Tubuh Wakasa meremang tegang saat indra penciumnya merasakan aura familiar yang terkoar di dekat sini. Dan ia seketika ingat akan keberadaan (Name) yang entah kenapa tak kunjung kembali dari perginya.
"(Name), dia dimana?" tanya Waka kepada para teman-temannya itu.
"Tadi (Name)-chan izin buat ke kamar mandi. Harusnya udah balik si, ini gatau kenapa kok lama banget." balas Hina yang langsung membuat tubuh Wakasa bangkit dan berjalan pergi meninggalkan mereka.
"Aku mau nyusul dia."
Adalah kata terakhir sebelum kemudian tubuhnya menjauh dari area itu.
Wakasa bergegas dengan cepat menuju letak kamar mandi di tempat ini. Entah kenapa perasaannya tidak enak dan ia merasa khawatir. Aura keberadaan Senju begitu menyengat dan ia hanya bisa memohon agar (Name) tetap dalam kondisi baik-baik saja.
Wakasa langsung saja masuk ke dalam toilet Wanita tanpa peduli beberapa orang menatapnya aneh dan juga ngeri. Langkah besar Wakasa terus bergerak maju hingga menghantarkannya pada tubuh tepar seorang gadis di atas lantai.
Reflek Wakasa langsung terkejut dan berlari cepat ke arah orang itu. Dia yang tak lain adalah (Name) terkapar tak berdaya dengan ruam merah bekas cekikan di lehernya.
"(Name), (Name), kamu gapapa? (Name), bisa denger aku? (Name), tolong bangun (Name)," seru Wakasa berusaha bersikap tenang.
Tak kunjung mendapat respon dari si gadis, Wakasa dengan cepat menggendong tubuh itu dan bergegas menuju jendela dekat dengan wastafel. Wakasa membukanya dengan kaki dan tanpa pikir panjang langsung membawa (Name) pergi dari sana untuk ia tidurkan di kamar apartemen miliknya.
Tak butuh waktu lama bagi Wakasa untuk tiba di dalam apartemen, ia langsung menuju ke kamar (Name) dan menidurkan gadis itu di atas ranjang.
Wakasa duduk berjongkok di samping gadis itu dan mengeluarkan kemampuan penyegelannya. Sebuah rantai dengan cakra biru keluar dari dalam telapak tangan dan meilit leher si gadis hingga sempurna.
"Semoga cara ini berhasil. Segel luka cekikan itu dan buat seolah-olah dia tidak pernah menerimanya."
Cakra putih terkoar hebat. Dan perlahan memudar bersamaan dengan rantai yang melingkari leher gadisnya. Luka bekas cekikan juga menghilang. Dan dengan ini upaya Wakasa untuk menyembuhkan gadis itu telah berhasil.
Pria itu menghembuskan nafas lega sembari menyandarkan diri pada kayu ranjang yang cukup tinggi.
"Masih sempat. (Name) masih sempat selamat." ucapnya seraya memejamkan mata kuat. Menghalau penat.
"Senju sialan! Ucapannya emang bukan main-main."
"Aku, aku——"
Tok tok tok.
Wakasa berjingit kaget saat sebuah ketukan pintu menghentikan ucapan toxicnya.
Pria itu langsung berdiri dan mengernyitkan dahi dalam. Tumben sekali ada orang yang mengetuk pintu di jam segini. Memang hari belum menjelang malam. Tapi memang apartemen (Name) sangat jarang kedatangan orang.
Hal itu tentu saja membuat Wakasa bimbang. Haruskah ia membuka pintu itu atau membiarkannya saja sampai orang itu lelah dan pergi sendiri.
Tapi jika itu adalah paman dan bibi (Name)? Atau petugas apartemen ini karena gadis itu telah tertangkap basah menampung pria asing yang tak di kenal? Bisa-bisa (Name) kena masalah sendiri karena sudah mengabaikan ketukan itu.
Akhirnya setelah menimang-nimang keputusan, Wakasa memilih untuk membukanya saja dan bisa berbohong jika dimintai penjelasan.
Itu akan jauh lebih baik pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗜𝗥𝗜𝗗𝗘𝗦𝗖𝗘𝗡𝗧╵ʷ.ⁱᵐᵃᵘˢʰⁱ
Vampire❱ 𝗶𝗺𝗮𝘂𝘀𝗵𝗶 𝘄𝗮𝗸𝗮𝘀𝗮 ⩩ 𝗶𝗿𝗶𝗱𝗲𝘀𝗰𝗲𝗻𝘁 ──; ✰, bahwasanya dunia kita berbeda. lantas, salahkah jika aku ingin bersama? .... apapun keadaannya, aku mohon, jangan pergi, waka...