1. Pertemuan

687 288 222
                                    

Jangan lupa vote dan spam comment disetiap paragrafnya ya‼️
.
.

Jangan lupa vote dan spam comment disetiap paragrafnya ya‼️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Meski kamu diam, tapi aku tahu. Sinar matamu menunjukkan kekosongan dalam hatimu"

Di ruangan bercat putih dengan lemari besar berisi banyak piala dari murid berprestasi. Juga bendera merah putih di sudut ruangan. Vas bunga yang ada di meja kaca, dan sofa yang sangat nyaman jika dibuat tidur.

Mereka berenam selaku inti ketua geng Gervoriez dipanggil untuk masuk ruang BK setelah terjadi keributan besar. Star, Jhovan, Alka, Revan, Elza, dan Rafaka duduk berjajar rapi. Mulut mereka semua bungkam saat mendengarkan nasihat dari Bu Citra dan Pak Damar.

"Mau jadi apa kalian, nak? Kenapa pulang sekolah malah tawuran, hmm?" tanya Bu Citra dengan nada yang lembut, guru itu sangat sabar ketika menghadapi murid nakal. Ia mengerti, murid seperti mereka berenam tidak pantas untuk diperlakukan keras atau dibentak. Karena murid nakal baginya sama seperti batu, ia harus jadi air agar bisa menembus kerasnya batu. Cepat atau lambat kenakalan mereka juga akan berkurang, dan hatinya akan luluh mengikuti peraturan sekolah meski banyak yang memahami semua itu akan susah.

Berbeda dengan Pak Damar yang sangat keras, tapi suka bercanda. Lucu juga, ketika ada guru menasehati sambil bercanda. Tapi Pak Damar akan sangat marah ketika kesabarannya habis. Banyak yang takut pada Pak Damar, padahal guru itu santai. Tampangnya juga tidak kalah ganteng sama murid-muridnya.

"Saya mau jadi pilot, Bu. Naik kapal, wuushhh.." Elza memang benar anak TK ternyata, disaat serius begini dia malah bercanda.

Sontak membuat kaki Alka sengaja menginjak kaki Elza. Mereka berdua duduk bersebelahan. "Pilot itu di pesawat. Bego! Kalau di kapal namanya nahkoda."

"Yaudah jadi sopir aja di kereta yang panjaaaaaanggggggg......" ujar Elza lagi, sambil merentangkan tangan hingga bau keteknya yang masam pun tercium oleh Revan yang duduk di sebelah kirinya.

"Bau banget badan lo. Gak mandi ya?"
Revan terganggu dengan bau tak sedap itu, sepertinya udara sekarang sudah tercemar akibat bau ketek Elza.

"Masinis, BANGSAT!" timpal Alka pada Elza dengan menekankan kata 'bangsat' pada akhir kalimatnya.

"SUDAH, STOP!" nah, Pak Damar kesabarannya mulai berkurang. Jenuh melihat pertikaian kecil mereka, tanpa banyak bicara. Langsung saja akan diberi hukuman. Namun tidak untuk hari ini, ini sudah jam pulang sekolah dan seharusnya mereka sudah sampai di rumah.

Bu Citra hanya geleng-geleng kepala melihat pertunjukan di depannya, sama seperti tontonan baginya. Kapan lagi melihat mereka begini? Setahun lagi bukankah mereka akan lulus? Begitu banyak kesabaran yang dihabiskan Bu Citra untuk menangani mereka semua, sesekali marah hingga menimbulkan ketakutan pada muridnya.

"Untuk sekarang, kalian pulang ya! Kalau mau main atau jalan-jalan, ganti dulu baju seragamnya. Paham? Besok saya akan menghukum kalian."

"Baik Bu, maafkan kami. Kami salah, tapi kami hanya berusaha melindungi sekolah dari kerusuhan tadi. Sekali lagi kami meminta maaf Pakk... Buu... Kami izin pamit," Star berujar dengan sangat sopan.

ATTHARAZKA [Oh Sehun] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang