chapter 11.

581 62 43
                                    

Author's note

Hai kalian yang lagi baca chapt 11. Aku mau bilang, thanks for all your support sampe readers aku nembus 1200an. Tanpa kalian, I'm nothing. Sama kaya Veve yang without fans, she's nothing hahaha Pokoknya trimakasih buat para readers setia maupun silent reader. Ngga nyangka bisa sejauh ini. Lafffff

ⓥⓥⓥ

Kami sekarang sedang berada didalam mobil. Konsernya sudah selesai dan kuakui konser kami sukses berat. Fans bahagia begitupun dengan kami. Thanks for today Bangkok. Kami pasti kesini lagi suatu saat nanti.

Aku semobil dengan Harry, Peter dan Zayn. Sedangkan Resta semobil dengan Liam, Louis dan Niall. Kenapa aku tidak semobil dengan Resta? Karena tadi aku baru tau kalau Resta mulai menyukai Liam. Dan sepertinya Liam juga memberikan sinyal yang sama. God. Ternyata dia sendiri yang cinlok duluan.

Kami dalam perjalanan pulang ke Hotel A One. Dimobilku, Peter yang menyetir sementara Zayn terus mengajaknya mengobrol agar dia tetap terjaga. Ini sudah larut dan aku sendiri sudah sangat mengantuk.

"Kau mau tidur?" Tanya Harry sambil melihatku yang terus saja menguap.

"Hmmm," aku mengangguk.

"Tidur saja,"

"Aku tidak bisa tidur di mobil,"

"Kenapa?"

Aku melihat kearah jalan, "Karena saat terbangun aku akan pusing," jawabku sambil memijit pelipisku pelan.

"Tidak akan. Tidur saja di pundakku,"

Deg

Aku melihatnya ragu. Apa ini... benar?

"Kenapa? Kau tidak yakin?" Tanyanya lagi seakan membaca pikiranku. "Aku tidak akan macam macam,"

Suaranya memang terdengar serius dan bersungguh sungguh.

"Veve tidur saja. Hotel masih agak jauh," sahut Zayn sambil melirik kearah kami lewat kaca depan.

"Zayn benar, kita tidak mau salah satu gadis di One Direction kelelahan," timpal Peter.

Tidak ada paparazzi dan tidak ada Niall. Aku akan mencoba. Tidak ada salahnya kan mencoba? Dalam keadaan tidak sadar tidur dipundak seorang Harry Styles. Baiklah,  mungkin tidak tidur karena terlalu beresiko, tapi setidaknya menutup sejenak mataku.

"Janji jangan berbuat yang aneh aneh," ujarku.

"Janji. Kau ini takut sekali. Atau kau takut jatuh cinta padaku ya?"

"Harry,"

Dia tertawa, "Maaf maaf. Tapi kali ini aku serius, sebaiknya kau tidur,"

Aku memutar bola mataku lalu menyenderkan tubuhku ketubuhnya dan meletakkan kepalaku di pundak Harry. Disini, diposisi ini, benar benar nyaman. Aku bisa mencium bau tubuhnya yang jujur saja menggairahkan. Harry, kenapa kau bisa sewangi ini? Aku tau bau ini. Peppermint. Sebenarnya, aku belum pernah berada sedekat ini dengan seorang laki laki. Apalagi dengan pria setampan ini. Ya Tuhan, apa yang kukatakan barusan? Dia menggeser sebelah tangannya dan mengelus rambutku.

Tidak, tidak bisa.

Ini salah.

Aku menahan tangannya dan berkata, "Don't,"

"Kenapa?"

Aku menggeleng gelengkan kepala namun tetap masih dipundaknya.

"Sudahlah, sekarang waktunya kau tidur," ujarnya pelan. "Kau mau aku bernyanyi untukmu?"

rose in you [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang