chapter 5.

758 90 28
                                    

Niall lalu memetik metik senar gitarnya. Dia masih saja tersenyum. Dari yang kutau dari Resta, memang Niall lah yang paling pintar memainkan gitar diantara the boys.

"So, Veve, Lagu apa yang mau kita nyanyikan?" Tanya Niall.

"Ehm. Sebelumnya aku mau bilang, agar lebih menantang, kau tidak boleh menyanyikan lagu buatanmu, tidak boleh menyanyikan lagu yang vocalnya perempuan, dan tidak boleh menyanyikan lagu kami," ujar Liam tiba tiba.

Mulutku langsung menganga yang diiringi tawa para personil.

"Be patient, Ve," ujar Zayn sambil mengacungiku jempol.

"Kalian mau mengerjaiku ya? Jahat sekali," ujarku sambil memanyunkan bibir. Bisa bisanya Verera de Britz dikerjai oleh the boys seperti ini. Suarakukan tidak bisa terlalu rendah. Kalau kerendahan, suaraku bisa bisa...

"Ooowwww," ujar seluruh personil saat melihat wajah sedihku.

"Veveee, don't be sad, dear," Ujar Harry menggodaku. Sial.

Liam langsung menepak kepala Harry, "Guys, berhenti menggodanya,"

"Maaf yaa, tapi anak baru ini harus kita kerjai dulu," balas Harry. Bahagia sekali dia bisa mengerjaiku.

"Tenang saja, Ve. Kan featuring, jadi suaramu tetap suara perempuan," Jelas Louis sambil tertawa renyah.

"Grandpa sudah bicara," Ujar Zayn kepada Liam.

"Apa?" Tanya Louis yang langsung mencoba menindih Zayn.

"Aku bukan kakekmu," Ujar Louis yang setelah menindih Zayn mencoba untuk menggelitiki Liam.

"Tapi kau yang paling tua, Lou. You're our leader and grandpa," ledek Harry.

"Inilah kenapa aku paling tidak suka dibilang leader. Kalian menyetaraiku dengan seorang kakek. Hey Styles, Payne, Malik, kalian semua mau mati atau apa?" Ujar Louis sambil melipat tangan didepan dada.

"Boys," panggilku sambil tertawa.

Louis melihat kearahku sambil memamerkan cengiran terbaiknya lalu kembali ketempatnya semula setelah sukses menoyol Harry.

Aku menatap Niall dengan wajah memelas, "Niall..."

Dia melihatku dengan mata birunya yang benar benar kuakui sangat menawan, "Ya, Ve?"

"Lagu apa?"

Dia ikut berpikir. Aku tetap saja tidak bisa berpikir disaat seperti ini. Tiba tiba Harry mendekatiku dan memberikan isyarat untuk mendekatkan telinga. Aku tidak langsung menurutinya. Enak saja, apa yang membuat dia berpikiran aku akan menurut? Dia kan yang daritadi mengerjaiku.

"Apa?" Tanyaku mencoba cuek. Tapi sepertinya gagal. Ekspresi marah ku luar biasa jelek dan aku tidak mau mereka melihatnya.

Dia tersenyum sambil memamerkan kedua lesung pipinya. Sial, aku tidak akan tergoda. Walaupun itu sangat...

"Jangan marah, aku mau membantumu," ujarnya dengan suara husky voicenya yang khas.

Entahlah tapi sepertinya aku menahan nafas. Dan tiba tiba saja aku mendekatkan telingaku.

God, how it can be?

"Secondhand serenade, fall for you. Aku jamin suaramu bagus dengan lagu itu," bisiknya cepat. The boys yang lain sudah berdeham deham tak karuan. Semoga ini tidak menjadi hoax. Semoga.

Aku berpikir sejenak lalu, "Thanks, Harry,"

Good boy

"Niall.." panggilku sambil memberikan isyarat untuk mendekat.

rose in you [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang