chapter 21.

429 47 6
                                    

Author's Note

Haii, di chapt ini bakalan banyak flashback. Biar dapet gitu loh passionnya. Thankies

ⓥⓥⓥ

Still Harry POV

Aku membopong tubuh gadis itu dan membaringkannya ditempat tidur. Wajah itu, wajah tidak tenang. Aku janji, aku akan temukan jawabannya hari ini juga, Ve. Aku akan ungkap kebenerannya. Akan kucoba.

Baru aku mau pergi, kurasakan ada tangan yang menggapai jari jemariku.

"Harry," ujar Veve dengan suara seraknya. Matanya setengah terbuka. Rupanya dia sudah bangun.

Aku duduk disampingnya.

"Apa kau memerlukan sesuatu?"

Kurasakan dia melepaskan tanganku. Gadis itu menggeleng perlahan, "Sepertinya aku mimpi buruk,"

"Hmm?" aku menyingkirkan rambut yang menutupi keningnya. "About what?"

"About us,"

"Kita?" tanyaku bingung.

"Bukan, bukan cuma kita. Tapi One Direction,"

Sudah kuduga. Apa yang kuharapkan? Masuk kedalam mimpi gadis seperti dia? Kemungkinannya 0% kurasa.

"Apa yang terjadi?"

Kulihat dia memalingkan wajahnya kearah lain. "Aku---- aku tidak mau membahasnya,"

"Pasti buruk, iya kan,"

Veve mengangguk.

"Sudahlah, Ve. Sebaiknya kau melupakan apa yang sudah terjadi, dan---," aku menghela nafas. "Sesekali lupakan juga tentang kami,"

Veve langsung melihat kembali kearahku, "Kenapa?"

Aku mencoba membuat seulas senyuman. "Karena aku yakin kami ini menyusahkan, iya kan?"

Mata itu melihatku. Seribu persepsi pasti berkutat dalam otaknya sekarang. Veve mengubah posisinya menjadi duduk. "Tidak, Harry,"

"Ve," aku menatap gadis itu. Dia tidak berbohong.

"Kalian tidak pernah membuatku merasa seperti itu,"

Ya Tuhan, kenapa dia baik sekali.

"Ve, aku tau aku pernah menanyakan ini, tapi, rasanya aku harus menanyakan ini lagi,"

Dia melihatku dengan tatapan bingung. Ini sudah malam dan harusnya tidak kubiarkan ada night conversation seperti ini. Dari artikel yang kubaca, pembicaraan yang dilakukan saat malam hari adalah pembicaraan terjujur yang bisa kita ungkapkan. Dan--- kejujuran ini biasanya akan menyakitkan.

Tapi...

Aku harus menanyakannya.

"Kau mau bertanya apa?"

"Kau betah ada disini?"

Gadis itu mengerutkan keningnya. "Kenapa tiba tiba kau bertanya seperti itu?"

Veve lagi lagi tidak menjawab pertanyaanku yang satu itu, sama seperti dulu. Aku menghela nafas, lalu, "Semenjak kau bergabung dengan One Direction, apa pernah kau merasa bahagia? Yang kulihat kau mungkin dibebani dengan beban batin. Bayangkan, saat awal kau bergabung, aku dan Niall, oh sh*t, kami memperebutkanmu, dan bahkan rasa benci itu rasanya terus terbawa sampai sekarang. Lalu fans, fans mulai menghujatmu karena tiba tiba ada scandal aneh yang melibatkan kita. Tidakkah kau merasa memilih band yang salah, atau apakah kau tidak menyesal?"

rose in you [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang