06

2.4K 107 0
                                    

Matahari yang masuk melalui sela jendela semakin membuat ruangan terasa panas. Yuri masih betah duduk dipangkuan Jungkook dengan kedua kaki yang terbuka. Sejak beberapa menit yang lalu, jari telunjuk Jungkook bergerak memutar tiada henti—membuat Yuri mengerjangkan kakinya dan meremas kemeja putihnya.

"Ahh..." Yuri mencoba untuk menahan suaranya desahannya agar tidak terlalu terdengar.

Namun hal itu justru semakin membuat Jungkook senang. Dia semakin cepat menggerakkan jarinya dan juga—memainkan ujung payudara Yuri dengan lidahnya. Dua titik sensitifnya dimainkan sekaligus membuat Yuri tidak bisa menahannya lagi. Jika saja Jungkook tidak menahan tubuhnya, Yuri kemungkinan terjatuh. Tubuhnya benar-benar terasa sangat lemas, dan perutnya terasa menggelitik.

"Sepertinya kau kelelahan." kata Jungkook mengendong Yuri dan membaringkannya diranjang.

Dari sorot matanya, Yuri tau bahwa Jungkook tidak akan berhenti sampai disini. Terbukti ketika pria bertubuh tinggi besar itu melepaskan ikat pinggangnya untuk mengunci kedua tangan Yuri.

Satu persatu kancing kemeja Jungkook terlepas, dan dibuangnya asal. Tidak dipungkiri bahwa Yuri juga menyukai parasnya yang tampan dan tubuhnya yang indah. Semua yang ada didalam Jungkook sesuai dengan kriteria pasangan tidurnya. Hanya satu hal yang berbeda yaitu—pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini.

Remasan dari tangannya yang besar terasa sedikit menyakitkan, ciuman yang menggebu dengan gigitan kecil, dan tatapan sedingin es. Jungkook benar-berar berlaku layaknya seorang dominant.

"Hitung sampai 20!! Jangan berhenti, atau kau akan mendapat hukuman." katanya sambil mengusap bibir Yuri dengan ibu jarinya.

Sebelum hitungan dimulai, dua jari Jungkook masuk kedalam vagina Yuri. Dia hanya tersenyum melihat wanita didepannya menahan diri untuk tidak mengeluarkan desahannya.  "Satu... hh..." Kepala Yuri seolah melayang, dia berusaha untuk bisa berhitung secepat mungkin. Namun semakin cepat Jungkook menggerakkan jarinya didalam, semakin Yuri susah untuk berucap. "Sebela— ahh!"

Tepat saat hitungan ke-20, Yuri mencapai pelepasannya. "Bagus! Meskipun tidak terlalu sesuai dengan harapanku."

Nafas Yuri sudah tidak beraturan, Jungkook bahkan belum memasukkan miliknya tapi Yuri sudah merasa kelelahan. "Jadi—apa aku harus memasukkannya sekarang?" Yuri mengangguk. "Memohonlah dengan baik!"

"T...tolong masukkan..." pinta Yuri dengan bibir yang sedikit bengkak.

Jungkook berdiri dan melepaskan celananya. Sesaat Yuri tertegun dengan apa yang dia lihat, pun tubuhnya menggigil membayangkan penis Jungkook menguasai tubuhnya. "Kenapa? Baru pertama kali melihatnya?" Merasa malu karena ketauan, Yuri mengalihkan pandangannya dari Jungkook.

Tubuh Yuri tersentak ketika Jungkook langsung memasukkan penisnya tanpa adanya aba-aba. Rasa sakit juga membuatnya mengeluarkan airmata. Untuk kali ini, Yuri tidak bisa menahan desahannya. Setiap kali Jungkook menggerakkan pinggulnya, semakin keras Yuri mendesah. Dan setiap kali Jungkook menghentakkan pinggulnya, Yuri akan menggigit bibir bawahnya.



*

Yuri terbangun dari tidurnya saat langit sudah gelap. Dia menoleh kesamping dan melihat Jungkook berbaring disampingnya.

"Bagaimana tubuhmu? Aku sudah memberikan salep ditanganmu untuk menghilangkan memar." katanya.

"Aku baik-baik saja." jawab Yuri lirih.

Seharian ini perutnya belum terisi makanan. Rasa lapar dan lemas membuatnya susah untuk bangun dari ranjang. "Aku memesan sup hangat, kau mau?" Yuri mengangguk.

Asap yang masih mengepul seolah makanan baru saja disajikan membuat Yuri menelan salivanya. Dia benar-benar sangat lapar. Jungkook meletakkan meja kecil beserta makanan diatas tempat tidur, kemudian dia mengambil sup dengan sendok. Sebelum sampai kemulut Yuri, Jungkook lebih dulu meniupnya agar tidak terlalu panas.

"Dia orang yang sama?" monolog Yuri.

Meskipun terlihat berbeda dengan beberapa saat lalu, tapi Yuri tidak terlalu perduli—untuk sekarang. Yang penting baginya adalah mengisi perut agar tenaganya kembali.

"Apa kau berkencan dengan Aeri?" tanya Yuri sambil mengunyah makanan.

Jungkook membersihkan sisa makanan yang ada disamping bibir Yuri dengan ibu jarinya. "Kenapa kau penasaran dengan hal itu?"

Lagi-lagi wajah Yuri memerah, padahal dia baru saja bangun. Tapi Jungkook selalu bisa membuat tubuhnya terangsang. "Tidak. Hanya saja, aku tidak mau tidur dengan kekasih dari temanku."

"Tapi kau baru saja melakukannya." kata Jungkook tersenyum.

"Itu karena aku harus membayar hutang."  jawabnya sambil menepis suapan dari Jungkook. Makanan masih tersisa banyak, Yuri merasa perutnya mual saat membahas hubungan Aeri dan Jungkook.

"Aku tidak punya hubungan apapun." jawaban Jungkook membuag Yuri menoleh kearahnya. Ditatapnya mata itu untuk pertama kalinya dengan tegas. "Kau bisa bertanya kepadanya, aku bahkan belum pernah menciumnya."

"Kenapa kau menjelaskannya kepadaku? Aku hanya bertanya hubunganmu." Yuri melipat kedua tangannya didada.

Sedangkan Jungkook meraih ujung rambut Yuri dan menciumnya. "Karena sepertinya kau penasaran dengan hal itu." katanya sambil menatap letak.

Sejak dulu, Yuri maupun Aeri tidak pernah berbagi pria. Baginya, itu cukup sebagai tanda akan pertemanan mereka. "Aku sudah tidak punya hutang lagi."

"Benar." jawab Jungkook beranjak dari samping ranjang untuk mengambil minuman dan diberikan kepada Yuri.

"Dan aku tidak bisa menjadi milikmu. Hubunganku dengan pria hanya sebatas ranjang, tidak lebih. Baik itu dirimu ataupun pria lainnya." jelas Yuri.

"Aku mengerti." Tatapan Jungkook membuat Yuri salah tingkah. Tapi dia tetap pada keyakinannya bahwa komitmen hanya akan membuatnya merepotkan. "Selesaikan makananmu, setelah itu aku akan pergi."

Yuri mengambil sendok dari tangan Jungkook. "Aku sudah bisa makan sendiri, dan kau!! Apa kau hanya berniat menyuapiku? Dan lagi, aku tidak bisa menghabiskan makanan sebanyak ini."

Bagaimanapun, Yuri mendapatkan pengalaman yang berkesan dengan Jungkook. Dan dia tidak ingin membuat suasana menjadi tidak nyaman.


[ bersambung... ]

Eyes on You (mature)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang