chapter 3.

782 101 23
                                    

Two days left

Aku mengangkat kue yang baru matang itu dari oven. Harumnya. Benar apa kata Mom, tidak ada salahnya belajar membuat cake. Mocca cake ini pasti akan enak. Cake ini berukuran medium dan berbentuk bulat. Pasti akan bertambah lezat setelah kulumuri dengan cream mocca dan gula.

Ah, semoga saja Resta tidak melihat ini. Dia kan jarang memperbolehkanku makan makanan yang semanis dan sebesar ini. Dia bilang aku harus menjaga berat badanku. Tapi semua pemikiran tentang entertain ini sukses membuatku stress. Dan inilah yang kulakukan ketika stress.

Makan.

Biar saja beratku bertambah, yang penting aku bahagia kan.

"Veve," ujar suara dibelakang yang langsung mengagetkanku.

"Mom! Kau mengagetkanku... Kukira Resta,"

Dia lalu tersenyum, "Kau ini berlebihan. Sini Mom bantu menghias cakenya,"

Aku memberikan cream yang kubuat pada Mom. Mom selalu bisa memoles cream dengan sangat baik.

"Apa yang terjadi?" Tanya Mom.

Aku terdiam sambil memperhatikan tangan cekatan mom.

"Ve,"

"Aku sedang bingung,"

"Apa yang sebenarnya mengganggu pikiranmu belakangan ini? Tidakkah kau ingin menceritakannya?"

Aku menghela nafas dan menatap keluar jendela, "Aku tidak tau band apa yang akan kupilih untuk join, dan bahkan aku tidak tau apakah ini adalah sesuatu hal yang baik atau justru buruk, Mom,"

Mom berhenti memoleskan cream dan memperhatikanku.

"Ini bukan sesuatu yang bisa kau protes, benar kan?"

"Benar,"

"Kalau kau tidak bisa memprotes, jalani saja. Dan berharap bahwa jalan ini akan berakhir baik, betul kan? Jadi kau tidak perlu pusing memikirkan apakah ini baik atau buruk. Baik atau buruknya sesuatu dinilai dari bagaimana kau menyikapinya. Betulkah kata kataku?"

Baik atau buruknya sesuatu dinilai dari bagaimana kau menyikapinya.

Mom benar.

Selalu benar.

"Aku tau aku benar," ujar Mom mendahuluiku bicara. "Dan tentang band mana yang harus kau pilih, Mom tidak bisa membantu. Karena Mom tidak mengerti tentang band," dia diam sebelum melanjutkan, "Aku sarankan band yang dekat denganmu,"

"Aku tidak dekat dengan band manapun,"

Mom kembali berpikir, "Mungkin dengan band yang umurnya tidak jauh darimu,"

"Dan mungkin dengan band yang personilnya telah kau ketahui,"

Aku menundukkan kepala. Pilihan sulit. Mom menepuk nepuk pundakku, "Aku tau kau akan memilih yang terbaik pada akhirnya. Kau selalu begitu. Karena itu, hadapi semua ini."

Benar apa yang dikatakan Mom. Aku harus menghadapinya. Aku bukan amatir. Aku bukan artis yang baru lahir kemarin.

"Nah, Mom harus pergi ya, ada acara yang mau Mom tonton sekarang," ujarnya lalu beranjak pergi.

"Terimakasih Mom!"

"Sama sama, Ve,"

Kata kata Mom memberikan semangat tersendiri buatku. Aku merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Ada harapan. Ya, ada harapan. Entah akan jadi apa hidupku setelah pemilihan itu, tapi aku tidak mau bagaikan hilang ditelan bumi. Eksistensiku akan tetap ada.

rose in you [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang