Chapter 43

908 58 4
                                    

Wajah Shaga memancarkan kelelahan, malam ini hampir pukul 21.00 ia baru dalam perjalanan pulang karena pekerjaannya hari ini cukup banyak. Seperti biasa, ia melewati jalan yang cukup sepi, karena jalan inilah yang biasa ia gunakan agar cepat tiba di rumah.

Sepanjang ia melewati jalan tersebut, ia belum pernah mengalami sesuatu yang mengerikan seperti perampokan ataupun begal. Sebab, jalanan ini juga masih ada beberapa rumah warga walau jaraknya terbilang saling berjauhan.

Di tengah Shaga santai menyetir, perhatiannya tak sengaja teralih ke arah spion mobilnya. Ia melihat sebuah mobil bewarna hitam yang terlihat mengebut. Shaga pun berniat sedikit menyingkir untuk membiarkan pemilik mobil di belakangnya itu melaju lebih dulu.

Namun, rupanya mobil itu tak juga mendahuluinya. Shaga mulai curiga, pergerakan mobil hitam tersebut seperti mengikutinya.

"Siapa sih orang itu?" gumam Shaga.

Shaga pun berniat untuk melaju lebih cepat tetapi, panggilan telepon dari Jassy mengurungkan niatnya. Ia justru memelankan mobilnya, dan ketika ia akan mengangkat panggilan tersebut. Mobil di belakangnya tadi langsung mencegatnya dengan gesit, membuat Shaga sontak menekan pedal rem nya dengan kuat.

Shaga berdecak kesal. "Apa-apaan sih!" kesalnya.

Shaga masih diam di posisinya, hingga dua orang laki-laki keluar dari dalam mobil tersebut. Sesaat dua orang itu membalikkan tubuhnya hingga wajah mereka terlihat jelas, Shaga membulatkan matanya.

"Kenan? Bang Niel?"

Dua laki-laki yang ternyata Kenan dan Niel itu pun melangkah menghampiri Shaga dengan raut wajah datarnya.

"A--ada apa, ya?" tanya Shaga.

"tanpa basa-basi lagi, gue ke sini sama Kenan, mau ngasih lo sedikit pelajaran!" sarkas Niel dengan tatapan tajamnya.

Shaga tentunya tahu apa yang Niel maksud, ia menatap Kenan sejenak, Shaga yakin Kenan telah menceritakan semuanya pada kakak iparnya tersebut.

"Bang, semua ini--"

BUGH!!!

Tanpa apa-apa Niel melayangkan pukulannya ke rahang Shaga hingga laki-laki itu mundur beberapa langkah seraya memegangi rahangnya yang tentunya terasa sangat sakit.

"GUE NYESEL NYERAHIN ADIK GUE KE LAKI-LAKI BRENGSEK KAYA LO!" bentak Niel dengan amarah yang menggebu.

"Bang, dengerin gue dulu, Bang. Semua ini udah gue bicarain berdua sama Nadhira, gue udah ngasih dia pilihan buat bertahan atau pergi. Dan dia milih buat pergi, jadi sepenuhnya bukan salah gue, Bang!"

Mendengar itu Niel berdecih. "Lo pikir adik gue bodoh, hah?! Dengan lo ngasih pilihan kaya gitu, secara nggak langsung lo mendesak dia buat mau nggak mau harus milih pergi. Karna lo tau, Nadhira nggak akan memilih buat bertahan dalam kondisi hubungan kalian yang makin nggak jelas dan dalam keadaan lo yang udah berubah karna Jassy si perempuan nggak tau diri itu!" lontar Niel.

"Lo kira lo nggak bersalah? Lo kira ini semua salah Nadhira? Denger, Ga. Lo bakal nyesel atas semua yang udah lo lakuin ke adik gue, lo bakal nyesel udah ngelepas Nadhira hanya demi perempuan nggak tau malu dan nggak tau diri itu!" jeda Niel.

"Lo bodoh, Ga! Kenapa lo harus milih Jassy si perempuan nggak punya hati dan nggak punya otak--"

"Cukup, Bang! Lo nggak berhak menghina Jassy seperti itu, bagaimana pun juga dia istri gue!" desis Shaga.

Mendengar itu, Niel tampak lebih marah, ia benar-benar tidak terima dengan ucapan yang baru saja Shaga ucapkan.

"Lo nggak terima gue menghina Jassy tapi, lo berani nyakitin adik gue! LO BENER-BENER BRENGSEK, GA!"

Mantan jadi Manten [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang