━╍ 13 🦇

169 36 0
                                    

Ini adalah pagi kedua (Name) dapat melihat keindahan kota Tokyo dari atas sini. Rengkuhan dingin yang tengah menggendong tubuhnya membuat dirinya menggigil hebat hingga beberapa kali berhasil menyita atensi bosan si tuan vampir.

Terlepas dari rasa kesalnya semalam, nampaknya kini (Name) telah kembali seperti sedia kala. Ia sudah banyak bicara dan mukanya tidak masam lagi.

Sebaliknya yang tidak terlalu banyak bicara sekarang adalah Wakasa. Entah kenapa pria itu lebih sering melamun dan kadang kala jawabannya tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan oleh (Name). Gadis itu menyadarinya sejak sarapan bersama pagi tadi.

Sepanjang perjalan keduanya sama sekali tak melakukan perbincangan. (Name) sibuk dengan aktivitasnya sendiri sedangkan Wakasa hanya menyimak dan sesekali memandang wajah ayu itu dengan lamat.

Hal itu berlangsung sampai saat Wakasa menurunkan si tubuh mungil di gedung belakang sekolahan.

(Name) berlari menjauh dari sang tuan vampir dan melambaikan tangan sebagai salam perpisahan.

"Sampai jumpa di rumah, Waka-!!~~"

Dan Waka hanya menatap kepergian si gadis dengan tatapan mata khasnya.

"Gak minta jemput? Tumben,"

Gumaman itu jadi yang terakhir sebelum telinga Wakasa mendengar suara seseorang tengah mengobrol dan menyebut-nyebut nama si gadis pemilik darah manis.

Karena penasaran, akhirnya ia memutuskan untuk mencari sumber suara tersebut. Tak butuh waktu lama karena ketajaman indra perasanya, Wakasa berhasil menemukan seorang gadis yang tengah menyandar pada tembok bersama dengan pria yang juga tengah berdiri santai di depannya.

Wakasa pun kini bersembunyi di balik tembok juga. Menajamkan indra pendengarnya dan berharap rasa penasarannya terpuaskan.

"Maaf Mitsuya, aku ga bisa. Aku takut Akino-san marah."

"Akino-san? Maksudmu (Name)?"

Perbincangan itu membuat alis Wakasa tertekuk bingung.

"Mitsuya? (Name)? Oh, jadi itu yang namanya Mitsuya?" celetuknya pelan.

"Dia bukan siapa-siapaku. Dia cuma juniorku,"

"Iyakah? Tapi kemaren aku liat kamu jalan berdua sama dia. Satu payung, terus keknya kamu juga deket banget sama dia,"

"Soal itu aku cuma nolong dia aja. Kasian, dia nggak bawa payung. Soal deket, aku sama dia emang deket. Tapi gak lebih dari sebatas senpai dan kouhai, percaya ya.."

Si gadis nampak terdiam dengan wajah kalut. Seperti tengah bimbang dengan sesuatu.

"Jadi gimana? Mau kan jadi pacarku?"

Dan ucapan itu membuat Wakasa langsung tau kemana alur obrolan ini berarah.

"Seru nih,"

Ucapnya pelan. Lagi.

"Em, iya deh, aku mau."

Balasan si gadis dengan nama Yuzuha itu mengundang binar cerah dari si pria surai cepak depan mata. Membuatnya reflek memeluk hangatnya tubuh si mungil dan tak lupa memberikan kecupan panas singkat di bibir ranum yang merah.

Wakasa masih setia menonton. Tak ada niat untuk pergi karena ia masih penasaran dengan hubungan  keduanya.

"Pulang sekolah jalan yuk! Senggang kan?"

Ajak Yuzuha kemudian.

"Boleh, kemana?"

"Pantai! Jam 5, oke?"

𝗜𝗥𝗜𝗗𝗘𝗦𝗖𝗘𝗡𝗧╵ʷ.ⁱᵐᵃᵘˢʰⁱTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang