12. Kita sudah selesai.

193 47 17
                                    

Double Up!!





Serina menatap Willona dari kejauhan. Fakta tentang Gadis itu cukup membuat Serina tidak bisa tidur dengan benar semalaman. Serina tahu, yang salah disini bukan Willona, melainkan William.

Lagipula, seperti kata Willona semalam, William sendiri yang datang menawarkan diri menjadi obat untuk Willona. Entah obat semacam apa, yang sedikit Serina liat sepertinya Willona benar-benar bergantung pada William.

Sekarang, entah apa yang harus dilakukan gadis malang itu, di tambah ada anugrah istimewa yang di kandungnya. Sungguh William benar-benar manusia tanpa pikiran.

"Mau gue bantu?" tanya Serina dari arah belakang. Ya, gadis itu memutuskan untuk menghampiri Willona.

Tidak, dia tidak boleh melampiaskan rasa sakitnya karna William pada Willona yang juga sama-sama menjadi korban.

"S-serina," kata Willona terkejut. Gadis keturunan Belanda mengukir senyum tipis.

"Lo masak apa? Kayaknya enak nih," kata Serina berusaha membuat suasana tidak canggung.

"Nasi goreng sosis, kata William seleranya sama seperti keluargnya, jadi gue inisiatif bikin ini sebagai permintaan maaf gue sebelum balik," kata Willona menjelaskan.

Serina mengangguk, Willona ternyata benar-benar tahu William seperti dirinya.

"Iya bener, Mama sama Wildan juga suka Nasi Goreng Sosis. Bentar lagi mereka bakal turun sarapan, gue bantu siapin yaaa."

Serina mulai menyiapkan piring dan gelas di atas meja, Willona kembali mengaduk nasi goreng di atas wajan. Setelah dirasa matang, Willona mematikan kompor.

"S-serina, mau cobain dulu nggak?" tanya Willona ragu.

Serina berbalik dan menatap Willona. "Wih, udah mateng?"

Willona menyodorkan sesendok nasi goreng ke arah Serina, di terima langsung oleh gadis itu. "Enak banget, serius deh."

Serina merebut sendok dari tangan Willona dan menyobanya sekali lagi. Willona tersenyum melihat Serina menyukai masakannya, jika Serina suka, ada kemungkinan kalau Mama serta Adik William juga suka 'kan?

"Ngomong-ngomong, Serin---"

"Panggil Erin aja," potong Serina cepat.

Willona terkekeh. "Erin, gue mau minta maaf soal semalem. Gue emosi banget sampe nggak bisa kontrol perbuatan gue. Dan soal hubungan gue sama William, lo nggak usah khawatir karna gue bakal pergi dari hidup dia."

Serina menggeleng keras. "Noo! Gue udah maafin elo, tenang aja. Tapi lo nggak boleh pergi dari hidup William, gimana pun juga lo lagi ngandung anaknya. Gue nggak mau William lari dari tanggung jawab sebesar ini, biar gue aja yang ngalah."

Willona menatap Serina dengan mata yang berkaca-kaca. "Boleh peluk lo?"

Serina terkekeh pelan menarik Willona kedalam pelukannya. Willona menangis pelan.

"Maaf, maafin gue. Kalo gue tau dia punya orang yang setia nunggu dia disini, gue nggak bakal terima dia atau bahkan sampe bergantung sama dia, Rin."

Serina mendongkak ke atas, menahan air matanya yang juga akan terjatuh. Sakit sekali memikirkan orang lain begitu mencintai William.

"Gapapa, udah takdir Tuhan. Kita nggak bisa berbuat apa-apa selain nerima semuanya," kata Serina melepaskan pelukan mereka. Diusapnya sisa-sisa air mata Willona layaknya teman sendiri.

"Mulai sekarang, lo berjuang sama-sama bareng William. Terutama buat dapetin kepercayaan Mama lagi, dia bener-bener kecewa sama anaknya. Gue nggak mau kalau sampe Mama putus hubungan sama anak sulungnya." Willona mengangguk mendengar perkataan Serina.

December to January [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang