Waktu berlalu sangat cepat, liburan semester sudah berakhir. Krist menginjak semester ke tiga di bangku kuliah. Sedangkan Singto menginjak semester ke delapan atau semester terakhir. Sudah lewat dua semester atau sudah berjalan satu tahun sejak liburan semester satu. Hubungan Singto dan Krist semakin lengket, mereka selalu bersama baik di kampus ataupun rumah.
Krist membaca novel di halaman belakang sambil menikmati semilir angin. Dia jadi sering main ke halaman belakang sejak Singto mengatakan bahwa halaman belakang adalah bagian fakultas teknik yang paling menenangkan. Sedang serius membaca buku tiba-tiba ada sebuah tangan menyahut novel di tangan Krist.
"Phi Sing balikin buku gue!" Krist mengejar Singto yang mengambil bukunya dari arah belakang.
"Tangkap aja kalo bisa wle."
Krist berkacak pinggang sambil menuding Singto berkali-kali. Akhirnya, Singto menyerah dan mengembalikan buku Krist tapi dengan satu syarat.
"Cium pipi gue dulu." kata Singto sambil menunjuk pipi kanannya.
"Ai sat, gamau."
"Ya udah ga gue balikin."
"Anak kambing lo, yaudah sini deketan." kata Krist disanggupi oleh Singto.
Chu~~
Krist mencium pipi kanan Singto secepat kilat lalu menyambar buku novelnya, dia malu sekali hingga dia memilih berlari menjauhi Singto.
"He mau kemana lo? Siniiiii." Singto mengejarnya.
Singto menangkap Krist dan memojokkan di sebuah pohon besar yang ada di sana. Mereka mengunci pandangan satu sama lain, berbagai emosi terpancar dari bola mata keduanya. Perlahan Singto mendekatkan bibirnya ke bibir Krist, dia menautkan dua benda kenyal itu dan menggerakkannya perlahan.
Krist yang semula terkejut kini ikut membalas lumatan Singto, tangan Krist berada di dada Singto untuk memberikan sedikit jarak bagi mereka. Tangan Singto memegang erat pinggang Krist, ciuman mereka berlangsung cukup lama hingga suara Off merusak momen mereka.
"Woi kalo mau berbuat mesum jangan di kampus juga kali."
Mendengar ada suara Krist mendorong tubuh Singto menjauh darinya. Wajahnya memerah karena malu dan takut akibat kepergok. Dilihatnya Off sedang berkacak pinggang sedangkan Gun di samping Off hanya tertawa kecil.
"Anjing lo ganggu aja." protes Singto.
"Lagian lo mesum di tempat umum." Off memberikan tatapan meledek ke arah Singto.
"Kalian sendiri ngapain di sini kalo bukan mau pacaran he?" tanya Singto.
"E-engga kok ga pacaran kita cuma-" belum selesai bicara, Off sudah memotong kalimat Gun.
"Bukan ga pacaran ya baby, tapi belum." Off menoel hidung mancung Gun
Krist hanya diam melihat kemesraan di depanmya rasa malunya lebih besar daripada rasa kesalnya melihat orang bermesraan. Dia tidak sadar bahwa dia juga sering bermesraan dengan Singto di depan teman-temannya.
"Woi Kit ga usah malu kali, kita juga udah sering liat kalian berdua mesra-mesraan. Buruan pacaran sana kalian." kata Off.
"Gue pengennya sih gitu, tapi nih uke tsundere masih belom bisa nerima gue kayanya." Jawab Singto.
"Lah lagian elonya dulu yang bangsat." kalimat Gun membuat Singto diam seribu bahasa. Off menyenggol lengan Gun sebagai isyarat.
"E-eh gue ga maksud nyinggung lo phi." kata Gun terbata-bata.
"Gapapa emang gue salah, makanya ini lagi gue tebus ya kan thiraaaakkk" canda Singto dihadiahi tatapan maut dari Krist.
"Thirak pala lo, dah ah gue mau balik ke kelas lanjut baca Kinn Porsche, phi Sing jangan ganggu mereka berduaan, lo mau jadi nyamuk?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TETANGGA MABA
FanficSingto adalah ketua ospek di universitas tempat Krist melanjutkan pendidikan. Selain ketua ospek Singto juga tetangga baru Krist. Singto terkenal perfect di segala bidang, bahkan visualnya yang manis dan tampan dengan paras tegas membuatnya dicintai...