Sesuai janji Serina pada Mama William, kini gadis cantik itu sudah berada di depan rumah mantan pacarnya, lengkap dengan sebungkus kado yang sekarang dia pegang.Serina memencet bel, menunggu sebentar lalu datang asisten rumah William membukakan pintu.
"Eh Non Erin, saya kira siapa toh Mbak. Biasanya juga tinggal masuk," kata Asisten rumah yang memang sudah mengenal Serina dengan baik.
"Nggak pantes lagi lah mbo, saya bukan siapa-siapanya William lagi."
"Eeee, tapi Non tetep anaknya nyonya, nyonya yang bilang gitu."
Serina tersenyum samar. "Kalau gitu Mama mana?"
"Ada di dalam, langsung ke kamarnya aja. Dari pagi di kamar terus, nggak turun makan siang." Keduanya berjalan beriringan masuk ke dalam, rumah besar yang sunyi.
Serina cepat menoleh. "Emang Mama kenapa Mbo? Sakit?"
"Saya juga nda tau ya Non, Nyonya cuma bilang lagi males aja. Dari raut wajah serta nada bicaranya, kayak orang kesel."
"Oh gitu yang Mbo, yaudah Saya samperin Mama dulu yaa Mbo. Marii," pamit Serina sopan. Gadis cantik itu berjalan langsung ke arah kamar yang ada di dekat tangga.
Tok..tok..tok..
"Maa, ini Erin!" seru Serina sedikit keras.
"Masuk aja sayang." Terdengar sahutan dari arah dalam.
Serina dengan segera membuka pintu, mendapati Mama William yang sedang duduk bersandar di atas tempat tidurnya. Tidak ada yang wanita paruh baya itu lakukan selain bermain ponsel.
"Kata Mbo, Mama belum makan. Iya?" tanya Serina langsung.
Mama William tertawa pelan. "Ah si mbo malah ngadu."
"Ih Mama, kenapa coba belum makan? Nanti bisa penyakit kalau nunda-nunda makan." Serina mengomeli layaknya anak kandung.
"Mama tuh lagi kesel Erin!" seru Wanita itu akhirnya.
Serina menatap bingung. "Kesel kenapa sih Ma? Nggak dapet diskon? Atau drakor yang Mama nonton nggak jadi tayang lagi?"
"Ihhh bukan, Snowdrop nggak jadi di hentiin. Mama seneng kalau itu. Tapi ada yang bikin Mama kesel Erinnnn," katanya dengan nada sebal.
Serina menghela napas. "Iya, makanya Erin tanya Mama kesel kenapa?"
"Mama tuh kesel sama Willona, masa masak sayur aja nggak bisa, goreng ayam aja hangus, bikin sambel keasinan. Emang yang dia bisa bikin cuma nasi goreng sosis doang kayaknya."
Serina menggaruk kepalanya bingung. "Y-yaa mungkin dia emang kurang tau kali Ma."
"Itu bukannya kurang tau Erin, tapi emang nggak tau. Jadi cewe kok gitu, gimana mau masakin suami."
Mama William terus mengeluarkan unek-uneknya tentang Willona yang sebenarnya sangat tidak dia sukai.
"Lagian Willie, nyari selingkuhan yang bagusan dikit kek. Ini apa, nggak ada kelebihannya sama sekali, jauh banget sama kamu yang serba bisa dan menantu idaman banget."
Serina tertawa kecil. "Mungkin ada hal yang bikin William bener-bener terikat ke Willona kali Ma. Kita 'kan nggak tau."
"Ah Mama kalau inget-inget Makan sambelnya yang keasinan itu, mau pecah aja kepala Mama rasanya. Darah tinggi Mama langsung naik Erinnn," kata Mama William menggebu-gebu.
"Yaudah Ma, terima aja. Siapa tau nanti bakal berubah si Willonanya."
Mama William menghela napas. "Mama bakal iri banget sama Ibu-ibu yang jadiin kamu menantunya."
KAMU SEDANG MEMBACA
December to January [✓]
FanfictionMengapa Perpisahan yang terjadi di Desember, membawa dampak besar pada hari-hari di Januari? Start : 111221 Finish : 280122