━╍ 14 🦇

151 39 7
                                    

Genggaman pada tangan mengendur. Wakasa melepaskan genggaman itu dan kembali memejamkan mata seraya menghembuskan nafas lelah. Berusaha bersikap tak peduli.

"Batalin aja. Mendingan tidur di rumah bareng aku,"

Balasnya lagi-lagi tanpa niat. Membuat si gadis ayu jadi merasa kesal.

"Emang kamu siapa? Kok ngelarang-larang aku!"

"Bukan gitu, ini udah mo malem, gabaik gadis seumuran kamu jalan malem-malem sama cowok."

"Cih! Udahlah Waka! Aku tau kok kalo kamu gak seneng liat aku deket sama cowok! Kamu tu gak pengen liat aku seneng-seneng, iya kan? Kamu maunya aku jomblo terus biar aku bisa di ejek tiap hari sama temen-temen aku, iya kan?! Aku benci kamu Waka!!"

Dan (Name) pun berlenggang pergi dengan perasaan yang luar biasa marah.

Melihat kepergian si gadis membuat Wakasa langsung bangkit dari tidurnya dan mengambil posisi duduk.

Tatapan matanya bosan dan mengarah pada telapak tangannya yang barusan ia gunakan untuk mencegah kepergian gadis itu.

"Dia bener. Ngapain juga aku peduli sama dia?" celetuknya kemudian.

"Aku bukan siapa-siapanya. Aku cuma vampir rendahan yang numpang makan tidur di rumah gadis yang bahkan baru beberapa hari ini aku kenal."

"Aku gak ada hak buat ngelarang dia. Terserah dia mo ngapain sama cowok bajingan itu."

"Tapi entah kenapa..."

Wakasa meremas kain yang menutupi dadanya.

"... Rasanya sesak banget."

"... A-apa jangan-jangan... "

——————————

(Name) berjalan dengan perasaan kesal di tepi jalan pantai yang banyak akan lalu lalang orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Name) berjalan dengan perasaan kesal di tepi jalan pantai yang banyak akan lalu lalang orang. Ia sangat kesal dengan perkataan Wakasa sampai-sampai membuatnya mengucapkan kata keramat yang dapat membuat hati siapapun terluka. Termasuk vampir sekalipun.

"Ya abisnya! Sapa suruh larang aku!"

Gerutunya yang lagi-lagi membuat beberapa atensi pengguna jalan teralih ke arahnya.

(Name) terus saja berjalan. Ia ingin berkeliling terlebih dulu sembari menunggu datangnya jam 6 tepat.

Sebenarnya ini terlalu awal untuk datang kemari. Tapi karena (Name) terlalu bersemangat, jadi tak apa untuk datang lebih dulu. Ia bisa jalan-jalan keliling pantai sembari menenangkan pikirannya yang sedang kacau ini.

Ia berusaha meredam emosi yang masih menggebu. Menggantikannya dengan rasa senang karena satu jam lagi ia akan menghabiskan waktu malamnya bersama dengan orang yang ia cinta.

Sungguh, (Name) tidak sabar untuk hal itu.

Sampai ketika arah pandang (Name) tertuju pada sebuah bangku yang di atasnya terdapat dua orang yang teramat sangat familiar baginya.

𝗜𝗥𝗜𝗗𝗘𝗦𝗖𝗘𝗡𝗧╵ʷ.ⁱᵐᵃᵘˢʰⁱTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang