Chapter 33

722 50 0
                                    

Langkah Nadhira terlihat terburu-buru, sambil membenahi jam tangannya, Nadhira melangkah ke pintu depan dengan tak santai. Ia membuka pintu rumahnya, di sana sudah terlihat seorang laki-laki berdiri membelakanginya.

"Kak Kenan?" panggil Nadhira.

Kenan berbalik badan. "Udah siap?" tanya Kenan yang dibalas anggukan cepat oleh Nadhira.

"Aku mau nanya sekali lagi, apa kamu yakin mau nyusulin Shaga? Apa nggak lebih baik kamu nunggu di rumah aja sampai dia pulang?" tanya Kenan kembali memastikan.

"Kalau aku nunggu, mau sampai kapan, Kak? Shaga harusnya pulang kemarin sore, tapi sampai pagi ini dia belum juga pulang. Aku khawatir banget sama dia, tolong ngertiin perasaan aku, Kak."

Kenan mengalah, lalu mengangguk pelan. "Ya udah, kalau kamu udah yakin, aku bakal nganter kamu ke sana. Ayo!"

Nadhira mengangguk dan mereka pun melakukan perjalanan ke Surabaya, lebih tepatnya menyusul Shaga.

Selama di perjalanan, Nadhira berkali-kali menghubungi suaminya tetapi, nomor itu tetap tidak aktif. Ia justru mengalihkan perhatiannya pada pesan dari Anita yang lagi-lagi menanyakan bagaimana keputusannya.

Mendapati Nadhira yang hanya diam saja, Kenan menoleh, memandang Nadhira yang sedari tadi terlihat gelisah.

"Aku nggak tau kenapa kamu bisa segelisah ini, Nad. Kalau alasan kamu gelisah ini karna Shaga yang nggak ngasih kabar, aku bisa jamin, Shaga di sana baik-baik aja. Kamu seharusnya nggak perlu secemas ini," ujar Kenan.

Nadhira diam tak menjawab, tatapannya lurus memandang jalanan.

Andai Kak Kenan tau, mungkin Kakak juga akan secemas ini. Batin Nadhira.

Setelah itu, tak ada perbincangan lagi di antara mereka. Keduanya sama-sama sibuk dengan pikirannya masing-masing.

---

Surabaya

"Kak Kenan yakin ini rumah sakit tempat Shaga bertugas?" tanya Nadhira memastikan.

Kenan mengangguk kecil. "Iya, Nad. Aku yakin, ayo kita masuk!" Nadhira mengangguk lalu mereka berjalan beriringan memasuki rumah sakit.

Saat ini waktu menunjukkan pukul 16.00, Kenan yakin harusnya jadwal Shaga tinggal satu jam lagi, membuat mereka tentunya tak akan terlalu menganggu laki-laki itu.

Kenan dan Nadhira berhenti di meja pendaftaran lantai 3 untuk bertanya. "Maaf, Sus. Saya mau nanya," ujar Kenan.

"Iya, Pak? Bapak mau bertanya apa?"

"Apa Dokter Shaga bertugas di poli ini?" tanya Kenan.

"Dokter Shaga Silvano yang dari Jakarta itu?"

"Benar, Sus."

"Oh iya, Pak. Beliau sedang menangani pasien di poli ini, ruangannya di ruang 3," jelas suster tersebut.

"Apa saya bisa menemui Dokter Shaga?"

"Maaf sebelumnya, Pak. Pasien beliau masih ada 3 orang, dan jadwal Dokter Shaga hanya sampai jam 5. Jadi, beliau belum bisa ditemui, sebaiknya Bapak menunggu saja sampai beliau selesai menangani pasien," papar suster itu.

Kenan menoleh ke arah Nadhira, perempuan itu terlihat sedih. "Gimana, Nad?" tanya Kenan.

"Ya udah deh, Kak. Kita nunggu aja," jawab Nadhira.

Kenan mengangguk lalu kembali mengalihkan pandangannya ke arah suster tersebut. "Baik, Sus. Saya akan menunggu di depan, kalau Dokter Shaga sudah selesai, tolong sampaikan jika Kenan menunggunya di depan poli ini," pesan Kenan.

Mantan jadi Manten [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang