Ch 180

106 26 0
                                    

Apakah ini masuk akal?

Aku mencubit pipiku dengan ekspresi bingung.

'Itu menyakitkan...'

Aku tidak bisa mempercayainya meskipun aku telah mencubit pipiku, jadi aku menatap kosong ke arah Lea dan Reina yang sedang menjauh.

Ketika aku bangun dari pingsan, mereka akan menghilang sepenuhnya.

'Ini bukan waktunya.'

"Permisi!"

Saat aku berteriak, Lea dan Reina menatapku dengan heran. Lalu Adrian berbisik padaku.

"Leblaine, lebih baik kita tidak melakukan apa-apa di sini."

Aku meliriknya dengan heran.

"Hah? Apakah kamu juga memperhatikan bahwa ini adalah masa lalu?

Adrian adalah anak yang luar biasa.

Aku tidak tahu apa yang terjadi, tetapi jika ini benar-benar dari masa lalu, lebih baik untuk tidak melakukan apa-apa.

Karena tindakan kecilku mungkin mengubah sesuatu di masa depan.

Apalagi kalau soal Lisette, aku tidak tahu efek kupu-kupu seperti apa yang akan aku lihat nanti.

(Efek kupu-kupu: butterfly effect, maksudnya tindakan kecil mereka akan berdampak ke masa depan)

'Sesuatu seperti ini juga terjadi setiap kali aku regresi.'

Nasib Adrian yang berubah adalah akibat dari tindakanku.

Aku tidak dapat menentukan alasan mengapa kakek dari pihak ibu Adrian begitu pendiam dalam kehidupan ini, dan karena alasan itulah Adrian tidak diusir dari keluarga kekaisaran.

'Aku tahu pasti bahwa mengubah masa lalu benar-benar berbahaya.'

Regresiku selalu dimulai pada usia empat tahun. Jika aku melakukan sesuatu yang salah hari ini, aku mungkin tidak akan pernah berada di keluarga Dubblede.

Alasan ayahku tidak berperang dengan kuil sampai aku diadopsi adalah karena tidak ada bukti yang jelas bahwa kuil itu terlibat dalam kematian Lisette.

Namun, jika Lisette masih hidup dan ingatan Lea tidak dimanipulasi, akan ada bukti bahwa kuil terlibat dalam kasus ini.

Kemudian Permaisuri Dowager tidak bisa memberikanku kepada keluarga Dubblede yang berperang dengan kuil.

Dalam skenario terburuk, Dubblede mungkin kalah perang dan binasa.

'Tapi aku tahu.......'

Aku memikirkan ayahku, yang tidak bisa tidur nyenyak setiap malam.

Bahkan cara dia membelai sepatu anak bungsu tanpa diketahui siapa pun, dan cara dia melakukannya pada peringatan kematian Lisette.

Aku meraih rokku erat-erat dan berteriak pada Lea dan Reina yang sedang menatapku.

"Ada sebuah gua di dekat sini!"

"Gua? Tidak mungkin."

Lea mengerutkan kening.

"Kakakku paling tahu tempat ini, tapi tidak ada yang namanya gua."

"Tidak, kami baru saja keluar dari gua!"

Aku menggenggam kedua tanganku dengan putus asa, dan Lea menyipitkan matanya tak percaya. Tiba-tiba, kata Reina.

"Dimana itu? Tolong bimbing kami."

"Kakak, apakah kamu punya waktu untuk mengkhawatirkan omong kosong itu? Lisette dan anak bungsu......!"

Leblaine DubbledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang