chapter 25. Last chapter

563 50 17
                                    


Special Author Point Of View

3 tahun kemudian.

2016

Kelima laki laki itu melakukan penyamaran agar bisa sampai di Grand Indonesia tanpa diketahui. Tapi, sama seperti dulu, para fans pasti bisa melihat mata biru Niall dan rambut keriting Harry. Biasanya, yang paling dikenali fans adalah wajah arab Zayn, tapi dia tidak ikut dalam tour kali ini karena ada hal yang menganggunya.

"Kalian dimana?" tanya Harry yang saat ini sedang menelfon Peter. Mereka sedang terpencar karena habis dikejar oleh fans. Dan Harry terpisah sendirian. "Kau harus tau mereka meneriaki namaku! Directioners disini sangat mencintai kita! Kuulangi, sangat mencintai kita!" pekik Harry.

"Tenanglah, Styles. Aku ada didepan body shop sepertinya," ujar Peter bingung. "Kau?"

"Entahlah, ada sebuah butik dan club disini. Bertanya di club sangat tidak memungkinkan. Tapi mungkin akan kutanyakan tentang posisimu didalam butik itu," ujar Harry. "Aku harap didalamnya tidak ada yang menggilaiku,"

"Tidak mau bertanya pada security?"

"Apa kau gila? Kalau aku berjalan lebih jauh, fans itu akan menemukanku dan Pet, aku tidak mau mati disini,"

Peter yang sedang bersama dengan Liam dan Louis tertawa. "Baiklah, kami akan menunggumu. Lagipula Niall juga tersesat. Kami akan coba menghubunginya,"

Dan Harry memutus sambungan telfon mereka.

Harry memperhatikan papan nama butik itu. "Caramelized fashion," gumamnya pelan. Diperhatikannya bagian dalam butik itu dari luar. Tempatnya terlihat begitu elegant. Ada replika manusia yang dibaluti dengan pakaian yang sedang trend saat ini. Tidak hanya itu, Harry melihat banyak sekali dress dan rok yang tergantung disana. Butik ini didominasi oleh warna putih. Tembok putih, accessories perak dan langit langit yang dihias dengan ornamen yang berkelas menambah kesan classy didalamnya. Ada sesuatu dalam butik ini yang tidak asing. Rasanya, hanya dengan melihat saja telah membangkitkan kenangan yang dulu pernah dia rasakan dengan Veve. Terasa hangat. Dan menurut Harry ini aneh.

Setelah menimbang nimbang, Harrypun berjalan ke pintu kaca butik itu. Baru akan membuka pintu, Harry melihat seseorang.

"God," ujarnya tertahan. Harry bahkan tidak tau apa dia masih bernafas atau tidak.

Rambut gadis itu terurai indah. Masih curly seperti dulu tapi bedanya kali ini lebih panjang. Dia sedang mengamati sebuah gaun pengantin yang ada didepannya. Sesekali dia menggelengkan kepala. Postur tubuhnya yang mungil makin membuat Harry yakin siapa gadis itu walaupun hanya dilihat dari belakang.

Veve.

Harry kembali berpikir.

Kalau benar itu dia, apa Veve masih sama seperti dulu?

Apa dia sudah menemukan orang lain?

Dan pertanyaan terpenting, apakah dia masih mengingat Harry?

Apa perasaan itu masih untuknya?

Dan apa kali ini dia mengingat janji yang telah dia buat?

Berjanjilah, kita akan hidup bersama kalau kita bertemu lagi.

Dan Veve telah berjanji.

"Damn," ujar Harry sambil menggelengkan kepala. Dia langsung menepis semua kemungkinan yang mungkin sudah terjadi pada Veve. Lebih baik dia masuk dan tau kebenarannya daripada tenggelam selamanya dalam ketidakpastian.

Perlahan Harry membuka pintu itu dengan kedua tangannya. Saat dia melangkah masuk, beberapa karyawan langsung menunjukan tanda tanda ingin berteriak. Harry langsung menaruh telunjuknya didepan bibir, mengisyaratkan mereka untuk diam. Tidak hanya dengan isyarat tangan, Harrypun membuat wajahnya sememelas mungkin agar hati para karyawan luluh, termasuk memperlihatkan puppy eyesnya. Untungnya mereka bisa diajak kompromi dan pada akhirnya mereka memilih diam dan melihat kelakuan Harry.

rose in you [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang