1. Bertemu Desember.

592 65 6
                                    


"Long time no see, Desember."

Desember adalah bulan yang paling Serina tunggu-tunggu sepanjang tahun. Itu karna Desember datang membawa dia, yang selalu Serina rindukan.

Hubungan luar daerah memang menjadi tantangan bagi setiap orang, beritu juga Serina. Berjauhan dengan William sungguh Serina tidak suka, pikiran negatif selalu menghampirinya ketika waktu tidur tiba. Memikirkan bagaimana hari-hari William disana, siapa saja yang dekat dengannya atau bagaimana jika perempuan Belanda berhasil merebut hati pacarnya, sungguh Serina menangkis pikiran buruk itu mati-matian.

"Oke, ayo jadi cantik dan bikin William pangling," kata Serina pada cermin yang menampilkan pantulan dirinya.

Si kulit putih susu itu segera bergegas membongkar isi lemari, mencari sepasang baju yang akan dia kenakan kala bertemu William. Sebenarnya banyak yang cocok, tapi naluri perempuan yang ingin tampil sempurna, tidak kunjung membuatnya menentukan pilihan baju seperti apa yang akan dia pakai.

"Aahh nemu!" seru Serina tiba-tiba. Pilihannya jatuh pada Blus biru laut dan rok diatas lutut, akan sangat indah jika dipadukan dengan sepatu kets putih.

"Gilaa, cantik banget gueee!" Pujian pada diri sendiri itu umumnya sering di lakulan laki-laki, namun Serina juga sering melakukannya.

Puas memuji diri, perempuan itu akhirnya bergegas berangkat sebelum membuat William menungguh lama. Sungguh, celengan rindu ini sudah penuh dan ingin segera di pecahkan. Pelukan hangat dari William, amat sangat dia rindukan. Beberapa hari di bulan ini akan menjadi yang terindah, dan Serina berharap itu.

***

"Apa kabar, Gadis yang selalu menunggu Desember datang?"

Serina dengan segera menghamburkan diri ke pelukan William, menghirup dalam-dalam aroma tubuh yang amat ia rindukan sepanjang tahun. Apalagi, pelukan hangat ini. Williamnya masih sama, walau badan laki-laki itu terlihat lebih berisi dari tahun lalu. Tidak mengurangi tampannya sedikitpun, Serina mengakui itu. Malahan mungkin semakin tampan.

"Kangen banget Wil," kata Serina di sela-sela pelukan mereka. Air matanya yang tidak dapat di bendung, perlahan turun dan menjadikannya isak tangis haru.

"Ehh, kenapa nangis hhm? Aku udah disini." William mengeratkan pelukan mereka, mencari rasa nyaman yang selalu dirindukan.

"Sebulan kemana aja, kenapa nggak ada kabar? Mau bikin aku khawatir?" Serina melepaskan pelukan mereka, bertanya dengan raut wajah kesal.

William terkekeh pelan. "Sibuk, Erin. Dosenku ngasih mata kuliah tambahan mulu."

Serina masih menatap William dengan tatapan kesal, mulutnya di kerucutkan. William bukannya takut, malah merasa gemas melihat tingkah pacarnya. Ditariknya Serina kembali ke dalam pelukan, mengusak rambutnya ke rambut Serina layaknya kucing yang sedang manja pada induknya.

"Nggak usah cemberut gitu, ku cium loh nanti." William tertawa renyah kala merasakan sebuah bogeman kecil di punggungnya, siapa lagi kalau bukan ulah Serina yang malu mendengar ungkapan tadi.

"Males sama Willie, pulang dari Belanda makin mesum." Serina memasang wajah galak.

"Bercanda doang, Erin!" seru William gemas.

Pelukan mereka terlepas, Serina menatap lamat-lamat mata William. Tidak ada aktifitas lain selain menatap manik hazel tersebut. Mencari ketenangan yang benar-benar dia rindukan lewat sepasang mata ini.

December to January [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang