Gemericik air, nyanyian burung, dan sinar matahari yang menerobos masuk—mau tidak mau membuat Yuri terbangun.
"Selamat pagi, nona." sapa seorang wanita paruh baya.
Sosok yang selalu dilihat oleh Yuri hampir selama hidupnya. Dia adala pengasuh sekaligus pelayannya, Bae Jisung. "Umm, bagaimana caraku pulang semalam?" katanya sambil meregangkan tubuh dan beranjak dari ranjangnya untuk mengambil minum.
"Seperti biasa, pengawal Kim yang membawa anda sampai disini." jelas bibi Jisung.
Yuri berjalan melewati ruang pakaiannya dan menemukan sesuatu. "Bibi, jas siapa ini?"
Sambil merapikan ranjang bibi Jisung menjawab. "Saya kurang tau, semalam nona pulang sudah memakai itu dengan gaun yang rusak."
Ingatan dikepalanya tentang kejadian semalam tiba-tiba kembali. "Bibi, tolong panggilkan Taehyung."
Tidak lama kemudian, Taehyung masuk kedalam kamar. "Bagaimana caraku sampai ketempatmu?" tanya Yuri.
"Seorang pria bernama Jeon Jungkook menggendong anda, saat saya mencari kedalam karena acara sudah selesai cukup lama." jelas Taehyung sambil menundukkan kepalanya. Hal itu dia lakukan demi menghargai Yuri yang saat ini hanya menutupi tubuhnya dengan kimono tipis.
"Apa dia mengatakan sesuatu?"
Taehyung menggeleng. "Saat saya bertanya apa yang terjadi, pria itu hanya diam saja dan pergi. Apa perlu saya selidiki?"
"Tidak. Cari tau tentang Kang Tae Oh dan bagaimana kondisi perusahaannya. Lakukan diam-diam." jelasnya.
"Baik, nona."
Setelah Taehyung pergi dari kamarnya, Yuri melepas kimono dan masuk kedalam kamar mandi untuk berendam. Aroma mawar dan air hangat membantu tubuhnya menjadi lebih ringan. Namun tiba-tiba dia melonjak dan menutup mulutnya.
Dia memang sudah ingat bahwa Tae Oh mencoba untuk memperkosanya, tapi dia juga akhirnya mengingat kejadian setelahnya. Lututnya terasa lemas dan perutnya tergelitik. "Sial!!" gunamnya.
Malam itu...
"Aku akan bertanya sekali lagi, apa kau yakin?" suara Jungkook menggema dikupingnya.
Tubuh yang sudah tidak tahan ingin disentuh hanya menganggukkan kepalanya, wajah sayunya seolah meminta agar Jungkook bisa dengan cepat melucuti tubuhnya. Tatapan yang sangat pekat itu tidak berpaling sama sekali saat bibir mereka bertemu, bahkan satu tangannya sudah meremas payudara Yuri dengan sedikit kasar.
Telapak tangan yang sedikit kasar, gigitan kecil dibibirnya dan kekuatan tangan yang meremas tubuhnya tidak membuat Yuri kesakitan—justru dia sangat menikmati setiap perlakuan Jungkook kepadanya. Gaun yang sudah rusak itu tersingkap sampai membuat pantat Yuri menyembul keluar. Memperlihatkan celana dalam hitam dengan tali tipis menutupi miliknya.
"Cepat lakukan!!" pinta Yuri dengan tatapan sayu.
Jungkook mengangkat tubuh Yuri agar bisa duduk dimeja yang tidak terpakai. Dilepaskannya celana dalam Yuri dan dibuka lebar kedua pahanya. "Sesuai permintaanmu."
Vagina yang sudah basah itu tentu sangat sensitif meskipun hanya dengan ditekan satu jari Jungkook.
"Anghh..."
Obat perangsang itu membuat tubuh Yuri terlihat seperti cacing kepanasan. Dia menyukai jari Jungkook yang memainkan klitorisnya naik dan turun. Tidak membutuhkan waktu yang lama, Yuri sudah hampir merasakan pelepasan—tapi tepat saat itu Jungkook berhenti.
"K...kenapa?" tanya Yuri dengan suara terbata-bata dengan nafas yang berderu.
Alih-alih menjawab, Jungkook justru membaringkan tubuh Yuri diatas meja. Ditahannya kedua tangan Yuri diatas kepala, dan dia mulai memasukkan jarinya kedalam vagina.
Suara decakan air dan desahan menggema diruangan yang kedap akan suara itu. Semakin cepat Jungkook mengacak vaginanya, semakin keras pula desahan Yuri. Untuk kali ini, Jungkook tidak berhenti bahkan setelah Yuri mencapai klimaks. Dia membiarkan tubuh wanita didepannya itu melengkung dengan kedua kaki yang begetar hingga air yang mencuat dari vaginanya.
Wajah Yuri memerah dan vaginanya berkedut mengingat kejadian semalam. Dia memang tidak melihat jelas bagaimana wajah Jungkook karena pencahayaan yang minim. Tapi dia masih ingat bagaimana pria itu tersenyum tipis sebelum dirinya hilang kesadaran.
Perasaannya gusar, dia tidak bisa lagi menikmati waktu berendamnya dan memutuskan untuk peegi menemui seseorang.
*
Ruangan bewarna putih gading dengan banyak lukisan yang tergantung, serta benda-benda antik disekitarnya. "Aku tidak menyangkan kau datang ke kantorku." kata si pemilik ruangan, Namjoon.
Yuri meminum teh khas Jepang yang diseduh secara traditional oleh Namjoon. "Ada yang ingin aku tanyakan tentang seseorang."
Mereka sudah cukup lama saling mengenal, sebagai penyumbang dengan nominal yang lumayan tinggi tentu membuat Namjoon segan kepada Yuri. Terlebih dia juga mempunyai butik yang cukup terkenal namanya.
"Siapa?" tanya Namjoon penasaran.
Pertama kalinya Yuri mendatangi Namjoon dengan alasan mencari tau tentang seseorang. "Jeon Jungkook, aku ingin mengetaui tentangnya."
Sejujurnya, bisa saja dia meminta Taehyung ataupun sang kakak untuk menyelidiki seseorang. Tapi hal itu tidak ingin dia lakukan melewati orang lain karena kejadian malam sebelumnya. Entah kenapa Yuri hanya ingin menyimpannya sendiri. Padahal sudah bukan rahasia umum jika Yuri sering berganti-ganti pasangan.
"Aku tidak tau apa alasanmu, tapi dia adalah orang yang sepatutnya kau hindari." kata Namjoon.
"Memang siapa dia sampai aku harus menghindarinya?" tanya Yuri tidam mengerti.
Namjoon memberikan sebuah majalah dengan cover seorang wanita yang berdiri didepan hotel mewah. "Kau tau siapa wanita ini?" Yuri menggeleng. "Namanya masih belum dikenal banyak orang, tapi dia adalah pemilik dari hotel The Hills—Jeon Nara."
"Lalu apa hubungannya dengan Jungkook? Apa yang perlu aku hindari?" lagi-lagi Yuri masih tidak mengerti dengan penjelasan Namjoon.
"Jeon Nara pernah menikah dengan orang jepang, dan kemudian bercerai meninggalkan anak semata wayangnya—Jeon Jungkook. Jika kita melihat permukaannya saja memang tidak ada hal yang berbahaya, tapi lebih dalam daripada itu—kau harus waspada." kata Namjoon memberikan jeda agar Yuri menerima penjelasannya dengan baik.
Sambil menuangkan teh yang masih cukup hangat, Namjoon melanjutkan ceritanya. "Keluarga dari pihak ayah adalah orang yang mempunyai pengaruh di Jepang itu sendiri—dan Jungkook adalah cucu pria satu-satunya dalam generasi ketiga yang mempunyai potensi untuk mendapatkan warisan."
"Tunggu!! Jadi maksudmu dia adalah cucu dari keluarga konglomerat? Sebelum sampai disini, aku sempat mencari namanya tapi tidak ada satupun artiket yang menemukannya."
Mengejutkan, Namjoon tertawa mendengar perkataan Yuri. "Tentu saja kau tidak akan bisa menemukannya. Karena nama Jeon Jungkook baru dia pakai beberapa minggu lalu setibanya diKorea."
"Jadi itu hanya nama samaran?"
"Tidak." Namjoon menggeleng. "Namanya Jeon Jungkook dan juga Kichiro Ito."
Melihat wajah Yuri yang sedang memikirkan sesuatu, Namjoon menyudahi pembicaraan mengenai Jungkook. "Hanya itu yang bisa aku ceritakan."
Yuri mengangguk mengerti, pun dia berpamitan kepada Namjoon. "Terima kasih atas tehnya, dan oh satu lagi—bagaimana caranya agar aku bisa bertemu dengan Jungkook?"
Kedua bahu Namjoon terangkat. "Dia hanya bisa ditemui jika memang ingin."
[ bersambung... ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes on You (mature)
FanfictionPLEASE KALIAN HARUS WAJIB BACA CERITA INI. ADULT WARNING!! 🔞 PLOT-TWIST BERTEBARAN. Komitmen adalah hal yang jauh dari bayangan Yuri. Dia tidak percaya bahwa seorang pria akan setia dengan pasangannya, begitupula sebaliknya. Tentu bukan karena pem...