7. Jawaban William.

165 42 12
                                    


Bakar-bakar jagung telah di laksanakan, William dan Serina juga sudah habis makan malam dengan menu mie kuah cup.

Sekarang, keduanya hanya sedang duduk menikmati suasana malam di tempat camping, di depan mereka juga terdapat api unggun kecil yang mereka buat sama-sama.

"Kalo lagi kayak gini tuh, aku sampe nggak inget kalau aku punya masalah." Serina membuka percakapan setelah lama mereka terdiam.

William menoleh. "Emang kamu punya masalah?"

"Ya enggak sih, cuma 'kan ada kalanya kita ngerasa capek padahal nggak ada ngapa-ngapain gitu lohhhh," kata Serina dengan nada kesal di akhir.

William tertawa, laki-laki itu tidak membalas perkataan Serina lagi. Namun matanya masih berpusat pada Serina yang sekarang sedang menggosok-gosok tangan karna udara yang semakin dingin.

William menarik tangan Serina, membuat aksi si cantik terhenti. Serina menatap bingung kala William malah menggenggam tangannya. Membuat kedua tangan mereka terbentuk menjadi sebuah kepalan besar.

"Biar anget."

Serina tertawa kecil melihat tingkah William. Keduanya tidak berbicara lagi, hanya saling menatap. Namun yang lebih dulu berhenti adalah William, ada semacam rasa aneh di hatinya. Tidak sadar juga dia melepas genggaman tangan mereka.

Melihat tingkah aneh William, Serina menatap bingung. Bertanya-tanya apa yang terjadi dengan William.

"M-masuk ke dalam tenda aja yuk, anginnya makin kencang." William berdiri duluan, masuk duluan dan meninggalkan Serina yang masih kebingungan.

"Ada sesuatu dimuka gue?" gumam Serina yang bertanya pada diri sendiri. Di ambilnya ponsel dan berkaca sebentar, tidak ada yang aneh dengan wajahnya.

Mata Serina membulat ketika muncul dugaan lain di kepalanya. "Atau William liat hantu?"

Dengan segera, Serina berdiri dan masuk juga ke dalam tenda. Didapatinya William yang sudah bersiap dengan kantung tidur.

Jadi, mereka berdua memang akan tidur menggunakan kantung tidur masing-masing, tidak bisa di pungkiri juga kalau memang udara malam ini sangat dingin.

"Udah mau tidur Will?" tanya Serina.

William menoleh sebentar. "Iya, ngantuk."

Serina hanya mengangguk karna sedikit kecewa dengan jawaban William. Akhirnya perempuan dengan tinggi 169cm itu ikut menyiapkan peralatan tidurnya.

Tangannya sibuk menyiapkan kantung tidur, namun matanya sesekali melirik ke arah William yang sudah sibuk dengan ponselnya sambil tersenyum. Entah guyonan apa yang membuat senyum William bertahan lama.

Begitu sudah berada di dalam kantung tidurnya, Serina memiringkan badan dan menatap William yang lagi-lagi masih sibuk dengan ponselnya.

"Willie..." panggil Serina pelan.

William hanya menjawab dengan deheman. Sementara Serina masih memikirkan pertanyaan yang tadi membuatnya sangat penasaran.

"Willona... siapa?" tanya Serina.

William tersentak, namun berusaha menormalkan rasa terkejutnya. Otaknya berpikir bagaimana Serina bisa menyebutkan nama itu, nama yang sekarang sedang berbalas pesan dengannya.

"Kenapa emangnya?" Bukannya menjawab, William malah balik bertanya.

"Itu, tadi ada nggak sengaja liat chat dia masuk. Tapi keburu kamu ambil hpnya," kata Serina menjelaskan apa yang terjadi tadi.

"O-oh itu, temen aku yang di Belanda. Nitip oleh-oleh," jawab William berusaha santai.

Serina hanya ber-oh ria sebagai jawaban. William langsung bersyukur dalam hati karna Serina tidak benar-benar sempat membaca pesan tadi, karna jika iya, William tidak tau akan bagaimana nantinya ia.

"Namanya cantik, pasti orangnya juga cantik. Mau liat fotonya dong!" pinta Serina yang membuat William tersentak lagi. Dikiranya pembahasan seputar Willona akan berakhir.

"Fotonya yaa, bentar aku cari dulu." William memilih menunjukkan foto Willona agar Serina tidak curiga dan William tidak terkesan menyembunyikan.

Serina menunggu dengan antusias, sementara William sibuk mencari foto ketika dia bersama Willona namun harus ada beberapa teman juga. Syukurnya ada, hingga William dengan tidak ada beban menunjukkan foto itu pada Serina.

"Yang ini, yang rambut lurus panjang." William menunjuk Willona yang berdiri di antara teman perempuannya. Foto yang diambil ketika mereka selesai makan-makan di pesta ulang tahun salah satu teman mereka di sana.

"Cantik banget Willona, aku sampe iri deh."

William mengangguk. "Dia cantik, dan kamu juga cantik. Nggak usah Insecure gitu dong."

Serina menggeleng kuat. "Aku nggak Insecure kok, seenggaknya walaupun aku kalah cantik, tapi aku beruntung karna kamu cintanya sama aku, bukan dia. Bener 'kan?"

William tertawa canggung. "I-iya."

Mengucapkan kata 'Iya' atas persetujuan ucapan Serina tadi sungguh sangat tidak William sukai. Bagaimanapun, dia tidak bisa menyangkal bahwa dia juga mencintai Willona.

Serina, kamu menganggap dirimu beruntung karna William mencintaimu, namun Faktanya William mencintai kalian berdua, kau dan Willona.

***

Keduanya memutuskan pulang ketika jam menunjukkan pukul setengah 9 pagi. Keduanya sekarang sedang berada di mobil untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Abis ini kamu mau kemana?" tanya Serina.

"Mau di rumah aja sih Rin, atau kalau mama ngajak kemana gitu jadi nemenin mama. Kamu?" William bertanya balik.

"Aku? Mau di rumah juga, rebahan heheheh." Jawaban menggemaskan dari Serina membuat William tidak tahan untuk mengacak rambut pacarnya itu.

"Yaudah, nikmatin waktu berlibur kamu hari ini bareng keluarga yaa. Kamu keseringan main sama aku nanti Mamamu marah," kata Serina lagi. William mengangguk lalu tertawa kecil.

Memang semenjak kepulangan William, laki-laki itu belum benar-benar menikmati waktunya bersama keluarganya. Setibanya disini saja, dia langsung menemui Serina.

"Aku pamit yaa, salam buat Ayahmu kalau lagi dirumah," kata William kala mereka sudah sampai di depan rumah Serina.

Serina mengganguk sambil melambai tangan. "Hati-hati dijalan, Will."

"Bye, aku pamit."

Mobil William pergi dan perlahan menghilang di penghujung jalanan komplek, menyisahkan Serina dengan pertanyaan terbesar di benaknya.

Si cantik buru-buru masuk kedalam rumah, sudah pasti sunyi karna Ayahnya entah ada dimana. Yang jelas rumah terkunci dan tidak ada mobil di garasi.

Serina masuk ke dalam kamarnya, lalu langsung terduduk di atas tempat tidur. Bayangan tentang foto yang ditunjukkan William semalam sungguh menjadi keganjalan berbesar di benak Serina.

Bagaimana bisa William memakai baju yang bisa dibilang berpasangan dengan Willona? Apalagi ketika semakin diteliti, pesta ulang tahun itu bertema 'sweet relationship' yang mana undangannya harus membawa pasangan.

William, berpasangan dengan Willona?

"Enggak, nggak mungkin. Pasti nggak mungkin!" Serina terus menolak prasangka buruk diotaknya.

"Cek IGnya di IG William aja? William pasti ngefollow."

Dengan segera, Serina mengutak-atik ponselnya. Membuka salah satu aplikasi media sosial dan mengetik username dengan nama Willona.

@Willlieona_ww

Serina yakin itu akun perempuan di dalam foto tadi, namun Serina tidak bisa mengakses lebih jauh karna ternyata akun tersebut terkunci.

Namun, Bio dari akun tersebut berhasil membuat pikiran buruk Willona semakin memburuk.

Bionya berbunyi. 'I like him who likes flowers, and cake.'

Serina menggeleng tidak percaya. "Enggak, nggak mungkin. Gue nggak boleh narik kesimpulan sendiri, bisa jadi itu kebetulan 'kan? Iya itu pasti kebetulan."

Serina, harapan memang tidak sesuai kenyataan.

December to January [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang