Netra ruby berkaca-kaca. Terdapat sedikit rasa kecewa pada raut wajahnya. Otot wajah dipaksakan untuk tersenyum. Menahan rambat getaran sesak dari dalam relung hati. Berusaha bersikap baik walau dadanya terasa dicabik oleh ribuan panah beracun dari sang arjuna cinta.
"Ah, gapapa kok! Aku gak maksa Waka buat ngomong. Aku ngerti,"
Pahit rasanya kala (Name) berusaha bersikap baik-baik saja. Keinginan untuk meminta nyatanya hanya dibalas dengan sebuah penolakan halus tetapi membuat hatinya semakin terasa pedih.
Wakasa diam. Pria itu hanya diam sembari tetap menatap lengkungan yang dipaksakan untuk tertarik naik.
"Yahh, yang penting Waka ada di sampingku sekarang!! Aku gak peduli sama kata-kata bodoh itu hahahha. Aku bukan bocah lagi soalnya. Iya kan Waka?"
Ucap gadis itu lagi seraya melompat ke samping Wakasa dan memeluk lengan ramping pria itu kuat.
Tawa palsu tetap ia tampakkan hanya demi tak ingin suasana ini pudar. Ia tak ingin bersikap egois. Wakasa sudah mau menurutinya sampai sejauh ini saja itu sudah lebih dari cukup baginya.
(Name) bahagia.
Kepala (Name) menunduk. Menahan getaran pahit dalam hatinya. Meredam gejolak sakit agar semua tetap baik-baik saja. Menjaga suasana seperti ini tak berubah dan tetap dalam kondisi yang sama.
"(Name),"
Merasa terpanggil, (Name) menoleh. Dan ketika itu juga tubuhnya didorong Wakasa hingga punggungnya membentur permukaan besi sangkar. Dan ketika itu pula ia merasakan sebuah kehangatan mendarat lembut di atas bibir ranumnya.
Wakasa memulai. Membuat tautan semakin dalam. Membuka afeksi, dan mendorong agar si gadis mengizinkan.
Gadis itu membalasnya. Membalas kehangatan yang pria itu berikan. Sesekali meringis sakit saat daging lembutnya dihunus taring hingga cairan merah kental mengalir begitu pelan.
(Name) merona padam. Mencengkram kuat tangan yang menahan tangannya di permukaan sangkar. Merintih sakit, namun juga tak meronta minta dilepaskan.
(Name) membiarkan.
Wakasa menarik kepalanya kembali. Melempar pandangan teduh pada gadis yang tengah terengah-engah. Lalu lidahnya mengusap bercak darah pada ujung bibir. Kemudian mulai mengendus aroma manis di antara ceruk leher.
Sensasi geli jalari diri. Hingga tubuh menegang geram saat sepasang taring lagi-lagi menembus dalam kulit lehernya.
(Name) melenguh pelan. Membiarkan pria ini menghisap tiap-tiap darah yang keluar. Mengabaikan rasa sakit yang begitu menjalari badan. Menikmati hangatnya setiap sentuhan yang pria itu berikan.
Genggaman dan rengkuhan dirasa semakin kuat. Wakasa mendalamkan gigitan dan menghisap rakus setiap cairan yang mengalir. Merasa hidup dan segar kembali saat darah beraroma manis merambat dalam setiap inci tubuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗜𝗥𝗜𝗗𝗘𝗦𝗖𝗘𝗡𝗧╵ʷ.ⁱᵐᵃᵘˢʰⁱ
Vampiro❱ 𝗶𝗺𝗮𝘂𝘀𝗵𝗶 𝘄𝗮𝗸𝗮𝘀𝗮 ⩩ 𝗶𝗿𝗶𝗱𝗲𝘀𝗰𝗲𝗻𝘁 ──; ✰, bahwasanya dunia kita berbeda. lantas, salahkah jika aku ingin bersama? .... apapun keadaannya, aku mohon, jangan pergi, waka...