chapter 9.

638 67 35
                                    

"Anything,"

Aku mendekatkan ponsel itu ke telingaku.

"Halo?"

"Siapa ini?"

Suara itu, sepertinya aku mengetahuinya.

"Kutanya sekali lagi, siapa ini?"

Mustahil..

"Ta... Taylor?" Tanyaku.

"Huh, sudah kuduga, pasti ini De'Britz," jawabnya dengan nada ketus.

"Kenapa kau menelfon Harry?" Tanyaku.

"Bukan urusanmu,"

Harry duduk disampingku. Dia menatapku dengan puppy eyesnya. Ya Tuhan, wajah itu. Jangan biarkan aku terus menatapnya. Bisa kudengar Harry berkata "Don't let her disturb us, Ve".

"Aku tau, tapi seingatku kau pernah bilang kalau One Direction hanyalah sekumpulan makhluk astral kan Tay? Dan Harry, bukankah kau bilang kalau kau tidak mau dia mendapat pemandangan bagus? Tapi kenapa kau malah menelfonnya?"

Ayee, skakmat.

"Benar kan kau mau join dengan mereka? Atau kau masih mau dengan Harry?"

Kulihat Louis dan Liam terlihat bertepuk tangan dan berseru "Come on, Ve!"

"Harry yang menelfonku," ujarnya. Dari nada bicaranya aku tau dia gugup.

"Oh ya? Tapi aku mendengar ponselnya berbunyi tadi,"

"Sudah ya, aku tidak ada waktu meladenimu. Bye, De'Britz,"

Telfonpun terputus.

Aku melemparkan ponsel itu kepada Harry. Jujur saja, aku senang.

Semua personil bertepuk tangan dan berwow ria.

"Taylor skakmat," ujar Louis.

Niall melirik kearah Harry, "Kau bisa bebas dari dia, Harr,"

"Ya, lagipula memang itu keinginanmu kan? Lepas dari Taylor," timpal Zayn.

"Benar kan apa kataku, Taylor sepertinya mau join dengan kita," ujar Liam sambil melihat kearah Harry.

Peter menghela nafas, "Kan pernah kubilang, tidak akan kubiarkan Taylor join dengan kalian,"

Harry melihatku sambil memamerkan cengiran terbaiknya, "Thanks ya, sudah sejak sebelum pemilihan dia terus saja menelfonku tapi tidak pernah kuangkat. Biasanya kusuruh Niall yang mengangkat telfon, atau Peter,"

"Lalu? Kenapa tadi aku?" Tanyaku bingung.

"Entahlah, aku punya firasat dia tidak akan menelfonku lagi setelah mendengar suaramu,"

Resta berdeham deham tak karuan, "Mungkin setelah ini akan beredar hoax,"

"Hoax apa?" Tanyaku bingung.

"Kau dan Harry," jawabnya santai.

Resta mulai lagi, "Mustahil,"

Peter mulai berdeham juga, "Aku merestui kalau sampai ada hoax, bahkan aku yang akan mengklarifikasi kalau kalau kalian sudah jadian ke pers,"

Aku sampai menganga mendengar perkataannya barusan. The boys tertawa sejadi jadinya.

"Harry sih sepertinya mau dengan Veve, tapi..." ujar Niall tertahan.

"APA VEVENYA MAU?" Seru semua personil dan akhirnya tertawa.

Kulihat Harry terlihat cemberut, "Kalian itu teman atau apa sih?"

rose in you [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang