"Gue minta maaf."
"Buat apa?"
Di perjalanan, Singto mengawali pembicaraan. Singto merasa bersalah tentang kejadian di kampus.
"Karena udah bentak lo di depan Tay sama Off siang tadi. Dan ga ngasih tambahan hari buat tugas ospek. Oiya satu hal lagi, karena nawarin pulangnya kasar."
"Hm"
"Krist..."
"Alaiwah?!" jawabnya agak ketus.
"Gue minta maaf banget. Gue ga pernah lho kaya gini."
"Terus gue harus tepuk tangan gitu buat lo? Ogah banget. Pick me banget lo."
"Haih iya juga si, tapi gue serius minta maaf. Siang tadi gue bingung harus bales gimana, lo sih bebal banget waktu temen-temen gue nasihatin lo."
"Serah gue dong, lagian gue bener. Masa yang salah satu yang kena semua."
"Ya itu konsekuensi berorganisasi Krist."
"Hm."
"Terus waktu di ospek, jujur gue tau itu berat tapi emang udah tuntutan. Jaman gue dulu disuruh ngumpulin 1500 tanda tangan maba, 1000 tanda tangan senior dalam waktu 3 hari juga."
"Gila, seriusan?"
"Heum, emang gitu sistemnya. Gue dulu aja cuma dapet tiga ratusan. Kena hukum deh gue hahaha."
"Dihukum gimana?"
"Squat jump 100x"
"Gila senior lo."
"Tapi dari ospek yang keras itu, gue jadi lebih bisa ngatur waktu untuk kedepannya. Dan gue jadi pinter memosisikan diri sebagai anggota organisasi, mana tanggung jawab gue dan apa konsekuensi yang bakal gue tanggung."
"Hm..."
"Dan...."
"Dan?"
"Untuk ajakan pulang gue yang kasar, itu karena..."
"Apa?"
"Er... Gue mules hehe jadi pengen cepet-cepet pulang."
"Dih. Terus tumben lo ga ngebut?"
"Nanti lo ketakutan lagi kaya tadi pagi, perut gue juga udah ga mules hehe."
"Alasan aja."
Sampailah keduanya di perumahan mereka. Krist diturunkan di depan rumahnya setelah itu Singto pulang ke rumahnya sendiri.
"Kit pulang mae!" Krist memeluk ibunya yang sedang ada di sofa.
"Anak mae udah pulang, buruan mandi terus makan ya."
"Khrab mae."
Krist menaiki tangga rumahnya, setelah mandi dia turun ke bawah untuk makan malam bersama ibunya, ayah Krist tidak pulang malam ini karena sedang bekerja lembur.
"Mae masak banyak ga?"
"Ga terlalu, tapi masih ada sisa soalnya pho mu ga pulang."
"Lembur?"
"Iya Kit, kenapa emang?"
"Mau Kit bawa ke rumah depan."
"Rumah Singto?"
"Hm."
"Boleh, biar mae siapin ya."
"Khrab mae."
Krist membuka pagar rumah Singto pelan-pelan, kebetulan tidak dikunci oleh tuan rumah. Krist mengetuk pintu rumah Singto beberapa kali tapi tidak ada balasan. Cukup lama Krist menunggu akhirnya Krist memilih pulang dan meninggalkan makanan di depan rumah Singto.
KAMU SEDANG MEMBACA
TETANGGA MABA
FanfictionSingto adalah ketua ospek di universitas tempat Krist melanjutkan pendidikan. Selain ketua ospek Singto juga tetangga baru Krist. Singto terkenal perfect di segala bidang, bahkan visualnya yang manis dan tampan dengan paras tegas membuatnya dicintai...