chapter 22.

409 41 6
                                    

"Ini semua tentang kelanjutan One Direction, Ve,"

"Apa maksudmu?"

Harry melihatku dengan mata hijaunya. Raut wajahnya tidak bisa ditebak. Rasanya akan ada pembicaraan yang mati matian kuhindari.

Tapi entah itu benar atau tidak.

"Masih ingat tentang pertaruhanku dan Niall?"

"Ya,"

"Kurasa aku akan memberitahumu isi dari pertaruhan kami sekarang,"

"Tidak, Harry," ujarku cepat yang langsung menimbulkan keheranan didalam diri pria itu. "Aku sudah tau apa isi dari pertaruhan kalian,"

Harry terlihat kaget dengan pernyataanku barusan. Aku rasa, dia tidak mengira aku mendengar pembicaraan mereka semalam.

"Ve, kau---,"

"Bahkan aku sudah tau kalau kau kalah dalam pertaruhan itu,"

Angin itu menerpa wajah dan rambutku. Sedikit lagi dan matahari akan tenggelam ketempat dia seharusnya berada. Mungkinkah ini merupakan sunset terakhirku di London?

"Harusnya aku tidak meladeni pertaruhan itu," terdengar sekali ada penyesalan dalam nada bicaranya.

"Tapi kalau kau tidak mengiyakan taruhannya, Niall akan terus mengacau,"

"Dan sekarang aku kalah dalam pertaruhan sial itu," Harry memegang kepalanya dengan kedua tangan. Dia membuang nafas berat.

Poor Harry.

"Sudahlah, Har," ujarku sambil menepuk pundaknya.

Harry.

Pria yang awalnya membuatku kesal dan gemas setengah mati akhirnya bisa membuat hatiku luluh dengan ketulusan dan kejujuran yang selalu dia berikan padaku.

Pria dengan tattoo mawar di lengannya.

Pria yang pernah menyelamatkanku.

Pria yang pertama kali menciumku.

Harry mengangkat kepalanya, "Niall membuat hoax ini dan tidak ada yang bisa kulakukan untuk menghentikannya,"

"Harry---,"

"Bahkan setelah ini, aku tidak bisa selalu ada didekatmu karena cepat atau lambat fansku akan menyakitimu," ujarnya cepat. "Padahal aku---," dia menghentikan ucapannya.

"Padahal kau...," ujarku mencoba memancingnya bicara lebih jauh.

Harry menghela nafas dan bertopang pada sebelah dagunya, "Padahal aku ingin selalu ada disampingmu,"

"Benarkah?" tanyaku sambil tersenyum. "You're so sweet, Har,"

Harry tersenyum.

Senyuman pasrah.

"Hey, akan selalu ada jalan keluar,"

"Tapi apa jalan keluarnya, Ve? As long as i think, I drowned more. I drowned in nothing,"

Ternyata benar.

Hanya ada satu jalan.

Jalan yang akan mengubah semuanya.

Jalan yang akan membelokkan takdirku.

Jalan yang harusnya kuambil sejak dulu.

Jalan yang akan menyelamatkan band ini.

"Dan Niall yang akan menempati posisiku," lanjutnya. "Dia akan menempatkan dirinya disisimu,"

"Tidak, kalau aku bisa melakukan sesuatu," ujarku. "Sebaiknya sekarang kita pulang,"

rose in you [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang