Chapter 32

746 53 0
                                    

Hari ini Nadhira memutuskan untuk bertemu Bisma dan Kenan di sebuah restoran. Bukan tanpa alasan tentunya, ia sengaja bertemu keduanya untuk menanyakan apakah mereka mendapat kabar dari Shaga atau tidak. Pasalnya, ia juga tak bisa menghubungi sang sekretaris Shaga, entahlah ada masalah apa di sana.

Sesampainya Nadhira di restoran tempat mereka janjian, Nadhira segera melangkah masuk dan mengedarkan pandangan mencari dua sahabat suaminya tersebut.

Hingga ia melihat seseorang yang tengah sibuk dengan ponselnya tengah duduk di barisan paling pojok sebelah kanan. Namun, ia merasa heran karena laki-laki itu hanya seorang diri.

Nadhira lantas menghampirinya. "Assalamu'alaikum, Kak Kenan?"

Kenan yang tadinya sibuk dengan ponselnya pun lantas mendongak. "Nadhira? Wa'alaikumusallam, duduk, Nad!"

Nadhira duduk dengan ragu. "Kok Kak Kenan sendirian? Katanya Kak Bisma bakal ikut," tanya Nadhira.

"Bisma lagi ada rapat dadakan tadi, nggak masalah, kan?"

"Ah enggak kok, Kak."

"Jadi, ada apa ya kok kamu minta kita ketemuan? Ada sesuatu yang penting?" tanya Kenan dengan wajah seriusnya. Ya, hari-hari biasa pun wajahnya selalu saja tampak serius.

"Sebenarnya aku mau nanya, Kak. Kak Kenan pasti udah tau kan Shaga lagi di luar kota karna ada pekerjaan?"

"Hmmm ... ya, terus?"

"Dari kemarin Shaga belum ngasih kabar apapun, bahkan nomer sekretarisnya pun nggak bisa dihubungi. Jujur aku khawatir sama Shaga, Kak. Aku takut di sana dia ada masalah. Jadi aku mau nanya, apa Shaga ada ngasih kabar ke Kak Kenan dan lainnya?"

Kenan tampak terdiam. Namun, sesaat kemudian ia menggeleng. "Enggak, Shaga juga nggak ngasih kabar apapun ke aku atau ke yang lain," jawab Kenan.

Nadhira semakin khawatir, sebenarnya ada apa dengan Shaga? Tidak biasanya Shaga bersikap seperti ini, pikir Nadhira.

"Tapi kamu nggak perlu khawatir, aku yakin Shaga bisa jaga diri kok. Lagian besok dia pastinya udah balik, kan? Secara katanya cuma tiga hari."

Entah kenapa Nadhira merasa ragu, ia seolah merasa Shaga belum akan kembali besok.

"Kak, Nadhira boleh minta tolong?"

Dahi Kenan tampak mengerut. "Apa?"

"Kalau besok sore Shaga belum juga pulang, Kak Kenan bisa antar aku ke sana? Aku mohon, Kak."

"Nad, percaya deh, Shaga di sana baik-baik aja, mungkin pekerjaannya terlalu banyak sampai lupa ngasih kabar. Lebih baik kamu nggak usah nyusul ke sana," jelas Kenan.

"Enggak, Kak. Aku nggak akan bisa tenang sebelum aku bener-bener tau sendiri soal keadaan Shaga, Nadhira mohon, Kak ...."

Melihat pancaran kecemasan di wajah istri dari sahabatnya itu, Kenan pun menghembuskan napasnya berat lalu mengangguk.

---

Perempuan itu terlihat sibuk di dapur menyiapkan makan malam. Wajahnya tampak sumringah, seolah senang dengan apa yang sedang ia lakukan. Tentu saja, menjalankan tugas sebagai seorang istri untuk sang suami tercinta adalah impian Lily.

"Kak, makan malamnya udah siap, udahan dulu dong main handphonenya."

Agam mengangkat pandangannya, terlihat beberapa makanan sudah Lily siapkan di meja makan. Namun, perutnya sama sekali tak terasa lapar, ia juga merasa aktivitasnya jauh lebih penting kali ini.

"Kamu makan sendirian aja, ya? Aku masih ada urusan penting," ujar Agam.

"Loh, Kak tapi--"

"Aku ke ruang tengah dulu." Belum sempat Lily menjawab, Agam sudah lebih dulu beranjak pergi membawa ponselnya.

Lily mengerucutkan bibirnya, mengapa Agam tega membuatnya makan seorang diri? Pikirnya. Setelah menghembuskan napasnya panjang, Lily pun memutuskan untuk tetap makan walau hanya sendirian.

Sedangkan di sisi lain, Agam masih sibuk dengan ponselnya. Ia sebenarnya tengah bertukar pesan dengan seseorang yang menurutnya orang tersebut jauh lebih penting daripada Lily.

Di tengah fokusnya, terdengar langkah seseorang yang menghampirinya, siapa lagi kalau bukan Lily, istrinya.

"Kak, Kak Agam belum mau tidur?" tanya Lily.

"Kamu duluan aja!" jawab Agam tanpa mengalihkan pandangannya.

"Kok Agam jadi cuek gitu sih sama aku?" tanya Lily dengan spontan.

Merasa ia terus saja diganggu, Agam reflek berdecak kesal. "Ly, aku lagi sibuk, tolong jangan ganggu aku dulu!"

Lily terdiam, mengapa Agam yang tadinya bersikap manis padanya kini menjadi berubah?

"M--maaf, Kak. Ya udah kalau gitu Lily duluan ke kamar ya, Kak." Agam diam tak merespon, membuat Lily mau tidak mau beranjak pergi.

---

Nadhira merasa gelisah, sudah hampir tengah malam tetapi, ia belum juga tidur. Ia menatap sisi kasurnya yang tampak kosong tanpa adanya Shaga di sana. Sungguh, ia tak sabar menantikan besok sore, ia sangat berharap Shaga akan kembali dan ia bisa melepas rasa rindunya.

Namun, perasaannya kali ini terasa campur aduk. Rasa tidak sabarnya dalam menyambut kepulangan Shaga, terselimuti oleh rasa cemas takut jika Shaga belum juga kembali.

"Huft!!!"

Nadhira merasa kesal, ia sudah berusaha terlelap tetapi, tidak bisa. Ia lantas duduk dan bersandar di kepala ranjang lalu membuka ponselnya. Melihat pesannya sudah dibuka oleh Shaga atau belum.

Namun, lagi-lagi ia hanya bisa menelan sebuah kekecewaan, pesannya yang ia kirimkan ke Shaga masih menunjukkan centang satu. Apa Shaga tidak merindukannya? Pikir Nadhira.

Hingga seketika dahinya mengernyit saat sebuah pesan singkat masuk.

"Kenan?"

Nadhira membuka pesan dari Kenan.

Kenapa belum tidur?

Sebuah pesan yang menurut Nadhira tidak terlalu penting dan Kenan juga tidak perlu tahu. Namun, mengingat Kenan yang tadi mau menyempatkan datang menemuinya, Nadhira merasa tidak enak hati jika tak membalasnya.

Belum bisa tidur aja, Kak.

Nadhira mengirimkan jawaban tersebut yang langsung dibuka oleh Kenan.

Shaga baik-baik aja, nggak usah cemas. Besok sore aku yakin dia bakal balik kok.

Nadhira membuka pesan tersebut sebelum beberapa saat kemudian ia mendapat pesan baru lagi dari Kenan.

Tenangin pikiran kamu dan tidur. Besok semua akan baik-baik aja, Nad. Good night : )

Dan entah kenapa Nadhira mulai merasa ada yang berbeda dari sikap Kenan. Ia berharap ini hanya sekedar perasaannya saja.



Mantan jadi Manten [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang