"D-dijodohin?!"
Pekikan kaget (Name) tentu saja membuat pria di sana meringis risih karenanya. Kuat sekali, hampir memekakkan telinga.
"Gak usah teriak-teriak! Kupingku sakit!"
"A-ah maaf.. Jadi beneran dijodohin dong?"
"Menurutmu?"
"Ya mana tau lah!"
Wakasa sedikit tertawa kecil. Lalu kembali menatap langit-langit plafon yang masih setia gelap.
"Kami klan Imaushi berada di tingkat paling tinggi. Dan yang setara dengan klan ini adalah para Akashi. Klan brutal yang tak kenal ampun."
(Name) menyimak.
"Karena ketua di sana punya anak perempuan yang seumuran denganku, mangkanya mereka bikin kesepakatan buat jodohin aku sama dia. Argh. Aku paling benci sama perjodohan. Sialan!" Wakasa mengacak surai peraknya frustasi.
"W-wakasa?"
Pria itu menghembuskan nafas pelan. Mencoba menenangkan diri.
"Tenang, aku oke."
Dan (Name) pun tersenyum lega.
"Kemampuan mereka adalah manipulasi darah. Jadi mereka bisa memanipulasi darah mereka sendiri buat nyegel atau nyerang sesuatu. Ngerepotin kan?"
"Um um!"
"Ketua yang tak lain adalah ayahku sendiri itu nyuruh aku buat nikahin dia. Haha, sialan emang. Mangkanya aku kabur dari kastil. Udah hampir setengah bulan ini. Dan aku yakin, para vampir termasuk gadis itu pasti lagi nyari aku sekarang."
"Mangkanya aku rubah penampilanku mulai dari rambut dan setelan baju. Dengan begini aku yakin mereka bakal susah ngenalin aku. Aku juga udah nyegel hawa keberadaanku di sini. Pasti mereka kualahan."
Begitulah kiranya penjelasan yang diberikan Wakasa. (Name) nampak masih bingung, namun juga merasa cukup puas. Degan begini rasa keingintahuannya tentang pria itu sudah terbalaskan.
"Masuk akal juga. Pantesan penampilanmu berubah gini," timpal (Name) akhirnya. "Ah, apa bener kalo Vampir itu abadi?" sambungnya lagi.
"Bener. Tapi bukan berarti vampir gak bisa mati."
"Ehh?"
"Contoh aja insiden bangkitnya matahari itu, kamu pasti udah tau ceritanya, kan?"
(Name) mengangguk.
"Di insiden itu hampir seluruh vampir rata jadi abu. Dan itulah salah satu media yang bisa buat vampir mati."
Lagi-lagi (Name) mengangguk.
"Ada satu lagi,"
"Apa itu?"
"Vampir itu peminum darah. Jadi kalau dalam kurun waktu lama dia enggak minum itu, maka kekuatannya bakal melemah dan lambat laun mereka akan mati."
"Ahh! Aku juga pernah denger soal itu!"
Wakasa memandang sejenak gadis di sampingnya. Sudah cukup, nampaknya ia sudah terlalu banyak bicara. Wakasa akan mengakhiri ini.
"Nee Wakasa... Kalo kamu kabur dari rumah, terus sekarang kamu tinggalnya dimana?"
Namun lagi-lagi ia gagal melakukannya lantaran si gadis ayu terus saja menghujaninya dengan puluhan kalimat tanya.
"Dimanapun asal aman," balas si pria kemudian.
"Jaa, gimana kalo tinggal di apartemenku aja?"
Shock?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗜𝗥𝗜𝗗𝗘𝗦𝗖𝗘𝗡𝗧╵ʷ.ⁱᵐᵃᵘˢʰⁱ
Vampir❱ 𝗶𝗺𝗮𝘂𝘀𝗵𝗶 𝘄𝗮𝗸𝗮𝘀𝗮 ⩩ 𝗶𝗿𝗶𝗱𝗲𝘀𝗰𝗲𝗻𝘁 ──; ✰, bahwasanya dunia kita berbeda. lantas, salahkah jika aku ingin bersama? .... apapun keadaannya, aku mohon, jangan pergi, waka...