chapter 24.

409 47 6
                                    

Harry POV

Hari ke 57.

Berarti total sudah nyaris dua bulan aku kehilangan gadis itu. Kehilangan mawar itu.

She's gone, just like that.

Dia pergi meninggalkan kami.

Meninggalkanku.

Ada alasan kenapa aku memintanya membaca buku itu. Rose Velvet. Veve persis sama seperti karakter dalam novel itu. Namanya Rowena. Rowena sangat baik, polos dan yang jelas, William bisa melihat mawar dalam diri Rowena. Sama seperti aku yang bisa melihat mawar dalam diri Veve.

Indah dan bersinar.

Tapi disatu sisi, Veve punya sifat yang dia gunakan untuk melindungi dirinya sendiri.

Sama seperti mawar yang memiliki duri untuk melindungi kelopaknya yang indah.

Dia tidak pernah menunjukkan sifat aslinya dulu. Tapi setidaknya, beberapa hari sebelum dia pergi, Veve melepaskan sifat itu. Sifatnya yang suka berpura pura. Sifatnya yang suka menutupi sesuatu demi menjadi professional.

Dan setidaknya, Veve sempat bahagia bersama kami.

"Good morning, boys. Apa kabar kalian?" pertanyaan Ellie sukses membuyarkan lamunanku. Sekarang kami menjadi bintang tamu dari acara talkshow paling populer seLondon. De Ellie's.

"Hai, Li. Kami baik," jawab Liam sambil tersenyum.

"Kalian harus tau kalau menurut fans, kalian semua bertambah tampan," ujarnya sambil menyilangkan kaki.

"Benarkah? Lalu bagaimana menurutmu?" tanya Zayn yang langsung disambut teriakan histeris dari para fans yang menonton acara ini.

"Ya, apa menurutmu kami bertambah tampan?" tanya Niall jahil.

"Ohh, i'm not sure with that, Mr. Malik and Mr. Horran," ujar Ellie yang terlihat tidak terpengaruh dengan godaan mereka. "Sekarang saatnya aku bertanya pada kalian,"

Para fans pun terdiam seakan menantikan pertanyaan dari Ellie.

"Verera De Britz atau yang biasa kita panggil Veve telah keluar dari One Direction, betul kan? Dan apa yang terjadi adalah diluar ekspektasi kalian tentunya. Apa kepergiannya mempengaruhi band?"

Aku tau kalau personil yang lain langsung melirik kearahku. Langsung saja aku menajamkan mata kearah Liam seraya memberi isyarat. Aku tidak mau memulai duluan pembicaraan dengan topik ini.

"Tentu saja, Li. Siapa yang tidak terpengaruh dengan kepergian artis seperti dia dari band kami," ujar Liam mencoba santai.

"Bisa ceritakan pengaruh kepergiannya pada masing masing kalian?" ujar Ellie. Orang ini mencecar kami. "Bisa dimulai dari kau, Liam,"

Liam menatapku dengan tatapan yang berkata "ini gara gara kau tidak mau bicara". Aku hanya diam dan memilih melihat kearah lain. Biasanya juga Liam yang memulai sesuatu.

"Kepergian Veve membawa dampak tersendiri buatku," dia melihat kearah kami semua. "Aku kehilangan satu satunya orang yang bisa berpikiran waras diband ini,"

Tawaku dan yang lainnya langsung menyembur keluar. Sial. Bisa bisanya Liam bilang seperti itu disaat saat seperti ini. Waras? Jadi kami semua tidak waras?

"Jadilah aku terjebak lagi dengan sekumpulan orang idiot ini," ujar Liam sambil tertawa.

Ellie terlihat puas. "Kau Zayn, bagaimana denganmu?"

Seluruh studio langsung berhenti tertawa.

Zayn tersenyum. Senyuman yang kata orang bisa membuat gadis manapun meleleh. "Veve adalah tempatku berbagi cerita. Tanpanya, entah aku harus bercerita pada siapa,"

rose in you [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang