"Min Yuri~" bisiknya.
Setengah tubuhnya hanya terbalut dengan kain lembut nan hangat. "Oppa?" panggilnya.
"Aku harus pergi." ucap Seokjin lembut sambil mencium kening Yuri.
"Jam berapa ini?" tanya Yuri masih dengan keadaan setengah sadar dari tidurnya.
Seokjin beranjak dari ranjang dan memakai pakaiannya. "Jam 07.00 pagi, kau bisa lanjut tidur setelah aku pergi."
"Kau benar-benar membuat hampir seluruh tubuhku nyeri." gunamnya membenamkan wajahnya di bantal.
Suara tawa Seokjin terdengar nyaring. "Maaf, sudah lama aku tidak melakukannya bersamamu. Karena itulah, aku sudah meminta pelayan hotel untuk membeli obat pereda nyeri." jelasnya sambil mendekat ke arah Yuri dan mencium pucuk rambutnya sebelum pergi. "Hubungi aku jika kau merindukanku, meskipun sepertinya tidak."
Semalam Yuri sudah terlalu berlebihan memancing kesabaran Seokjin, alhasil sekarang dia kesulitan untuk bergerak.
Sebelumnya, Yuri yang masih berada didalam bilik restroom mendapat panggilan dari Seokjin. Pinselnya terus-terusan bergetar. Jungkook semoat menahan tangannya—namun Yuri hanya menatap dan meninggalkan pria itu didalam restroom.
"Kau darimana saja?" tanya Seokjin malam itu dengan raut wajah yang sangat khawatir.
Hatinya tiba-tiba menghangat. Andai hubungan ini tidak hanya sebatas teman tidur, mungkin Seokjinlah pria yang paling pas untuk menjadi kekasihnya. "Mencari pria lain karena kau melepaskan tanganku."
Wajah khawatir Seokjin berubah ketika tangan Yuri meraba perutnya, kemudian menarik kerah bajunya dan mencium bibirnya. "Apa aku seharusnya tidak kembali?" bisik Yuri.
"Aku akan berpamitan kepada Aeri, sepertinya kau sedang tidak sehat." gurau Seokjin dengan wajah serius.
Yuri hanya tertawa melihat tingkah Seokjin. Namun dari sudut matanya, dia bisa tau bahwa ada seseorang yang memperhatikan kemesraan mereka—ya, dia adalah Jungkook.
Selama didalam kamar, Yuri tidak henti-hentinya menggoda Seokjin. Dia tidak membiarkan pria itu menyentuhnya lebih dulu, memberikan hukuman karena sudah terlepas dari genggamannya. Ya, meskipun setelah itu Seokjin tidak membiarkan Yuri beristirahat barang sebentar.
"Apakah tubuhku sudah selemah itu?" gunamnya sambil menggeliat.
45 menit setelah Seokjin pergi, pintu kamarnya diketuk sebanyak tiga kali. Mungkin pelayan yang membelikan obat anti nyeri, pikir Yuri. Dia mengambil bathrobe dan membukanya tanpa mengintip dari lubang pintu lebih dulu.
Tubuhnya membeku, kakinya melangka kebelakang saat orang didepannya mencoba untuk mendekat. "Apa aku mengejutkanmu?" tanya Jungkook.
Benar, Jungkook datang sambil membawa obat anti nyeri yang seharusnya dibawa oleh pelayan. "Kenapa kau bisa ada disini?" tanya Yuri.
"Aku tidak sengaja melihat kekasihmu berbincang dengan seorang pelayan." jawabnya dengan wajah dingin dan datar.
Suara pintu yang tertutup mengejutnya Yuri. "T...tunggu! Maksudmu kau sengaja membawa obat ini karena tau aku menginap disini?"
Jungkook melihat sekeliling ruangan kemudian menatap Yuri yang saat ini berpenampilan—rambut berantakan, bathrobe tidak terikat rapi, dan bertelanjang kaki. "Tidak, aku hanya menebaknya saja."
"Bagaimana jika yang membuka pintu tadi bukan orang yang kau cari?" tanya Yuri terpojok didinding.
Tangan Jungkook memainkan ujung rambut Yuri yang menjuntai. "Maaf, aku salah kamar." tuturnya tersenyum seringai.
Lagi-lagi Yuri tidak bisa membalas tatapannya, tubuhnya seolah terpaku dan suara Jungkook seolah menghisap raganya. "J...jadi, kenapa kau menemuiku?" Bukan perasaan takut, bukan juga merasa terancam, hanya saja tubuh Yuri selalu panas dan miliknya berkedut setiap Jungkook menyentuhnya.
"Entahlah, kenapa ya? Mungkin karena semalam kita belum menyelesaikannya." katanya lagi sambil tersenyum, namun kali ini tangan Jungkook mencoba untuk melepaskan ikatan bathrobe Yuri.
"Kita? Melakukan apa?"
"Menyentuhmu." ujar Jungkook memainkan jarinya di pundak Yuri yang sedikit terbuka. "Menciummu." ujarnya lagi sambil mencium pucuk kuping Yuri.
"Hentikan." pinta Yuri mencoba menutup lagi bathrobenya.
Manik Jungkook tidak berkedip, dia berbalik badan dan duduk disofa. "Baiklah aku akan berhenti. Tapi apa kau tau bahwa kau berhutang kepadaku satu kali."
Ah. Yuri mengerti apa maksud ucapan Jungkook. "Lalu, apa maumu?" tanya dia.
"Bermainlah denganku. Jika kau memang tidak menyukainya, aku akan berhenti. Tapi, jika sebaliknya—aku akan membuatmu menjadi milikku." tutur Jungkook.
Meskipun menolak, tapi dalam keadaan Jungkook yang sedang berada didalam kamarnya—tidak ada yang bisa Yuri lakukan. "Baiklah. Ayo kita lakukan." ucapnya.
Hanya dengan menganggukan kepalanya, Yuri sudah mengetaui bahwa itu adalah isyarat agar dia menghampiri Jungkook. Kedua kakinya terbuka lebar, dan Yuri berdiri didepannya. "Jadi—apa semalam kau puas bermain dengan kekasihmu?" tanya Jungkook meraba betis Yuri naik hingga ke paha.
"Dia... hh, bukan kekasihku."
Jungkook mendongak. "Benarkah?" Yuri mengangguk. Wajahnya merah padam, bulu kuduknya berdiri. "Padahal kau sudah basah, tapi bisa-bisanya tadi memintaku untuk berhenti." lanjut Jungkook meraba vagina Yuri yang tidak tertutup oleh celana dalam.
Padahal semalaman dia membiarkan Seokjin menguasi tubuhnya, dan sekarang—dia harus membiarkan Jungkook melakukan hal serupa. "Cepat lakukan!" pinta Yuri. Dia ingin segera membayar hutangnya, tapi Jungkook justru menatapnya tajam dan dingin.
Sebagai seorang pemain pula, Jungkook bukanlah pria bodoh yang langsung malakukan intinya tanpa pemanasan terlebih dahulu. Justru bagian paling menyenangkan baginya adalah dengan membuat lawan mainnya memohon. "Kenapa buru-buru? Aku bahkan belum memulainya."
Saliva Yuri tertahan ditenggorokan. Wajah Jungkook, tatapannya, bagimana pria itu bermain lidannya, membuatnya seperti seorang terdakwa. "Duduklah disini!" perintah Jungkook sambil menepuk satu pahanya.
Pelan-apelan Jungkook membuka kedua kaki Yuri lebar ketika dia sudah duduk dipangkuannya. Dirabanya paha Yuri dan diciumnya bibir kemerahan itu. Ciuman yang sangat dalam membuat Yuri kesulitan untuk bernafas, bukan melepaskannya—satu tangan Jungkook justru menekan leher Yuri agar dia bisa memasukkan lidahnya.
[ bersambung... ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes on You (mature)
FanfictionPLEASE KALIAN HARUS WAJIB BACA CERITA INI. ADULT WARNING!! 🔞 PLOT-TWIST BERTEBARAN. Komitmen adalah hal yang jauh dari bayangan Yuri. Dia tidak percaya bahwa seorang pria akan setia dengan pasangannya, begitupula sebaliknya. Tentu bukan karena pem...