14

1.2K 60 4
                                    

"Sepertinya ada yang salah." kata Yuri sambil meringis. "Kau sudah memandikanku, kotoran juga sudah tidak menempel lagi ditubuhku—tapi ini?"

"Memang benar. Dan sekarang kita sedang makan siang, dimananya yang salah?" jawab Jungkook sambil menyantap makanannya yang baru saja datang.

Tepat tiga jam yang lalu, Jungkook mandi bersama. Dia benar-benar membersihkan tubuh Yuri dari ujung kepala hingga kaki, dan tentu saja sedikit sentuhan yang membuatnya tersenyum. Dan sekarang mereka sudah berada direstoran karena perutnya sudah lapar.

Jika Jungkook duduk dengan santai sambil menyantap makanannya, lain halnya dengan Yuri. Sejak sampai dia duduk dengan tidak tenang karena ada sesuatu yang mengganjal. Dia juga tidak menyentuh makannya sama sekali.

"Tidak bisakah kau matikan saja ponsel itu?" pinta Yuri dengan wajah memelas.

Sambil menikmati makananya, sesekali Jungkook memainkan jari telunjuknya diatas layar dengan gerakan memutar membuat lingkaran. "Tidak." jawab Jungkook sambil tersenyum lembut.

Setiap kali lingkaran itu berhenti dititik angka 8, Yuri akan mengapitkan kedua kakinya dengan raoat sambil meremas pinggiran meja. "Jung...hh!"

"Kau harus menahannya atau seorang pelayan akan mendatangimu." jawab Jungkook dengan santainya.

Penyesalan memang akan datang diakhir waktu. Dia salah sudah menceritakan bahwa Seokjin menyentuh tubuhnya dan Taehyung menjilat jarinya. Karena saat ini, Jungkook benar-benar sedang menghukumnya.

Sebelum berangkat tadi, Jungkook memasangkan wireless vibrator kedalam vaginanya. Dan semua bisa dikendalikan melalui ponsel yang ada disamping Jungkook. "Baiklah. Aku akan mematikannya sebentar. Makanlah yang lahap karena setelah itu aku yang akan melahapmu." jawabnya. Saat memandikan Yuri tadi, Jungkook sudah menahan dirinya untuk tidak melakukan penghakiman.

Setelah getaran divaginanya berhenti total, Yuri baru bisa bernafas lega. Perutnya memang terasa sangat lapar karena beberapa jam berada didalam bathtub. Pun akhirnya dia memasukkan potongan steak yang tadi sudah dipotong oleh Jungkook.

Seorang pelayan datang untuk menuangkan air mineral, dia juga mengambil piring yang sudah kosong. Dan saat itu—Jungkook kembali menyalakan ponselnya.

"Mau pulang?" Yuri mengangguk lemah.

Selama didalam lift tangan Jungkook sama sekali tidak lepas dari ponselnya. Sehingga membuat Yuri memeluk tubuhnya dengan wajah yang sudah terangsang. Ketika seseorang bergabung dengan mereka didalam lift, Jungkook semakin menaikkan getarannya.

"Mereka bisa mendengar desahanmu." bisik Jungkook sambil mencuri sedikit gigitan di ujung kuping Yuri.

Lift yang hanya turun tiga lantai itu terasa sangat lama, Yuri ingin cepat-cepat masuk kedalam mobil.

Setelah berada didalam mobil, Jungkook mencoba untuk mencium bibir Yuri sambil meremas pinggangnya. Dibalasnya ciuman itu dengan sangat agresif. Suara desahan yang sejak tadi sudah tertahan meluap, kaki yang mengapit itu bergetar hebat saat pelepasan mendatanginya.

Cairan hangat dan bening mengalir dipaha Yuri. Karena dia memang tidak diperbolehkan memakai celana dalam, cairan itu merembes dikursi mobil. "Ayo kita pulang."



*


Lama tidak bertemu dengan sang ayah tidak membuat Yoongi merasakan rindu sama sekali. Dia justru berharap ayahnya tidak menginjakkan kakinya di Korea. Salah satu penyebab terbesar kerapuhan Yuri terletak kepada orang yang tidak pantas disebut ayah.

"Ternyata kau memang benar-benar keturunanku." katanya saat dia mendatangi perusahaan yang sudah dipimpim oleh Yoongi.

"Ada urusan apa anda kembali." tanyanya tanpa memandang wajah sang Ayah.

Meskipun umurnya sudah lebih dari setengah abad, banyak keriput diwajahnya, sebagian rambutnya memutih—wajah tampan tidak bisa dia sembunyikan. Karena itulah, masih banyak wanita muda yang tergila-gila dengan Min Namgoong.

"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja aku pulang karena merindukanmu, putraku satu-satunya." kata sang ayan menyalakan cerutunya.

Tiba-tiba saja Taehyung datang dan mengambil cerutu itu kemudian membuangnya ditempat sampah. "Hei! Hei!! Siapa kau? Kurang ajar sekali denganku?"

"Dia pengawal Min Yuri."

Mata yang bengis menatap kearah Namgoong membuat pria tua itu bergidik ngeri. "Lalu untuk apa dia disini? Bukankah tugas pengawal menjaga majikannya?"

Yoongi tidak menjawab. Dia menutup dokumennya dan meletakkannya dimeja dengan kasar. Dihampirinya sang ayah dengan pandangan yang tidak suka. "Katakan saja, apa mau anda datang kesini?"

Namgoong tersenyum seringai. "Kau sengaja berkomplot dengan bibimu untuk menurunkan aku dari jabatan sebagai presdir, apa sekarang kau merasa mempunyai kekuasaan huh?"

"Tidak. Masih belum cukup." jawab Yoongi tidak kalah dinginnya.

Darah memang tidak bisa dihapus dari tubuhnya. Apa yang sedang dia lihat selayaknya cerminan diri. Namgoong sering melakukan hal kotor demi mendapatkan jabatan sebagai presdir selama masa peperangan antar saudara, dan hal itu juga terjadi kepada Yoongi—hanya saja kali ini untuk menurunkan sang ayah.

"Berikan aku cek kosong." kata Namgoong.

Lagi-lagi Yoongi tidak menanggapi perkataan sang ayah. Hal itu tentu saja membuat harga diri Namgoong diinjak-injak. "Baiklah kalau kau tidak mau memberikannya. Aku bisa minta kepada perempuan itu."

"Perempuan yang anda maksud itu juga anakmu!! Tidak bisakah kau mengucap namanya dengan benar??" tidak ada lagi sopan santun yang keluar dari mulut Yoongi.

Ketika semua menyangkut sang adik, kesabaran Yoongi menjadi sangat tipis. "Ah. Benar. Apakah dia juga anakku? Anak yang sama tidak bergunanya dengan istriku yang sudah mati."

Kesabaran Yoongi benar-benar sudah diambang batas. Beruntungnya Taehyung berdiri disampingnya dan berusaha menenangkannya. "Baiklah. Aku akan memberikanmu cek kosong! Tapi jangan pernah lagi menginjakkan kaki diKorea ataupun menemui Yuri." kata Yoongi.

Memberikan cek kosong tentunya bukan masalah yang besar. Keuntungan yang didapat setelah dia menjadi presdir sangat berlimpah, bahkan dia dipuja oleh banyak pemegang saham. Hanya saja—hal ini bisa menjadi boomerang untuknya dikemudian hari.

"Benar. Seharusnya sejak awal kau memberinya. Kenapa harus sampai melibatkan emosi?" kata Namgoong sambil tertawa puas.

Ketika Yoongi menyiapkan apa yang diminta oleh sang ayah, Namgoong justru mengatakan hal yang kali ini membuat Taehyung naik pitam.

"Kau disini apa karena majikanmu sedang tidur dengan banyak pria? Hahaha... Rupanya dia juga mewarisi bakatku." katanya.

Tidak tau bahwa Taehyung hendak mengeluarkan senjatanya dan menodongkan tepat dikepalanya. "KIM TAEHYUNG!!" sentak Yoongi membuatnya tersadar.

"Aigo, rupanya kau sangat menyukai majikanmu. Aku akui dia memang cantik dan tubuhnya sangat indah." lanjutnya pantang menyerah.

Yoongi meletakkan cek kosong diatas meja dengan kasar. "Sekarang pergilah sebelum dia benar-benar menarik pelatuknya." kata Yoongi.

Setelah Namgoong bergi dengan bersenandung riang. "Tenangkan dirimu dulu setelah itu kita jemput Yuri bersama."




[ bersambung... ]

Eyes on You (mature)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang