17. Malam Tahun Baru.

184 53 38
                                    

Warning : 2000k kata!






Bagaimana malam tahun barumu? Apakah bahagia? Dengan tawa? Atau malah kesepian seperti Serina?

Gadis yang Desembernya penuh dengan tangis ini sedang termenung menatap orang yang sedang berlalu lalang di hadapannya.

Ya, dia memutuskan untuk mengunjungi taman malam ini agar malam tahun barunya tidak terlalu sunyi.

Berbekal ponsel dan dompet, Serina berjalan hampir 4 km tadi. Sedang malas menggunakan kendaraan. Bersyukur gadis itu tidak kenapa-kenapa di perjalanan tadi.

Pikirannya sebenarnya masih kacau, apalagi mengingat perkataan Willona kemarin. Sungguh Serina merasa benar-benar sedih namun tidak bisa apa-apa karna Willona tidak salah. Sudah semestinya dia menjauh dari keluarga itu karna memang tidak punya hubungan lagi. Bahkan dari Mama William, yang benar-benar sudah dia anggap orang tuanya sendiri.

Deringan ponsel terdengar, Serina melirik sekilas dan menghela napas berat. Yang sedang di bicarakan akhirnya menelepon juga.

"Halo, Ma.."

[Erin dimana? Nggak kesini?]

"Enggak dulu kayaknya Ma," jawab Serina bohong. Tidak mungkin mengatakan kalau Willona menyuruhnya menjauh.

[Yah, padahal kita mau bakar-bakar di halaman belakang. Erin yakin nggak mau kesini?]

Lihatlah, Serina benar-benar di anggap anak olehnya.

"Enggak Maa, Maaf yaaa."

[Terus Erin dimana sekarang? Di rumah?]

"Erin lagi di luar. S-sama Regal, cowo yang waktu itu ketemu sama Erin di pemakaman Ayah."

Sekarang Serina harus menjual nama Regal agar Mama William tidak terus memaksanya. Semoga Regal tidak tersedak disana.

[Ahh sama dia yaa. Dia bener-bener cowo baikkan Rin? Mama khawatir.]

"Mama tenang aja, Regal anak baik kok."

[Kalau gitu, Mama mau ngomong sama dia dong. Bisa nggak?]

Mampus, apa yang harus Serina jawab sekarang?

"M-mau ngomong sama Regal Ma? Regalnya lag---"

Hap!

"Selamat Malam tante."

Serina membulatkan mata, terkejut melihat Regal ada di sampingnya sekarang. Malah terlihat sangat santai berbicara dengan Mama William. Serina terus mengucek matanya berpikir apakah ini mimpi atau bukan, namun ini nyata.

"Ah tenang saja Tante, saya sudah bilang kalau saya anak baik-baik. Kami hanya sedang berada di taman, menunggu pergantian tahun dengan bahagia."

"Iya, saya akan menjaga Serina. Juga mengantarnya pulang dengan selamat."

"Tante juga, Selamat Tahun Baru."

Pip!

Plak!

"Hobi banget bikin orang kaget, Regal ihh!" kata Serina segera setelah memukul bahu Regal.

Regal tertawa pelan. "Setelah saya selamatkan kamu, kamu malah memukul bahu saya? Wah, kejahatan."

"Ya lo sinting sih, masa tiba-tiba ada di samping. Setan ya lo?" tuduh Serina sambil memicingkan mata.

"Tuhan menciptakan saya menjadi manusia, tega sekali kamu menuduh saya setan. Lagi pula saya tadi sedang ada di belakangmu, di kursi itu."

December to January [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang