Ꮚ ´͈ ⁄⁄'͈꒱ა
Pagi telah tiba, sinar sang surya menerobos masuk dari celah-celah gorden yang tak sengaja terbuka terkena angin dari fentilasi udara. Krist sangat terganggu karena matanya silau terkena sinar
"Kit cepat bangun nak, kita harus segera memindahkan barang-barang ke pick up," seorang wanita paruh baya mengetuk pintu kamar yang bertanda 'kit's room'.
Cklek
Sesosok pemuda tampan membuka pintu perlahan. Dari wajahnya dapat ditebak kalau dia baru saja bangun dari tidurnya.
"Au mae! Kit masih ngantuk, boleh ga Kit tidur bentar lagi naaaa:("
"Mai dai, ayo buruan keluarin barang barang kamu. Mae tunggu di bawah na. Pho udah nunggu lama lho Kit, jangan buat pho mu nunggu lagi."
"Khraaabbbbb."
"Good boy, ah iya jangan lupa bawa surat² sekolahmu buat pendaftaran kuliah."
"Khrab maeeee, udah? Kalo udah mae turun aja, Kit mau beres-beres jangan ganggu."
"Dasar anak nakal."
Krist kembali masuk ke kamarnya dengan muka kusut. Dia membereskan kamarnya yang memang sudah penuh kardus dimana-mana. Krist dan keluarganya akan pindah ke Bangkok. Ayah Krist adalah pegawai kantor yang dipindahkan ke cabang kantor di Bangkok. Keluarga Krist memanglah keluarga sederhana, tapi mereka sangat bahagia dengan kesederhanaan yang mereka punya.
Krist memindahkan kardus-kardus ke lantai bawah, setelah semuanya beres Krist mengambil barang-barang yang tersisa di kamar, yaitu berkas-berkas untuk pendaftaran kuliah.
Dua mobil pick up sudah terisi penuh, keluarga sangpotirat berpamitan ke para tetangga untuk kepindahan mereka. Krist cukup sedih harus meninggalkan rumah lamanya, dia sering kali berpindah-pindah tapi hanya di lingkungan ini dia memiliki satu teman baik.
"Au Kit kok lu nangis sih? Jangan nangis dong, kan kita masih bisa chattingan."
"Eung:("
"Cup-cup udah ga usah nangis lagi, emang bayi gue ga pernah berubah ya."
"Awwww jangan dicubit pipi gue!"
"Abisnya lu lucu sih klo nangis hahaha... Udah sana ke mae sama pho, mereka udah nunggu itu."
"Bacot deh lu, ya udah gue berangkat ya awas kangen hahaha."
"Bakal kangen sih, lu kan ngangenin."
"Huwek, emang salah bercanda sama lu."
Setelahnya mereka berpelukan cukup lama. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, Krist sudah mengalaminya berulangkali. Terkadang Krist berharap dia bisa benar-benar menetap di satu tempat saja, tetap bersama teman-teman lama tanpa harus memikirkan cara mengenal teman dan tempat baru.
Tibalah keluarga Sangpotirat di lingkungan baru yang terlihat luar biasa menawan. Mereka terkejut dengan alamat yang diberikan kepada mereka. Perumahan akan menjadi kediaman mereka yang baru.
"Pho seriusan kita ga salah nih?" tanya Krist.
"Rumahnya lebih gede dari rumah kita yang lama pho," kata mae.
"Ga salah kok, emang perusahaan kasih rumah dinas yang lebih gede katanya biar nyaman."
"Asek bisa jadi ala-ala orang kaya nehhh."
![](https://img.wattpad.com/cover/296120269-288-k463386.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TETANGGA MABA
FanfictionSingto adalah ketua ospek di universitas tempat Krist melanjutkan pendidikan. Selain ketua ospek Singto juga tetangga baru Krist. Singto terkenal perfect di segala bidang, bahkan visualnya yang manis dan tampan dengan paras tegas membuatnya dicintai...