Chapter 5

2.1K 139 6
                                    

Jagalah hati dan pikiranmu, agar tidak terlalu banyak memikirkan hal yang penuh dengan kesia-siaan.

- Nasihat singkat -

•••

Rasanya Ia ingin sekali marah, rasa kesal dan bingung pun menyelimuti dirinya. Baru saja kemarin Ia kena teguran dari dosen killer itu dan hari ini Ia akan mendapat teguran kembali, bahkan mungkin Ia tak akan diizinkan masuk kelas.

Nadhira menggigit kuku ibu jarinya, menyalurkan rasa cemasnya. Ia memutuskan keluar dari taksi dan menghampiri sang supir.
"Gimana, Pak? Bisa diperbaiki?" tanya Nadhira.

Supir itu terlihat menggaruk tengkuk lehernya. "Aduh ... punten, neng. Saya teh ndak paham soal mesin," jawabnya.

Nadhira berdecak. Ia merutuki kebodohannya sendiri karena meminta supir itu melewati jalan pintas yang sepi. Dan lihatlah, sekarang Ia tidak tahu harus mencari taksi ke mana.
Mau tidak mau Ia harus menghubungi Lily yang Ia yakin perempuan itu sudah tiba di kampus sejak tadi.

Tut ... tut ... tut ....

"Angkat dong, Ly!" ucap Nadhira seraya melirik jam tangannya.

"Duh, mana 5 menit lagi kelas di mulai," monolognya.

"Ck, ke mana sih Lily!"

Nadhira menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, hingga Ia melihat sebuah mobil dari arah kanan yang akan melintas di posisinya. Nadhira dengan cepat melambai-lambaikan tangan kanannya berharap mobil tersebut berhenti, masa bodo dengan siapa pemilik mobil itu, yang terpenting Ia bisa menumpang di dalamnya.

Seakan keberuntungan tengah dipihaknya, mobil tersebut berhenti tepat di samping taksi yang mogok tadi. Nadhira bernapas lega, perlahan kaca mobil tak dikenal tersebut terbuka dan seketika Ia lagi-lagi merutuki kesalahannya sendiri, tak lupa kedua matanya yang melotot melihat siapa pemilik mobil itu.

"Shaga?"

"Hai, Nad! Eum ... kamu mau numpang?" tanya Shaga.

Mampus deh! Ck ya Allah ... kenapa harus Shaga sih? Batin Nadhira.

"Neng, mending eneng teh numpang sama Mas nya aja, soalnya taksi saya teh belum tentu jadi," ujar sang supir taksi yang langsung membuat Shaga tahu alasan Nadhira tadi menghentikan mobilnya.

"Masuk aja, Nad. Dari pada kamu nanti telat kan," tutur Shaga.

Nadhira meremas tas selempangnya, Ia merasa bingung. Melihat keraguan di wajah Nadhira, Shaga terkekeh. "Udah nggak usah malu, kaya sama siapa sih. Masuk buruan, pilih nggak masuk kelas apa ke kampus bareng aku?"

Nadhira berdecak, mau tidak mau Ia harus memilih opsi kedua untuk kebaikannya sendiri. Tanpa mengatakan apapun, Ia masuk ke mobil Shaga bagian belakang, melihat itu, Shaga memaklumi. Justru Ia merasa kagum dengan Nadhira yang tidak memilih duduk di sampingnya.

Aku makin yakin sama keputusan ini, Nad. Batin Shaga.

Shaga pun akhirnya melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, Ia bersyukur memutuskan untuk lewat jalan pintas tadi. Jika tidak mungkin Ia juga tidak akan bertemu dengan Nadhira.

Mantan jadi Manten [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang