chapter 8.

576 70 18
                                    

Harry menautkan kedua alisnya dan menatapku heran. Aku harap dia tidak bercanda kali ini dan menjawab pertanyaanku. Entah bagaimana tapi aku sudah kehilangan rasa kantuk dan memilih untuk mendengar cerita tentang dia dan Taylor.

"Aku sendiri juga tidak mengerti," jawabnya sambil tersenyum. Walau hanya diterangi cahaya bulan, aku tau dia tersenyum.

"Kenapa begitu?" Tanyaku sambil memiringkan kepala.

"Dia sepertinya tidak puas dan jadinya benci  padaku. Mungkin karena sifatku yang kekanak kanakan. Taylor tidak bisa menerimaku yang seperti ini," jelas Harry.

Oh, Poor Harry.

"Taylor juga tidak bisa dengan cepat menerimaku," timpalku. "Dia adalah orang pertama yang menjudgeku dan mengataiku 'amatir',"

"Oh ya?"

"Ya,"

"Memangnya aku bertanya?"

"HARRY!"

Harry langsung tertawa sampai wajahnya memerah. Aku yakin pasti sulit untuk menahan agar tawanya tidak terlalu terdengar karena semua orang sedang mencoba tidur. Bahagia sekali dia bisa mengerjaiku seperti ini. Aku menekuk wajahku dan bergumam tidak jelas.

Tiba tiba saja Harry mencubit pipiku dengan sebelah tangannya. Cubitan itu sangat cepat. Aku buru buru memukul lengannya juga dengan sebelah tanganku. Dia terlihat menahan tawa tapi gagal.

"Kenapa kau selalu menggodaku?" Tanyaku sambil merengek. Dia masih saja tertawa, tapi dalam skala yang lebih kecil.

"Kan sudah kubilang, aku suka saja menggodamu," jawabnya santai.

"Apa dulu kau selalu melakukan ini dengan Taylor?"

Pertanyaanku membuatnya berhenti tertawa. Dia menimbang nimbang sebelum akhirnya bicara.

"Tidak,"

Aku kaget mendengar jawabannya. Seorang Harry Styles tidak pernah menggoda Taylor Swift. Orang seperti dia yang tiap menit selalu menemukan hal untuk ditertawakan tidak pernah mengerjai Taylor -mantannya sendiri- ?

"Kau serius?"

Dia mengangguk, "Taylor tidak bisa diajak bercanda, lagipula perbedaan umur kami cukup jauh. Aku juga jadi bingung. Dia sepertinya tidak punya selera humor," Harry terdiam sebentar. "Berbeda denganmu,"

"Denganku?"

"Ya, kalau denganmu beda. Kau lebih muda dariku, jadi aku bisa menggodamu sampai puas. Sampai mati juga boleh. Apalagi setelah ini kita akan bersama terus, jadi terima saja," ujarnya sambil mengedipkan sebelah mata.

Kalau aku Directioners mungkin aku akan langsung memeluk Harry, tapi ini kebalikannya, aku langsung mendepak wajah Harry yang terus saja menertawaiku.

"Hey, seseorang sedang mencoba tidur disini," ujar Zayn sambil melihat kearah Harry. Wajahnya terlihat sangat mengantuk.

"Hmmm, sorry Zayn," jawab Harry lembut. Karena hanya setengah sadar, Zayn akhirnya tidur dengan posisi kepala diatas pundak Harry.

"Kau mau juga seperti Zayn?" Goda Harry. "Asal kau tau, didunia ini sekarang sangat banyak gadis yang ingin sepertimu. Dikelilingi pria tampan yang tidak ada bosannya untuk terus dilihat,"

Aku mendengus, "Kau merasa tampan ya?"

"Ya, dan aku tau kau beranggapan sama,"

"Tidak,"

Dia tertawa kecil, "Sudahlah, kau harus tidur,"

Aku melihatnya lagi, "Kau masih mencintainya?"

"Siapa?" Seperti tersadar Harry melanjutkan, "Tidak, aku kan mencintaimu bukan mencintai dia," jawabnya santai.

rose in you [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang