πππ
"Ada yang mau gue omongin sama lo." Jane menarik Singto masuk kembali ke dalam ruang kesehatan. Krist melihatnya dari pantulan jendela kelas di depannya, tapi Krist acuh saja.
"Lo gila bawa moge itu ke kampus?" Jane mendudukkan Singto di sofa ruang kesehatan.
"Khotod, gue gada pilihan. Tadi bus udah lewat."
"Kalo dia tau gimana?"
"Bisa kelar reputasi lo di kampus Sing."
"Besok ga lagi deh."
"Lagian tumbenan telat naik bus?"
"Anu gue kemarin belajar pas laper, ga sadar gue ketiduran."
"Hufft okey, lain kali kalo mau bawa moge ganti dulu platnya ke plat yang bener bego."
"Iyaaaa kan gue udah minta maaf masih aja marah-marah lo ah."
"Yaudah deh gue masuk kelas dulu."
"Hm."
Di sisi lain, seorang pemuda bersurai abu-abu mengernyit heran saat melihat sepeda motor hitam dengan plat yang familiar.
"Ga mungkin dia kuliah di sini. Udah bertahun-tahun gue kuliah di sini dan ga pernah liat ada moge itu parkir di sini. Jangan-jangan maba. Sial, gue harus tau."
Pemuda itu menelfon seseorang melalui ponsel genggam miliknya. "Halo, ada moge storm di sini. Cari tau cepet."
"Gue pengen tau anak mana yang berani-beraninya bawa moge plat gini ke kampus."
Krist tidak memperhatikan kelas dengan baik karena itu adalah mata kuliah yang tidak dia suka. Berkutat dengan angka-angka membingungkan. Setelah kelas berakhir, Krist melihat Singto sedang makan dengan teman-temannya di taman dekat kolam kampus.
"Gila Sing lo kemarin belajar ga pake makan?" kata Off.
"Ya gitu deh, kemarin ujan jadi gue ga mood jalan lagi."
Samar-samar Krist mendengar pembicaraan katingnya. Singto melihat Krist dengan tatapan datar. Seperti tidak pernah ada komunikasi di antara mereka sebelumnya.
"Nong, sini." Tay memanggil Krist, jadi mau tidak mau Krist menurut dan melakukan wai.
"Bilang ke temen-temen lo nanti sepulang kuliah masih ada ospek. Jangan sampe telat atau kalian semua harus kena hukum." jelas Tay.
"Lah tapi kan yang telat beberapa kok yang dihukum semua sih?" protes Krist.
"Udah risikonya, kan lo pada bisa saling nasihatin biar ga telat." ucap Off.
"Kok ga adil banget, ya masa harus nasihatin satu satu. Ga kelar-kelar dong phi." bantah Krist.
"Lo tuh ya kalo dikasih tau bebal bener." ucap tay
"Tapi kan...."
"Bacot banget lo jadi junior, nurut aja bisa ga sih?" belum sempat selesai bicara, Singto sudah menyahut dengan kata-kata pedas.
Krist menoleh ke arah Singto memberikan wajah tak bersahabat. Krist memberikan jari tengahnya ke arah para senior. Dia berjalan menjauh dengan aura yang kurang baik.
"Tuh anak bebal banget gila, apa ga jera ya kemarin udah kena push up?" Off memijat pelipisnya.
"Mau bilang anak berandalan tapi seragamnya rapi banget, muka mulus, putih juga, jadi kayanya dia anak rumahan tapi emang sifatnya aja yang bebal." ucap Tay sambil memperhatikan Krist yang menjauh.
"Ngapain lo pada bahas dia? Udah ayo cabut." Singto berjalan mendahului teman-temannya.
Di tempat lain Krist mengumpati para seniornya terutama Singto. Emosinya meluap saat kata-kata pedas Singto masuk ke indera pendengarannya. Sebab Krist merasa Singto lumayan bersahabat saat di luar kampus, tapi ternyata saat di area kampus Singto jadi berbeda.

KAMU SEDANG MEMBACA
TETANGGA MABA
FanficSingto adalah ketua ospek di universitas tempat Krist melanjutkan pendidikan. Selain ketua ospek Singto juga tetangga baru Krist. Singto terkenal perfect di segala bidang, bahkan visualnya yang manis dan tampan dengan paras tegas membuatnya dicintai...