9. Bertemunya mereka.

161 41 12
                                    


Willona tiba di Indonesia, menghirup udara tanah air dengan senyum di wajahnya. Sudah hampir 5 tahun dia tidak pulang, bahkan dia hampir lupa dengan Bahasa Indonesia jika saja tidak mengenal William.

"Sekarang, aku harus kemana dulu?"

Perempuan keturunan Belanda itu berjalan pelan menyusuri bandara, sendirian tanpa jemputan. Dari kejauhan, dia melihat banyak orang-orang yang datang menyambut sanak saudara mereka.

"Andai, gue punya keluarga."

Langkah pelannya membawa dia pada kafe yang terletak di dalam bandara, disana juga banyak orang-orang yang sedang makan dengan keluarga mereka.

"Andai, gue punya keluarga."

Tidak terlalu memusingkan keadaan, Willona berjalan ke salah satu meja yang berada di dekat kaca, memesan Milkshake rasa Vanila dan menunggu sembari memainkan ponsel.

Niatnya dia ingin menghubungi William untuk meminta jemputan, namun dia ingat bahwa tujuannya kesini untuk memberikan William kejutan.

"Gue harus minta tolong siapa yaa?" Willona mengutak atik ponselnya, mencari nomor indonesia yang bisa dia hubungi.

Ternyata tidak ada, Willona baru ingat bahwa dia sama sekali tidak punya teman Indonesia, selain William tentunya.

"Gapapa deh, coba aja sendiri. Semoga nggak nyasar."

Perempuan dengan mata bulat dan tubuh indah itu akhirnya keluar dari kafe setelah pesanannya selesai di buat. Tungkainya kembali membawanya menyusuri Bandara, kali ini dia akan berusaha menemukan pintu utama dulu agar lebih mudah mencari tumpangan.

"Mbak, ini bukan jalur transportasi. Kalau mbak nunggu Taxi, lebih baik nunggu di sebelah sana Mbak."

Willona tersentak ketika mendengar suara dari arah belakangnya. Menoleh cepat, Willona melihat laki-laki dengan kulit sawo matang sedang berdiri menatapnya dengan cengiran.

"Hehehe Mbak, nggak liat tanda itu yaa?" Willona mengikuti arah telunjuk laki-laki ini.

Memang di ujung sana terpasang tanda 'Bukan Jalur Transportasi', membuat Willona menggaruk kepalanya Canggung.

"Maaf Mas, soalnya udah lama nggak ke Indonesia."

"Wah, saya sampe takut Mbak nggak tau Bahasa Indonesia tadi soalnya diem aja. Mau barengan sama saya Mbak, kebetulan saya juga nunggu taxi."

Mata Willona berbinar, Tuhan mengirimkan dia penolong. "Boleh, Mas?"

"Santai aja Mbak, Btw kenalin Saya Haikal. Kayaknya kita seumuran."

"Ah, saya Willona. Mahasiswa Semester 6."

"Nahkan, bener. Salam kenal Mbak, ayo ikut saya. Sekalian saya cariin taxi."

Willona tersenyum ramah lalu mempersilahkan laki-laki yang baru di kenalnya 2 menit yang lalu ini berjalan duluan.

***

Persiapan kejutan ulang tahun William sudah sekitar 95%, sekarang hanya tinggal mengecek apa-apa yang kurang lalu menunggu William datang.

"Erin, masih kepikiran?" tanya Mama William.

Serina mendesah pelan, harusnya tidak usah di tanya agar Serina tidak kepikiran lagi.

"Udah enggak kok Ma, udah positif thinking nih hehehe soalnya bentar lagi William datang."

Mama William tersenyum sama. "Perasaan Mama kok nggak enak ya, sayang?"

"Mama belum makan 'kan dari tadi? Ayo makan dulu Ma, siapa tau Mama nggak enak perasaannya gara-gara belum makan."

December to January [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang