16

1.1K 55 2
                                    

"Cari tau keberadaannya sekarang!!" kata Yoongi.

Karena kepergiannya ke London membuat Yuri menarik diri darinya. Dan untuk memberikan perhatiannya, Yoongi perlu berusaha lebih keras lagi agar adiknya itu bisa percaya.

Jika hubungan saja masih terdapat tembok yang tinggi, bagaimana mungkin Yuri mampu menceritakan tentang luka miliknya.

"Perkataannya benar." gunamnya menelaah situasi beberapa tahun yang lalu.

Sepulanya Yoongi dari London, Yuri memang terlihat sangat berbeda. Tidak ada lagi pelukan hangat, yang tersisa hanyalah tatapan yang sangat angkuh dan arogan. Adik kecilnya itu sudah lama menghilang bersamaan dengan keberangkatannya.

-

Ditempat lain, Yuri sedang bersandar didada Jungkook sambil menikmati pemandangan malam dibalkon. "Kau yakin sudah merasa lebih baik? Aku bisa membuatkanmu makanan."

Yuri menggeleng. "Begini saja sebentar lagi." ucapnya.

Jungkook semakin mempererat pelukannya. Dia tidak ingin bertanya pun mengatakan apapun. "Jeon Jungkook, apa kau dekat dengan keluargamu?"

"Tidak." jawabnya.

Tatapannya juga mengarah pada lampu-lampu yang sedang menghiasi kota. "Saat kecil, aku merasa bahwa kehidupanku sangat sempurna. Kekayaan, kasih sayang, tidak pernah kurang mereka memberikannya kepadaku. Sampai satu persatu badai datang menghancurkan istana pasirku." Yuri berhenti hanya untuk mengambil nafas dan mengingat bagaimana dia bisa hidup sampai saat ini.

"Ibu yang aku tau sangat mencintai suami serta anak-anaknya, dia selalu tersenyum dan mengatakan cinta. Wanita yang penuh kasih itu memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri dikamarnya saat semua orang sedang tidak ada dirumah." Jungkook semakin mempererat pelukannya dan mengusap rambut Yuri.

"Kakak, dia adalah salah satu orang yang menjadi pelindungku. Namun dia juga memutuskan untuk pergi dari rumah meninggalkanku. Banyak yang berbicara dibelakangku, mereka mengatakan bahwa kakak pergi karena sudah lelah memounyai adik yang lemah, cengeng dan tidak bisa diandalkan."

"Setelah bertemu dengannya, memang benar bahwa kepribadiannya dingin—tapi dari matanya, aku tau kalau dia sangat menyayangimu." kata Jungkook yang dibalas oleh anggukan.

"Benar. Dulu akupun berpikir seperti itu, mengabaikan semua prasangka kepada kakak. Sampai tiba-tiba ada yang menyadarkanku. Apa yang dikatakan orang itu masuk akal. Kalau memang benar kakak hanya melanjutkan studynya di London, kenapa dia sama sekali tidak membalas pesan atau telephoneku? Kenapa dia tidak pernah pulang? Lima tahun pun berlalu begitu saja." jelasnya.

"Apa aku memang sangat tidak pantas mendapatkan cinta dari mereka?" tanya Yuri yang sudah duduk memandang Jungkook sambil tersenyum.

"Mereka yang bodoh sudah menyia-nyiakanmu." jawab Jungkook mengusap pipi Yuri yang semakin tirus.

Meski bibirnya tersenyum namun hatinya sedang remuk. "Belum satu tahun kakak pergi, dia mengajakku berlibur ke Jeju. Katanya untuk menghiburku agar tidak lagi sedih. Tentu saja waktu itu aku sangat senang. Sudah lama aku tidak bepergian, terlebih semenjak kematian ibu."

"Di Jeju, dia benar-benar memperlakukanku dengan baik. Apapun yang aku mau, dia mengabulkannya. Sampai suatu malam dia mengajakku bertemu dengan temannya. Aku yang masih berumur 14 tahun sudah mengerti tempat yang dia kunjungi."

"Club?" Yuri mengangguk.

"Tempat dimana seharusnya anak seusiaku tidak bisa datang, tapi entah kenapa saat itu aku bisa masuk kesana. Kau bertanya darimana aku mendapatkan luka itu?"

Tiba-tiba saja Yuri berdiri dan melepaskan pakaiannya, hingga tersisa celana dalam dan bra yang menempel ditubuhnya. Jungkook langsung menarik Yuri dan menutupnya dengan selimut. "Hentikan!" namun dia menggeleng.

"Dia memperkenalkanku kepada temannya. Disana aku diberikan minuman yang sangat pait, seolah membakar tenggorokanku. Apa yang dikatakannya saat itu terkadang masih datang kedalam mimpi. 'Turuti perintahnya kalau kau memang sayang dengan keluargamu.' Ah, mungkin aku hanya diminta menghabiskan minuman ini."

"Ternyata bukan hanya itu. Temannya mencoba—untuk menyetubuhiku dan dia hanya melihatnya dari dekat sambil tersenyum. Aku meronta, memohon ampun, tapi dia justru marah. Botol yang ada disana pecah dan dia menusukkannya disini." katanya sambil menunjuk luka dipangkal pahanya.

"Sambil terisak, aku yang tidak mempunyai kekuatan apapun—menerima pria tua itu mengambil keperawananku." jelasnya sambil tertawa dan mengacak rambutnya. "Lucu bukan?"

"Cukup. Hentikan, aku mohon!" pinta Jungkook sambil mendekap Yuri dengan seluruh hatinya.

Malam yang cukup dingin, membuat perasaan Jungkook sangat berantakan.

-

Taehyung sekuat tenaga menahan tubuh Yoongi yang sudah kehilangan akal setelah mendengar penjelasan sang ayah.

Wajahnya sudah babak belur, darah keluar dari wajah serta hidungnya. Namun Namgoong masih bisa tertawa.

"Aku tidak menyangka bahwa dia masih menurutiku untuk tidak mengadu kepadamu. Ternyata dia anak perempuanku yang manis." katanya.

Alasan kenapa Yuri tidak menceritakan dan memilih masih tinggal di rumah itu adalah Yoongi. Dia ingin melihat keberhasilan kakaknya melalui pengorbanannya, dia berharap suatu hari sang kakak akan mengusap kepalanya dan berkata. "Terima kasih sudah bertahan."

"Kau sengaja memblokir nomerku agar aku tidak bisa menghubunginya?" tanya Yoongi.

"Tentu saja, itu adalah salah satu motivasi untuknya. Dan benar kan, dia masih berada disisimu." jelas Namgoong.

Untuk pertama kalinya dia menyesal telah mengambil keputusan pergi ke London meninggalkan Yuri sendirian dirumah itu.

"Bagaimana bisa kau melakukan hal keji, bukan orang lain melainkan anakmu sendiri!!"

Namgoong menyeka darah yang masih keluar dari bibirnya. "Anak? Jangan bercanda! Aku sudah memberikan semuanya kepada wanita yang kau sebut ibu, tapi apa balasannya? Jalang itu justru melahirkan anak dari selingkuhannya."

"Pembohong!!"

"Choi Gwi Hwa. Jika bajingan itu masih hidup, kau bisa bertanya kepadanya."

Mendengar semuanya secara tiba-tiba tentu membuat Yoongi tidak percaya. "Lalu kenapa ada surat terakhir ibu yang mengatakan bahwa kaulah penyebab kematiannya?"

Kedua bahu Namgoong terangkat. "Tiga bulan sebelum jalang itu bunuh diri, aku menemukan foto mereka bertiga sedang berada ditaman. Saat aku bertanya, dia tidak menjawabnya dan justru menuduhku selingkuh."

"Tidak. Kau pasti sedang membual kan?" Yoongi menarik pistol dari pinggang Taehyung.

"Kau hanya akan berakhir dipenjara tanpa tau kebenarannya jika membunuhku sekarang." ancam Namgoong sambil tersenyum.

"Aku tidak perlu mencari kebenarannya. Bagaimanapun Min Yuri adalah adikku, tidak akan ada yang bisa merubahnya." jawab Yoongi dengan tatapan penuh amarah.

"Tuan muda." panggil Taehyung.

Dia sengaja tidak menyentuh Yoongi, karena tidak ingin pria itu bertindak gegabah. "Tuan muda?" panggil Taehyung lagi, ancang-ancang untuk mengambil pistolnya kembali.



[ bersambung... ]

Eyes on You (mature)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang