02

519 42 3
                                    

Ꮚ ´͈ ⁄⁄'͈꒱ა

"SIAPA YANG KETAWA?!"

Suara itu sangat melengking, Krist menelan ludahnya dengan susah payah. Ini adalah ospek hari pertama dan dia sudah mengacaukannya.

"Kalau tidak ada yang mengaku, saya akan kasih hukuman untuk semua maba."

Silan tega bener

"Krist angkat tangan buruan, gue gamau dihukum." ucap newwie.

"Sialan lo, gue ngakak juga gara-gara liat muka lo."

"Udahlah angkat tangan aja kasian yang lainnya."

"Ck iya."

Krist dengan ragu mengangkat tangannya ke atas.

"Berdiri."

Krist berdiri sesuai perintah, Singto sedikit terkejut dengan apa yang dilihat. Tapi dia harus tetap profesional mengingat dia adalah ketua ospek.

"Tertawa begitu kencangnya di saat semua fokus memperhatikan, bukankah kamu tau itu tidak sopan?!"

Krist hanya diam, bingung mau menjawab apa karena menurutnya Singto terlalu berlebihan.

"JAWAB!"

"Khotod na khrab phi"

"Keluar barisan lalu push up 100x di samping. Aof hitung."

"Siap."

Krist hanya mendengus kasar tetapi tetap melaksanakan hukumannya. Ospek berjalan sesuai ketentuan. Sepulang dari kampus, Krist tidak langsung pulang. Dia ke minimarket untuk membeli minuman bersoda. Otaknya panas mengingat betapa malunya dia saat disuruh push up. Di minimarket dia bertemu Singto, ketua ospek kampusnya. Apes sekali, pikir Krist.

"Terimakasih mbak." Singto mengambil kembaliannya dan hendak keluar, tapi malah bertemu Krist di pintu masuk.

Krist tidak menyapa, dia memilih diam. Hal itu membuat Singto merasa bersalah. Jika Krist bukan tetangganya Singto tidak perlu memikirkannya, toh memang Krist salah. Hanya saja dia sudah akrab dengan kedua orangtua krist sehingga tidak enak jika hubungannya dengan krist memburuk.

"Krist."

"Ouh phi belom balik?"

"Gue minta maaf soal yang tadi."

"Iya gapapa, gue salah." jawab Krist tapi dengan nada ketus.

"Gimana kalo gue traktir makan sekarang."

"Gausah."

Krist berjalan mendahului Singto.

Sial nih bocah sensian kaya cewek, udah bodynya sexy pula kaya cewek. -batin Singto

Singto berjalan cepat agar bisa menyamakan langkah dengan Krist. Singto memantik rokok sambil berjalan.

"Lo rokokan?"

"Ya gitu deh."

"Lo ketua ospek tapi rokokan."

"Ya itu kalo di kampus, kalo di luar ya beda. Lo mau?"

"Gue ga ngerokok, ga sehat. Mending lo kurangin."

"Gu gabisa kalo ga rokokan sehari?"

"Gantiin pake yang lain lah. Permen kek"

"Ga terlalu suka manis."

"Ya sama yang lain kalo gitu."

"Bibir lo?"
Sialan mulut kurang ajar, mesum banget gue jadinya -Singto

TETANGGA MABATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang