnya. "Kau tau seberapa tersiksanya aku menahan diri selama ini huh? Dan masih mau menahannya padahal wajahmu sudah sangat terangsang hanya dengan aku menyentuh bibirmu."
[ bersambung... ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes on You (mature)
FanfictionPLEASE KALIAN HARUS WAJIB BACA CERITA INI. ADULT WARNING!! 🔞 PLOT-TWIST BERTEBARAN. Komitmen adalah hal yang jauh dari bayangan Yuri. Dia tidak percaya bahwa seorang pria akan setia dengan pasangannya, begitupula sebaliknya. Tentu bukan karena pem...