chapter 7.

654 75 37
                                    

"Aku menyukaimu, Ve,"

"Tapi Harry..."

Niall entah muncul darimana menyela kata kataku, "Tidak tidak, akulah yang paling menyukaimu, Ve,"

"Niall kumohon jangan. Jangan seperti ini,"

Aku melihat kearah mereka berdua. Dua mata biru itu, mereka menatapku. Mereka berharap.

"Kau tidak terlalu baik untuk dia. Lihat saja hidupmu dengan si Swift itu!" Ujar Niall sambil berdiri tepat didepan Harry, dia terlihat sangat kesal.

"Kau pikir kau sudah berpengalaman dalam hal cinta?! Walau kau lebih tua, pengalamanmu tidak lebih besar daripada biji!" Harry mendorong Niall dan terjadilah pertengkaran diantara mereka.

"Harry! Niall!" Aku berteriak histeris. Tidak, ini tidak boleh terjadi!

"Sebaiknya kita pergi, mereka tidak akan bisa dipisah dengan mudah kalau sudah seperti itu," ujar Zayn yang tiba tiba saja ada dibelakangku.

Liam berjalan dari belakangnya dan mencoba melerai mereka. Aku hanya bisa menatap mereka pasrah dengan rasa tidak percaya. Kenapa mereka sebenarnya? Apa yang terjadi? Kenapa aku menjadi bahan rebutan mereka seperti ini?

Aku melihat kearah Zayn. Dia menatap kedua temannya dengan wajah prihatin. "Zayn, kenapa jadi begini?" Tanyaku shock. Aku menatap mereka yang saling memukul dan saling menendang. Dan tanpa sadar aku menangis. Melihat mereka seperti ini begitu  menyiksaku. Ini karenaku. Salahku.

"Sudahlah, Ve," Zayn mencoba menenangkanku. Dia merangkulku dan membawaku kedalam dekapannya.

"Aku siapa? Kenapa begitu penting bagi mereka??" Ujarku disela sela tangisanku.

Wajah Niall sudah berlumuran darah dan aku bersumpah mata Harry membiru karena memar. Tidak sampai disitu saja, Liam juga ikut terluka karena perkelahian hebat itu. Louis sampai ikut melerai mereka setelah melihat Liam tak sadarkan diri.

"Aku tidak kuat," desahku pelan.

Pagi itu aku terbangun dengan posisi yang luar biasa tidak enak. Kepalaku menjuntai kebawah. Apa yang sebenarnya aku lakukan tadi malam? Entahlah, aku tidak ingat. Yang kuingat adalah aku bermimpi buruk. Sangat buruk. Dan dimimpi itu aku merasa sangat mengedepankan hatiku. Aneh. Mengingatnya membuatku bingung.

"Mimpi macam apa itu," ujarku sambil duduk terbangun disisi tempat tidur. "Mereka menghantuiku,"

Aku menggeleng gelengkan kepala lalu kembali berbaring ditempat tidurku. Serpihan mimpi barusan masih membekas. Tidak, mimpi seperti itu mustahil jadi kenyataan. Tidak mungkin juga mereka menyukaiku. Maksudku, lihat saja diriku, bangun saja susah, takut gelap, sering berpura pura. Entah apakah ada yang menyukaiku kalau tau hidup asliku dibelakang panggung.

Jam berapa sekarang? Aku melihat jam yang ada diatas meja kecil tepat disamping tempat tidurku. Jam 8 pagi. "Mana ada laki laki yang mau dengan perempuan yang bangun sesiang ini," ujarku pelan. Sinar matahari pagi menyinari kedua kakiku. Kulihat ada sedikit awan dilangit. Kapan ya aku bisa menikmati pemandangan lain selain di London? Selain Big Ben, London Bridge dan Thames River.

Oh iya, saat world tour.

ⓥⓥⓥ

Pemotretan kali ini berjalan lancar. Hari ini shoot dilakukan diluar ruangan dan aku suka itu. Sekarang aku sedang duduk dibawah pohon oaks dan mengobrol dengan Mr. Varian. Dia adalah boss sekaligus paman Harry. Tapi kurasa mereka tidak mirip. Warna mata merekapun berbeda. Mr. Varian punya mata cokelat yang terlihat karismatik, sedangkan Harry punya mata biru yang terkesan nakal dan jahil.

rose in you [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang