15

1.1K 63 4
                                    

Yoongi dan Yuri sempat terpisah selama beberapa tahun. Yang kekuarganya tau—dia pergi ke London untuk meneruskan studynya. Namun nyatanya disana Yoongi justru bertemu dengan beberapa pemegang saham dan menunjukkan bahwa dirinya lebih layak memimpin perusahaan.

Saat itu, Yuri yang hanya bisa mengandalkan pengasuh dan Yoongi sebahagi sandarannya merasa sangat kehilangan. Tanpa saling mengetaui, mereka sama-sama mengalami kesulitan.

Satu hal yang selama ini selalu Yuri sembunyikan dari sang kakak dan pengasuhnya.

"Yuri, aku selalu penasaran. Dimana kau mendapatkan luka ini?" tanya Jungkook mengelus paha dalam Yuri.

Bekas luka itu memang tampak samar. "Huh? Entahlah, aku lupa." jawabnya.

Meskipun menjawab seperti itu, tapi raut wajahnya seketika berubah. Yuri menatap kosong kearah jendela. "Maafkan aku." kata Jungkook mengecup luka itu dan kemudian memeluknya dari belakang.

Selama ini hanya Jungkook yang berani bertanya tentang luka itu. Luka dipaha bagian dalam dekat dengan kemaluannya. Mungkin bagi beberapa pria yang pernah tidur dengannya, luka itu tidak terlihat sama sekali karena Yuri jarang memperbolehkan mereka untuk menjilat vaginanya.

"Tidak. Aku hanya tidak terlalu kejadian saat itu." jawab Yuri.

Tangan Jungkook tiba-tiba basah. Ya! Yuri menangis tanpa suara dan bahkan Jungkook tidak bisa merasakannya. "Ada apa?" Wajahnya seketika khawatir.

Jarang sekali Yuri meluapkan perasaannya. Dan baru satu orang saja yang mengatakan 'maaf' padahal bukan dia yang melukainya. "Aku disini, menangislah. Jangan ditahan!!" kata Jungkook memeluk Yuri.

Meskipun sudah berada didalam dekapan Jungkook, tapi Yuri sama sekali tidak mengeluarkan suara. Hanya tubuhnya saja yang bergetar. Entah ingatan apa yang membuatnya menjadi seperti ini. "Akan aku ambilkan air." katanya.

Setelah sedikit lebih tenang, Yuri menatap Jungkook nanar. "Aku tidak tau kenapa airmata ini tiba-tiba keluar." katanya sambil tertawa.

Sisi rapuhnya ini adalah pemandangan yang baru pertama kali Jungkook lihat. Selama ini dia memang hanya menganggap Yuri adalah wanita angkuh karena lahir dari keluarga terpandang. Tapi detik ini juga hatinya ikut sakit melihat Yuri yang seolah tidak mempunyai tujuan hidup.

"Mungkin karena kau kelelahan. Bagaimana kalau hari ini menginap saja? Tidak usah pulang." kata Jungkook menatap dengan hangat.

"Tidak bisa. Oppa sudah dijalan, dia mengajakku makan malam."

Wajah Jungkook lesu dan bibirnya membuat pout. Untuk pertama kalinya Yuri melihat tingkah Jungkook yang seperti anak kecil. "Bagaimana kalau kau ikut makan dengan kita?"

"Jangan. Nikmati saja waktumu dengan keluarga. Kau bisa menginap disini kapanpun kau mau." kata Jungkook mencium pucuk rambut Yuri.

Seolah tau sedang dibicarakan, ponsel Yuri berdering. "Oh Oppa?... Bisakah aku mengajak seseorang bergabung?... Emm, Terima kasih."

"Kau!! Jangan bilang—"

"Tidak mau?" tanya Yuri.

Jungkook bukan sengaja menolaknya. Hal itu dikarenakan status hubungan mereka yang tidak jelas, dan dia enggan bertemu dengan Taehyung—karena sudah menjilat tangan Yuri.

Tatapan mata Yuri lebih membuat Jungkook kalah. Dia tidak tega dan setuju untuk makan bersama kakaknya.

Setelah mendapatkan kabar bahwa Jungkook ikut dalam acara makan malam ini, Yoongi merubah restoran yang akan dituju.

Bangunan tua dengan suara air yang mengalir dari bambu membuat restoran ini terlihat seperti hunian. Ruang-ruang yang tertutup juga menjadikan tempat ini lebih private.

Disana Jungkook sudah duduk didepan Yoongi. Tatapannya sangat tajam, tapi tidak sampai membuat hatinya ciut. Sedangkan Taehyung—pria itu menunggu diluar pintu.

"Jungkookssi, apa makanan ini sesuai dengan seleramu?" tanya Yoongi.

"Aku pemakan segala." jawab Jungkook sambil tersenyum.

Meja sudah dipenuhi oleh masakan khas Jepang. Mulai dari Sushi, Sashimi, Chirashizushi, Yakisoba dan banyak lainnya. Tentu saja bukan suatu kebetulan Yoongi mengunjungi restoran ini.

"Baguslah kalau begitu. Restoran ini jarang dikenal orang, padahal makanannya sangat enak." katanya sambil memasukkan potongan salmon mentah kedalam mulutnya.

Yuri merasa bahwa dua pria yang ada disini sedang perang dingin. "Tumben Oppa mengajakku makan malam? Pasti ada sesuatu yang ingin kau katakan?" ucapnya mencoba mengalahkan sutuasi.

Dia tau bahwa Yoongi sengaja, dan dia juga tau bahwa Jungkook tidak semudah itu untuk menunduk dihadapan orang lain. Maka dari itu, mengalihkan pembicaraan akan lebih baik dari pada diam dan tidak bisa menikmati makanannya.

Sebelum mengatakan sesuatu, Yoongi lebih dulu melirik kearah Jungkook. "Apa ada seseorang yang menghubungimu?" tanya dia akhirnya.

"Siapa? Tidak ada." jawabnya sambil mencoba melihat ponselnya.

"Sebaiknya aku menunggu diluar." kata Jungkook yang melihat Yoongi sering melirik kearahnya.

"Tunggu, apa ini sangat pribadi sampai Jungkook harus keluar dari sini?" tanya Yuri tidak mengerti.

Tangan Yoongi melonggarkan dasi yang sejak tadi terasa mencekik lehernya. "Tidak. Toh dia juga pasti tau bagaimana kondisi keluarga kita." jawabnya. Perasaan Yuri sudah tidak enak. Dia meletakkan sumpit setelah mendengar nama seseorang. "Ayah tadi mendatangiku." lanjut Yoongi.

Benar saja. Makanan yang baru beberapa detik lalu masuk kedalam perutnya seakan ingin keluar lagi. Yuri merasa sangat mual.

"Kau baik-baik saja?" tanya keduanya secara bersamaan.

Raut wajah yang sama sesaat sebelum Yuri menangis tadi. "Aku keluar sebentar."

"Aku temani." kata Jungkook, namun Yuri menggeleng.

Dia keluar dan langsung disambut oleh Taehyung. Hanya dengan isyarat mata, dia bisa tau bahwa Yoongi memintanya untuk menemani Yuri.

Seketika pintu ditutup, hawa dingin diruangan itu sangat terasa. Jungkook menatap tajam kearah Yoongi, begitu pula sebaliknya. Mereka sama-sama menganggap bahwa keadaan Yuri adalah kesalahan dari mereka.

"Apa yang keluargamu lakukan kepadanya?" tanya Jungkook.

Yoongi balas menatap Jungkook. "Justru aku yang seharusnya bertanya, apa maksudmu mendekati Yuri?"

Diantara mereka, harus ada yang berkepala dingin jika ingin pembicaraan ini berjalan. Dan Jungkook menurunkan sedikit egonya. "Sebelum datang kesini, Yuri menangis."

"Apa?"

"Aku tidak tau kau mengetaui hal ini atau tidak. Tapi dia mempunyai luka disekitar pangkal pahanya, luka yang sangat dalam. Ketika aku bertanya, dia menjawab lupa—dan tidak lama airmatanya keluar." jelas Jungkook.

"Tunggu, kau bilang Yuri menangis? Tidak mungkin!" kata Yoongi.

Tentu saja hal itu membuat Jungkook memicingkan matanya. "Apa menurutmu dia boneka yang tidak bisa mengekspresikan perasaannya?"

"Sayangnya iya. Aku bahkan sudah lupa kapan terakhir melihatnya menangis." kata Yoongi tertawa getir. "Kau bilang apa tadi? Luka?"

"Wajahnya berubah ketika mendengar kata ayah, raut yang sama ketika aku bertanya tentang lukanya." jelas Jungkook.

Namun pembicaraan itu harus terhenti karena Yuri sudah kembali. "Oppa, malam ini aku tidak bisa pulang kerumah." ucapnya.

"Kau mau menginap dimana?" tanya Yoongi.

"Buti—"

"Ditempatku." kata Jungkook merengkuh bahu Yuri, mencoba untuk membuatnya merasa aman.




[ bersambung... ]

Eyes on You (mature)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang