Chapter 22

1K 66 0
                                    

Sepasang sahabat itu tengah berjalan ke area parkiran karena mata kuliah mereka sudah selesai. Mengetahui rencana Nadhira yang akan mempertemukan Shaga dengan Jassy, membuat Lily khawatir, Ia hanya takut hati Shaga akan goyah.

"Coba kamu pikirin lagi soal ini deh, Nad. Aku jadi ragu lho," tutur Lily.

Nadhira menghela napasnya pelan seraya memberhentikan langkahnya, membuat Lily juga berhenti.

"Aku udah yakin, Ly. Lagian aku juga bakal ikut kok, jadi kamu nggak perlu khawatir. Aku percaya sama Shaga dan Shaga nggak akan menghancurkan kepercayaan ini."

Baru saja Lily akan membalas perkataan Nadhira, suara seseorang menghentikannya.

"Assalamu'alaikum," salamnya.

Baik Nadhira maupun Lily saling menoleh ke samping kanan tepatnya di sisi Nadhira.

"Wa'alaikumusallam, Kak Agam," ucap keduanya secara bersamaan.

"Ayo, Ly!" ajak Agam yang seketika membuat Nadhira mengerutkan dahinya. Secara reflek Ia menatap Lily dengan tatapan penuh tanya. Lily hanya menunduk malu tak mampu menjawab.

"Kak Agam mau ngajak Lily ke mana?" tanya Nadhira.

"Ouh itu, Nad. Tadi aku udah janjian mau ke toko buku bareng sama Lily," jawab Agam.

Nadhira diam sejenak, berpikir jika kedua sahabatnya ini sedang dekat dalam artian lebih dari seorang sahabat. Namun, ini hanya tebakannya saja tetapi, Nadhira harap itu benar.

"Ouh ... gitu. Kok kamu nggak bilang ke aku sih, Ly?" tanya Nadhira.

Lily menyengir. "Hehe ... lupa, Nad. Nggak papa, kan?"

"Ya nggak papa dong," jawabnya.

"Ya udah kalau gitu gimana kalau kita berangkat sekarang aja? Takutnya kesorean," ujar Agam.

"Ya udah sana gih, Ly. Hati-hati ya kalian berdua, harus tetap jaga batasan!" pesan Nadhira yang dibalas anggukan oleh Lily dan Agam.

"Jagain Lily ya, Kak." Agam mengangguk lagi.

"Aku duluan ya, Nad. Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumusallam!"

Selang beberapa saat, Ia dikejutkan dengan kehadiran Shaga yang tiba-tiba saja sudah berada di sampingnya dengan senyum tipis.

"Udah lama nungguin aku?" tanya Shaga.

"Belum kok, ya udah lebih baik kita ke Cafe sekarang dari pada buang-buang waktu!" ucap Nadhira sedikit ketus.

Namun, ketika Nadhira baru saja akan melangkah pergi, Shaga mencekal lengannya, membuat Nadhira harus menghentikan langkahnya kemudian berbalik.

"Aku nggak mau ada masalah baru lagi, Nad. Lebih baik lupakan semua ini!" Mendengar itu, Nadhira merasa tidak setuju.

"Ketika kita membatalkan pertemuan dan tentang masalah yang belum selesai ini, masalah ini akan kembali datang di kemudian hari, Ga. Kamu mikir itu nggak sih? Bahkan mungkin di kemudian hari masalah ini akan lebih parah karna nggak pernah diselesaikan dan selalu dihindari!" papar Nadhira.

"Aku cuma takut--"

"Kamu nggak perlu takut menghadapi ini, Ga! Kalau kamu berani memulai, kamu juga harus berani mengakhirinya."

Shaga menunduk, merasa Ia sudah tidak bisa berbuat apapun lagi. Sebutlah Ia laki-laki pengecut yang tidak berani menyelesaikan masalah yang Ia perbuat sendiri.

Mantan jadi Manten [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang