Setelah Krist merasa tenang, Krist melepaskan pelukan Singto. Dia mendorong tubuh Singto menjauh darinya. Krist segera memunguti semua pakaiannya, Singto masih terdiam bingung harus berbuat apa. Krist keluar dari apartemen Singto setelah mengatakan satu kalimat.
"Daripada phi Mike, lo yang lebih jahat ke gue, ga usah temuin gue."
Setelahnya Krist menutup pintu apartemen Singto dengan keras. Singto hanya menatap daun pintu yang sudah tertutup tanpa melakukan apapun. Singto merasa tidak pantas untuk menghentikan Krist. Sedangkan Krist berjalan keluar dari area apartemen dengan menangis tersedu-sedu. Krist merasa ada mobil yang mendekat ke arahnya, Krist menoleh.
"Krist abis darimana? Kenapa nangis?" kaca mobil terbuka, ternyata Mike adalah pengemudi mobil tersebut.
"Phi Mike..." tangisan Krist pecah, Mike turun dari mobil dan langsung memeluk Krist. Setelah beberapa saat Mike membukakan pintu mobil agar Krist bisa masuk.
Dari kejauhan Singto hanya terpaku melihat Krist masuk ke dalam mobil Mike. Dia membenarkan perkataan Krist, dia jahat tidak ada bedanya dengan Mike.
Mike menoleh ke arah Krist diperhatikannya tubuh Krist yang masih bergetar ketakutan, pakaiannya berantakan, pasti ada sesuatu yang buruk terjadi. Mike mencoba meraih tangan Krist tapi Krist langsung menghindari sentuhannya.
"Krist kenapa hm?" Krist hanya menggeleng.
"Emm... yaudah deh, Krist mau makan dulu?" Krist menggeleng lagi.
"Kalo ke Bangkok butuh waktu lama, Krist mau tetep pulang sekarang atau kita nginep dulu di hotel?"
Krist terdiam, dia ingin pulang tapi akan larut saat mereka sampai rumah. Krist tidak mau mengganggu orangtuanya, tapi Krist takut jika harus tidur di hotel bersama Mike. Seolah mengerti ketakutan Krist, Mike menghela nafas berat lalu memberikan sebuah penawaran.
"Jangan takut, gue ga bakal ngapa-ngapain lo. Kita ke hotel nanti pesen dua kamar. Besok pagi kita makan dulu terus check out, gimana?" Krist merenung sebentar kemudian mengangguk.
Mike memarkirkan mobilnya di sebuah hotel bintang lima. Mike mengambil jaketnya di kursi belakang lalu memberikannya kepada Krist. Mike membukakan pintu untuk Krist, dia merangkul pundak Krist perlahan karena takut Krist merasa terancam.
"Jangan takut Krist, ayo masuk diluar udaranya makin dingin."
Mike mengantar Krist ke kamarnya dulu, Mike mendudukkan Krist di atas kasur, Mike duduk bertumpu lutut di bawah Krist. Mike mengusap tangan Krist untuk menenangkan lawan bicaranya.
"Krist tidur di sini ya, gue ada di kamar sebelah, kalo ada apa-apa lo bisa telpon gue atau langsung dateng aja ke kamar gue, oke?" Krist mengangguk.
"Good night sweetie." Mike mencium kening Krist lalu meninggalkan Krist.
Krist menangis lagi mengingat bahwa dirinya sudah dinodai oleh senior yang sialnya adalah tetangga Krist. Dia merasa hina, takut, dan marah kepada dirinya sendiri. Krist memukuli bantal berulang kali, dia menenggelamkan wajahnya di bantal lalu mencoba berteriak sekencang-kencangnya.
Sementara itu, Singto juga menangisi perbuatan tidak senonohnya kepada Krist. Jauh dilubuk hatinya Singto bertanya-tanya kenapa dia melakukan itu, sejauh ini dia tidak pernah menodai orang selain pelacur atau gadis nakal hadiah dari balap liar. Singto bukan pria gila sex atau kelebihan hormon, tapi saat Singto mengingat kedekatan Mike dan Krist tiba-tiba dia merasa marah sehingga ingin menodai Krist untuk dirinya sendiri.
"ARGHH SIALAN!" Singto menghancurkan seisi apartemennya, dia mengambil beberapa kaleng bir dari kulkas dan meneguknya sampai mabuk.
πππ

KAMU SEDANG MEMBACA
TETANGGA MABA
FanfictionSingto adalah ketua ospek di universitas tempat Krist melanjutkan pendidikan. Selain ketua ospek Singto juga tetangga baru Krist. Singto terkenal perfect di segala bidang, bahkan visualnya yang manis dan tampan dengan paras tegas membuatnya dicintai...